5 Indikator untuk Resign Kerja dari Teori Alienasi Kerja Karl Marx

Pertimbangan baik-baik indikator yang ada, ya

Teori alienasi kerja dikemukakan oleh seorang sosiolog yang bernama Karl Marx. Bagi Marx, seorang pekerja memungkinkan mengalami berbagai bentuk keterasingan dalam perjalanan pekerjaannya.

Secara lebih kompleks, Marx mengklasifikasikan alienasi atau keterasingan kerja menjadi lima bentuk. Mulai dari alienasi dari hasil kerjanya, alienasi dari proses produktif, alienasi dari kemanusiaannya, alienasi dari orang lain, hingga alienasi dari dirinya sendiri. 

Kelima bentuk alienasi kerja tersebut, jika diturunkan mampu menjadi indikator bagi seorang pekerja atau karyawan dalam membuat keputusan untuk resign kerja atau tidak. Bukan tanpa alasan, keterasingan tanpa batasan yang berlangsung dalam jangka panjang akan banyak merugikan karyawan. Lantas, apa saja indikator tersebut? Langsung simak ulasannya di bawah ini, ya.

1. Tidak merasakan hasil kerja

5 Indikator untuk Resign Kerja dari Teori Alienasi Kerja Karl Marxilustrasi orang merenung (pixabay.com/artsysolomon)

Marx dalam teori alienasi menggambarkan adanya hasil kerja dari karyawan yang dimiliki oleh atasannya. Hal ini sebagai pertukaran antara gaji dengan tenaga kerja.

Namun, dalam kenyataannya gaji yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang sudah diberikan oleh karyawan. Sehingga, gaji yang ada hanya untuk menutup kebutuhan hidup, bahkan mungkin kurang. Gaji yang ada itu tidak bisa berkembang, apalagi membeli yang sekadar keinginan.

Dalam ilustrasi Marx, karyawan memberikan kinerja untuk membuat istana yang megah dan mempesona. Namun, dalam jangka panjang bekerja ia masih saja tinggal di rumah yang reyot.

Nah, keterasingan dari hasil kerja yang seperti itu patut menjadi pertimbangan apakah perlu resign kerja atau tidak. Mengingat mungkin di tempat lain hasil kerjamu yang sudah terbilang punya jam terbang tinggi akan bisa lebih dihargai. Ketika kamu dihargai, tentu timbal baliknya berupa gaji yang lebih mencukupi, ya.

2. Tidak bisa produktif dalam bekerja

5 Indikator untuk Resign Kerja dari Teori Alienasi Kerja Karl Marxilustrasi orang berusaha (pixabay.com/stokpic)

Dalam bentuk keterasingan dari proses produktif, Marx menggambarkan karyawan bertahan bekerja hanya demi memenuhi kebutuhan hidup. Ya, karyawan sejatinya tidak produktif di dalamnya karena tidak bisa berekspresi sesuai keinginannya.

Yang mana semua pekerjaan yang dilakukan karyawan hanya berdasarkan kepentingan dan kemauan atasannya. Dengan begitu karyawan tidak bisa berkembang di dalamnya, semua ide maupun konsep yang ada harus terhalang oleh kepentingan dan keinginan atasannya.

Dengan begitu, dalam situasi dan kondisi ini karyawan hanya bisa menganggap kerja sebagai rutinitas yang membosankan, terlebih tidak membuat nyaman. Hal tersebut bisa dilihat dari karyawan yang ingin cepat-cepat pulang dari tempat kerja.

Nah, ketika berada dalam dunia kerja yang tidak membuat kamu berkembang, bahkan sudah lama bekerja, rasanya kamu harus mempertimbangkan untuk resign. Hal tersebut karena untuk apa kamu bertahan sedangkan di dalamnya kamu hanya menjadi robot yang terkekang? Kemampuanmu hanya terbuang sia-sia? Meski begitu, tetap pertimbangan aspek lain, seperti kebutuhan finansial setelah resign, ya.

