Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria terkena layoff (freepik.com/Drazen Zigic)
ilustrasi pria terkena layoff (freepik.com/Drazen Zigic)

Intinya sih...

  • Menjaga pola pernapasan yang terkendali

  • Membuat rencana tindakan yang realistis

  • Mengelola stres dengan aktivitas fisik

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kehilangan pekerjaan atau terkena layoff adalah salah satu peristiwa yang dapat memicu tekanan mental yang besar. Perasaan cemas, tidak pasti, dan takut tentang masa depan seringkali muncul bersamaan dengan pengunduran diri atau pemecatan. Ketika mengalami situasi ini, tidak jarang seseorang merasa diserang oleh kecemasan yang intens, yang dapat berujung pada panic attack.

Menghadapi situasi setelah layoff memang penuh tantangan. Terlepas dari apakah kondisi finansial masih stabil atau tidak, ketidakpastian tentang masa depan dapat memicu gangguan kecemasan. Pada titik ini, sangat penting untuk mengelola reaksi tubuh dan pikiran agar tetap terkendali dan tidak semakin memperburuk kondisi.

Untuk menjaga kesehatan mentalmu, langsung saja simak ketujuh strategi sederhana atasi panic attack setelah mengalami layoff berikut ini. Keep scrolling!

1. Menjaga pola pernapasan yang terkendali

ilustrasi pria melakukan latihan pernapasan (freepik.com/katemangostar)

Ketika menghadapi panic attack, salah satu cara yang paling efektif untuk mengendalikan situasi adalah dengan fokus pada pernapasan. Kondisi panik seringkali membuat pernapasan menjadi cepat dan dangkal, yang justru memperburuk perasaan cemas. Dengan menarik napas dalam-dalam dan perlahan-lahan, tubuh dapat mengirim sinyal ke otak untuk menenangkan sistem saraf, sehingga meredakan gejala panic attack.

Latihan pernapasan dapat dilakukan dengan cara menarik napas dalam-dalam melalui hidung, menahan napas sejenak, dan kemudian mengeluarkannya perlahan melalui mulut. Melakukan ini beberapa kali akan membantu menurunkan kecemasan yang melanda.

Selain itu, teknik pernapasan perut juga dapat membantu menenangkan tubuh. Teknik ini mengajarkan untuk menggunakan otot diafragma saat bernapas, yang lebih dalam dan lebih lambat, sehingga meningkatkan oksigenasi tubuh dan mengurangi ketegangan.

2. Membuat rencana tindakan yang realistis

ilustrasi curriculum vitae (freepik.com/DC Studio)

Setelah mengalami layoff, penting untuk membuat rencana tindakan yang konkret agar tidak terperangkap dalam perasaan tidak berdaya. Ketidakpastian masa depan memang bisa memicu kecemasan, tetapi dengan memiliki rencana yang jelas, perasaan tersebut dapat diminimalisir.

Rencana ini tidak harus mencakup langkah-langkah besar yang luar biasa, tetapi lebih kepada tujuan yang terukur dan realistis yang dapat dicapai dalam waktu singkat. Misalnya, mulai dengan memperbarui CV dan mencari peluang pekerjaan baru, atau mengikuti pelatihan untuk meningkatkan keterampilan yang relevan dengan pasar kerja.

Menetapkan tujuan kecil dan terukur akan memberikan rasa pencapaian yang meningkatkan rasa percaya diri. Selain itu, melihat langkah-langkah yang sudah diambil dapat memberikan rasa kontrol atas situasi yang sedang berlangsung, mengurangi rasa takut yang muncul. 

3. Mengelola stres dengan aktivitas fisik

ilustrasi pria melakukan yoga (freepik.com/freepik)

Aktivitas fisik adalah salah satu cara terbaik untuk mengurangi stres yang terkait dengan perasaan cemas dan panik. Olahraga atau bahkan aktivitas ringan seperti berjalan kaki dapat membantu melepaskan endorfin, hormon yang dapat meningkatkan suasana hati dan memberikan rasa tenang.

Melakukan olahraga ringan seperti yoga atau berlari di luar ruangan juga dapat membantu meredakan ketegangan fisik yang sering muncul setelah mengalami layoff. Selain itu, berolahraga memberikan kesempatan untuk fokus pada tubuh dan mengalihkan perhatian dari kecemasan yang berlebihan.

Ketika tubuh bergerak, aliran darah menjadi lebih lancar, dan pikiran pun bisa lebih jernih. Rasa tertekan dapat berkurang secara signifikan setelah beraktivitas fisik, dan kualitas tidur pun akan lebih baik. Aktivitas fisik ini juga dapat menjadi kesempatan untuk merencanakan langkah-langkah positif ke depan, atau sekadar memberi waktu untuk refleksi diri.

4. Membangun jaringan dukungan sosial

ilustrasi pria berkumpul bersama teman (unsplash.com/Toa Heftiba)

Tidak ada yang bisa mengatasi perasaan cemas atau panic attack sendirian. Membangun jaringan dukungan sosial adalah langkah penting untuk mendapatkan kenyamanan dan rasa aman setelah menghadapi layoff.

Menghubungi teman, keluarga, atau bahkan rekan kerja yang dapat dipercaya bisa memberikan ruang untuk berbicara dan mendengarkan perspektif yang berbeda. Terkadang, hanya dengan berbagi perasaan dan mengungkapkan kekhawatiran yang ada, seseorang bisa merasa lebih ringan dan lebih tenang. Dukungan sosial ini juga dapat memberi kesempatan untuk mendapatkan saran praktis yang berguna.

Selain berbicara dengan orang yang sudah dikenal, bergabung dengan komunitas yang memiliki pengalaman serupa juga bisa sangat membantu. Misalnya, mengikuti grup dukungan untuk pencari kerja atau menghadiri seminar yang membahas strategi mengatasi kecemasan pasca-layoff.

5. Fokus pada perawatan diri

ilustrasi pria makan salad (freepik.com/freepik)

Perawatan diri adalah bagian penting dari proses penyembuhan setelah mengalami layoff. Saat kecemasan melanda, seringkali kita melupakan pentingnya menjaga tubuh dan pikiran agar tetap sehat. Menjaga pola makan yang sehat, tidur yang cukup, dan melakukan aktivitas yang menyenangkan dapat memberikan keseimbangan yang dibutuhkan tubuh untuk melawan tekanan mental.

Meluangkan waktu untuk diri sendiri, seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau melakukan hobi, akan membantu meredakan stres dan memberikan ketenangan pikiran. Selain itu, menjaga kebersihan diri dan merawat tubuh dengan baik dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri yang mungkin tergerus setelah kehilangan pekerjaan.

6. Menerima perubahan dengan pikiran terbuka

ilustrasi pria bahagia (unsplash.com/Elena Mozhvilo)

Menerima perubahan adalah langkah penting dalam menghadapi tekanan pasca-layoff. Perubahan adalah bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan, dan menerima kenyataan bahwa tidak semua hal dapat dikendalikan akan membawa kedamaian batin. Sering kali, perasaan panik muncul karena ketakutan terhadap hal-hal yang belum diketahui atau perubahan yang tidak diinginkan.

Dengan sikap terbuka terhadap kemungkinan baru, seseorang dapat melihat peluang yang muncul setelah layoff. Perubahan ini bisa menjadi titik balik untuk pertumbuhan pribadi dan profesional yang lebih baik. Ketika seseorang menerima bahwa perubahan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang, ketakutan akan masa depan dapat dikurangi. 

7. Mengurangi konsumsi berita negatif

ilustrasi pria membaca berita di koran (freepik.com/rawpixel.com)

Setelah mengalami layoff, terpapar berita negatif atau informasi yang menambah kecemasan dapat memperburuk kondisi mental. Berita yang berlebihan tentang ekonomi, PHK besar-besaran, atau kesulitan finansial bisa memperburuk rasa takut dan cemas.

Membatasi konsumsi informasi tersebut akan membantu menjaga keseimbangan emosional dan memberi ruang bagi pikiran untuk berfokus pada hal-hal yang lebih positif. Mengatur waktu untuk mengecek berita atau media sosial, serta memilih informasi yang lebih konstruktif, dapat mencegah otak terjebak dalam pola pikir negatif.

Sebagai alternatif, lebih baik menggali informasi yang membangun, seperti artikel tentang cara meningkatkan keterampilan diri atau peluang kerja baru yang sesuai dengan minat dan kemampuan. Memilih sumber informasi yang positif akan memperkuat mentalitas optimis dan memberi rasa kontrol atas situasi.

Menghadapi panic attack setelah mengalami layoff memang bukan hal yang mudah. Namun dengan strategi-strategi sederhana dan pendekatan yang penuh perhatian, kamu dapat mengelola kecemasan dan kembali bangkit dengan lebih kuat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team