Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tips Menangani Konflik yang Terjadi di Dalam Tim Kerja, Kunci Kompak

potret tim kerja yang kompak di kantor (pexels.com/olia danilevich)
Intinya sih...
  • Konflik tidak selalu buruk, dapat mendorong solusi inovatif
  • Manajemen konflik yang efektif memerlukan wawasan psikologis dan pendekatan praktis
  • Lingkungan kerja yang aman, well-being, dan tujuan bersama dapat mengurangi konflik tim

Konflik tidak selalu berarti buruk, ada kalanya dengan adanya konflik, kamu dapat secara alami menemukan solusi inovatif untuk masalah yang menantang. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian O’Neill dan McLarnon yang menyoroti tidak semua konflik berarti negatif. Bagaimana cara konflik tersebut dikelola, dapat menentukan dampaknya pada hasil tim. Misalnya, konflik terkait tugas jika ditangani secara konstruktif, dapat mendorong inovasi dan penyelesaian masalah.

Di sisi lain, saat dalam tim kerja terdapat konflik interpersonal, seperti kritik pribadi, saling mencaci, menusuk dari belakang, semua ini jika tidak ditangani dengan baik, dapat mengikis rasa saling percaya dan kekompakan tim. Untuk itu, mengelola konflik secara efektif memerlukan wawasan psikologis dan pendekatan praktis. Salah satunya, dengan pemimpin tim yang menumbuhkan lingkungan kerja di mana perbedaan diakui. Lalu, bagaimana cara yang tepat menurut psikologi dalam mengelola konflik di tim kerja?

1. Ciptakan budaya keamanan psikologis

potret tim kerja yang kompak di kantor (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Menciptakan lingkungan tempat anggota tim merasa aman untuk mengungkapkan pikiran mereka tanpa takut dan konsekuensi negatif akan menumbuhkan keterbukaan. Cara ini juga dapat lebih meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik. Ketika keamanan psikologis diprioritaskan, tim cenderung terlibat dalam diskusi yang konstruktif, bahkan selama perselisihan. Rasa aman ini terbukti dapat meningkatkan kinerja individu dan tim.

Lingkungan psikologi yang positif ini juga berkaitan dengan menciptakan wellbeing bagi setiap karyawan dalam tim. Memerhatikan kesehatan mental yang dimiliki setiap individu dalam tim kerja tetap baik penting. Kondisi ini sangat berkaitan erat dengan motivasi kerja, semangat berinovasi, hingga kemampuan karyawan dalam menangani setiap tantangan yang dihadapi di dalam tim tersebut.

2. Bangun tujuan dan maksud tim bersama

potret tim kerja sedang berdiskusi di kantor (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Menyelaraskan tim berdasarkan serangkaian tujuan bersama dapat mengurangi ketegangan yang muncul akibat prioritas yang tidak selaras. Dengan memastikan jika setiap anggota memahami bagaimana pekerjaan masing-masing mendukung tujuan bersama, kamu dapat mencegah konflik yang terkait. Penelitian terkini mendukung bahwa tujuan bersama yang ditetapkan dengan jelas dapat menghasilkan kohesi tim yang lebih besar sekaligus mengurangi konflik internal.

Salah satu pemicu munculnya konflik di dalam tim kerja adalah perasaan tidak dihargai di dalam tim tersebut. Pemimpin tim berperan penting dalam memastikan agar masing-masing individu di dalam tim mendapatkan peran dan tugas yang sama rata dan sesuai. Fokus hanya pada satu hingga dua orang yang dianggap paling menonjol itu salah. Sementara  individu yang belum sepenuhnya mengeluarkan kemampuan optimal, tidak hanya perlu ditegur, tetapi juga perlu dorongan kepercayaan agar dirinya juga yakin dirinya bisa bertumbuh lebih baik.

3. Dorong umpan balik dan dialog terbuka

potret tim kerja sedang berdiskusi di kantor (pexels.com/Kindel Media)

Ciptakanlah sebuah lingkungan kerja di mana umpan balik menjadi norma, bukan sekadar aktivitas tinjauan tahunan. Dialog terbuka dan teratur tentang kinerja, kemajuan, dan dinamika interpersonal membantu mengatasi potensi konflik terjadi sebelum meningkat. Umpan balik jika dilakukan secara konstruktif dapat meningkatkan kolaborasi tim dan menyelesaikan ketegangan lebih awal.

Seorang individu tidak dapat berkembang dan memperbaiki apa yang kurang dari dirinya, jika tidak menerima umpan balik secara langsung dari hasil kerjanya. Ada baiknya, seorang pemimpin tim menyediakan waktu berkala untuk mengevaluasi dengan mengajak ngobrol setiap individu. Memberikan apresiasi atas kinerja yang sudah baik, kemudian memberikan nasihat dan saran atas bagian dari performa kerja individu yang belum mencapai ekspektasi.

4. Terapkan program pelatihan penyelesaian konflik

potret tim kerja sedang berdiskusi di kantor (pexels.com/RF._.studio)

Latih manajer dan karyawan dalam penyelesaian konflik untuk memberi mereka keterampilan, menangani perselisihan secara konstruktif. Pelatihan praktis ini bisa meliputi negosiasi, mediasi, dan kecerdasan emosional yang dapat meningkatkan kemampuan tim secara signifikan. Tidak hanya hard skills, rangkaian kemampuan soft skills inilah yang akan sangat berguna saat penyelesaian perselisihan terjadi di dalam tim.

Program yang berfokus pada keterampilan ini telah terbukti meningkatkan efektivitas tim dan mengurangi durasi konflik. Konflik merupakan bagian tak terpisahkan dalam kerja sama tim, karena itu sebelum terjadi, salah satu pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan membekali masing-masing individu dalam tim dengan keterampilan terkait mengatasi konflik ini. Pelatihan juga dapat membantu orang di dalam tim memahami makna jika konflik tak selalu berarti negatif.

5. Tumbuhkan empati

potret tim kerja sedang berdiskusi di kantor (pexels.com/Moe Magners)

Mengembangkan kecerdasan emosional dalam diri anggota tim membantu mereka untuk lebih memahami dan mengelola emosi sendiri. Empati, komponen utama kecerdasan emosional, membantu anggota tim mengatasi perselisihan dengan lebih banyak belas kasih dan sedikit konflik. Penelitian telah menunjukkan bahwa tim yang cerdas secara emosional memiliki lebih sedikit konflik dan lebih efektif dalam menyelesaikan konflik yang muncul.

Dalam tim yang beragam, konflik sering kali muncul dari kesalahpahaman budaya, latar belakang, dan pengalaman. Membangun kesadaran dan penghargaan atas perbedaan ini dengan menerapkan empati, juga dapat membuat kemungkinan munculnya berbagai konflik dapat lebih teratasi. Tim yang merangkul keberagaman perbedaan dan dapat menempatkan diri saat menjadi orang lain, akan lebih sulit dirusak akibat konflik.

Mengelola konflik tim sangat penting untuk membangun budaya organisasi yang berkembang. Masalah yang belum terselesaikan dapat mengikis kepercayaan, menghambat kolaborasi, dan menciptakan lingkungan yang toxic. Sementara saat kamu dan anggota tim kerja lainnya dapat menangani konflik secara proaktif, dapat mendorong inovasi dan kinerja tim yang lebih baik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Salsabila Kurnia
EditorNadhifa Salsabila Kurnia
Follow Us