Baca Juga: 7 Etika Meminta Info Lowongan Kerja pada Teman, Jaga Pertemanan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

3. Menganggu kebebasan dalam kehidupan di luar pekerjaan

5 Indikator untuk Resign Kerja dari Teori Alienasi Kerja Karl Marxilustrasi berbahagia (pixabay.com/HuyNgan)

Ketika bekerja memang sudah kewajiban seorang karyawan untuk menyerahkan sebagian waktu, tenaga, dan pikirannya untuk urusan pekerjaan. Namun, ketika definisi sebagaian untuk menjadi berlebih, tentu ini menjadi indikator untuk sebaiknya resign dari pekerjaan saat ini atau tidak.

Sejalan dengan hal tersebut, Marx menggambarkan dalam keterasingan atau alienasi dari kemanusiaannya. Yang mana kesibukan yang berlebihan dengan pekerjaan, membuat pelakunya tidak bisa mengaktualisasikan dirinya dengan bebas.

Ya, kebebasan dalam dunia di luar pekerjaanmu jadi terhambat bahkan tidak ada waktu. Mulai dari waktu untuk pasangan, keluarga, sahabat, bahkan untuk dirimu sendiri. Pekerjaanmu itu telah membuat kamu kehilangan kebebasan dan penentuan tujuan yang otonom. Bahkan, pekerjaanmu terbilang bermakna untuk pemenuhan kebutuhan yang instingtif hewani. Apa itu instingtif hewani? Jawabannya hari-hari yang dihabiskan berfungsi kebinatangan saja, mulai dari makan, minum, dan reproduksi.

4. Dunia kerja yang dipenuhi dengan persaingan dan kompetisi

5 Indikator untuk Resign Kerja dari Teori Alienasi Kerja Karl Marxilustrasi dunia kerja (pixabay.com/WebTechExperts)

Penjelasan Marx dalam alienasi dari orang lain menyebutkan adanya budaya persaingan dalam dunia kerja. Sebagai karyawan, ia menganggap karyawan lain sebagai saingannya dalam berkompetisi untuk naik jabatan atau mendapatkan banyak keuntungan secara finansial.

Situasi dan kondisi yang selalu dimaknai sebagai persaingan ini membuat esensi dari kehidupan makhluk sosial yang saling berdampingan jadi hilang. Terlebih lagi, jika perusahaan isinya karyawan-karyawan yang toxic. Tentunya, akan melakukan segala hal untuk bisa memenangkan kompetisi.

Bukankah beban kerja harian saja sudah cukup berat bagimu? Bagaimana kerasnya dengan dunia persaingan yang tidak sehat di sana? Coba pikirkan. Jika sudah begitu, rasanya tak salah jika kamu mempertimbangkan indikator ini sebagai alasan untuk resign dari pekerjaan saat ini.

5. Tidak hidup dengan diri sendiri

5 Indikator untuk Resign Kerja dari Teori Alienasi Kerja Karl Marxilustrasi orang merenung (pixabay.com/geralt)

Puncak dari indikator untuk resign dari pekerjaan, ya terletak pada alienasi dari diri sendiri, nih. Pada momen ini, Marx menjelaskan bahwa pelaku keterasingan ini sudah tidak memiliki gairah untuk hidup, bahkan hilang rasa percaya diri.

Bukan tanpa alasan, sudah tidak adanya semangat hidup tersebut dikarenakan pekerjaan yang membosankan dan tidak nyaman hanya dianggap rutinitas harian, relasi sosial yang dirusak dengan kompetisi, hingga hasil kerja hanya untuk memenuhi kepentingan dan keuntungan atasan saja. Dengan begitu, tentu pelaku merasa tidak ada penghargaan atas kehidupannya dan itulah definisi keterasingan dari diri sendiri.

Pada akhirnya, memang tidak ada pekerjaan yang mudah untuk dijalani tanpa adanya masalah di dalamnya. Hanya saja, jika masalah itu tidak membangun kamu, tetapi justru membuat kamu jadi terasingkan. Maka, saat itulah kamu berhak memikirkan untuk sebaiknya resign kerja atau atau masih bisa bertahan. Semua keputusan ada di tanganmu, jadi pertimbangan baik-baik, ya!

Baca Juga: 5 Tips Menghadapi Rekan Kerja yang Licik, Harus Lebih Bijak!

Melinda Fujiana Photo Community Writer Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya