Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi makanan pedas (pexels.com/Joseph Kim)
ilustrasi makanan pedas (pexels.com/Joseph Kim)

Makanan pedas bukan hanya tentang soal rasa. Bagi sebagian orang, sensasi panas di lidah justru menghadirkan kenikmatan yang bikin nagih. Tidak heran jika makanan pedas menjadi favorit banyak orang dan terus dicari setiap harinya.

Sayangnya, sesuatu yang nikmat bisa jadi berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Tubuh sebenarnya memiliki cara tersendiri untuk memberi peringatan, tapi sering kali kita mengabaikannya. Padahal, dampaknya bisa cukup serius bagi kesehatan jika terus dibiarkan.

Sebelum tubuhmu bereaksi lebih parah, penting untuk mengenali tanda-tanda yang muncul. Artikel ini akan membahas lima cara tubuh memberi sinyal bahwa kamu sudah terlalu banyak makan makanan pedas. Lebih baik mencegah daripada menyesal di kemudian hari, bukan?


1. Capcaisin membuat usus bekerja lebih cepat sehingga memicu diare dan gastritis

ilustrasi orang Maag (freepik.com/freepik)

Apakah kamu merasa sakit perut setelah makan pedas? Ya, itu merupakan reaksi paling umum saat kamu terlalu banyak mengonsumsi makanan pedas.

Setelahnya akan muncul masalah pencernaan seperti diare. Ini bukan sekadar kebetulan saja, lho. Faktanya, senyawa capsaicin dalam cabai memang bisa mengiritasi saluran pencernaan dan mempercepat pergerakan usus. 

Akibatnya, makanan bergerak terlalu cepat sebelum tubuh sempat menyerap air dan nutrisi, sehingga menyebabkan feses menjadi cair.

Bukan hanya itu, konsumsi makanan pedas secara berlebihan juga bisa memicu peradangan pada lapisan lambung atau disebut gastritis. Ketika membran mukosa lambung terganggu, kamu mungkin akan merasakan sensasi perih atau nyeri di perut bagian atas. 

Kalau dibiarkan terus-menerus, gangguan ini bisa berdampak lebih serius pada kesehatan lambung. Jadi, kalau kamu mulai sering bolak-balik ke kamar mandi setelah makan pedas, itu bisa jadi alarm dari tubuh. Ini saatnya kamu mengatur ulang pola makan sebelum sistem pencernaanmu benar-benar kewalahan!


2. Mengonsumsi makanan pedas saat makan malam dapat mempengaruhi kualitas tidurmu

ilustrasi orang insomnia (pexels.com/cottonbro studio)

Godaan makan pedas memang bisa datang kapan saja, tak terkecuali pada malam hari. Sayangnya, senyawa capcaisin turut memicu peningkatan suhu tubuh dan merangsang sistem saraf untuk merespons rasa panas yang ditimbulkan.

Akhirnya, tubuhmu pun mengira sedang kepanasan dan mulai berkeringat sebagai cara untuk mendinginkan diri.

Masalahnya, ketika suhu tubuh naik terlalu drastis, efeknya bisa terasa di banyak aspek, termasuk kualitas tidur. Konsumsi makanan pedas sebelum tidur terbukti dapat mengganggu ritme tidur malam.

Tubuh menjadi terlalu aktif, dan pelepasan hormon tertentu juga ikut terpengaruh, membuatmu sulit merasa tenang atau rileks.

Jadi, kalau kamu sering susah tidur atau merasa gelisah di malam hari, coba cek kembali apa yang kamu makan sebelumnya. Mungkin bukan kopi atau gadget yang bikin kamu begadang, tapi sambal yang terlalu menggoda di makan saat malam tadi.


3. Mengonsumsi makanan terlalu pedas memicu sakit kepala

ilustrasi orang sakit kepala (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tidak hanya membuat perut terasa panas, makanan pedas juga bisa memicu sakit kepala bagi sebagian orang.

Senyawa capsaicin dan histamin yang dilepaskan tubuh saat mengonsumsi makanan pedas dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah di otak. Akibatnya, beberapa orang bisa mengalami nyeri kepala mendadak setelah makan pedas.

Efek ini akan meningkatkan jika kamu memiliki riwayat migrain atau sensitif terhadap makanan tertentu. Walaupun, kondisi ini sebenarnya tidak selalu berbahaya tetapi tetap perlu diwaspadai. Kalau kamu sering merasa kepala berdenyut atau berat setelah menyantap makanan pedas, bisa jadi sinyal kalau kamu terlalu banyak mengonsumsinya.

Jadi, lebih bijak lagi dalam mengonsumsi makanan pedas agar tak menimbulkan efek samping negatif. Kamu tentu tidak mau kalau makanan favoritmu justru jadi bumerang bagi dirimu sendiri.

Oleh sebab itulah, lebih peka lagi terhadap tubuhmu karena mereka punya cara berbeda dalam bereaksi, jadi penting untuk mengenali batasan diri sendiri.


4. Makan yang terlalu pedas bisa memberikan efek nyeri dada

ilustrasi orang yang nyeri dada (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Tahukah kamu bahwa makan makanan pedas dapat memicu naiknya asam lambung ke kerongkongan? Hal inilah yang menimbulkan rasa panas di dada atau dikenal juga dengan heartburn.

Senyawa capsaicin dalam cabai dapat melemahkan otot sfingter di lambung. Akibatnya, cairan asam naik dan membuat dada terasa terbakar.

Gejala ini tak hanya dialami oleh penderita GERD, tapi orang sehat juga bisa merasakannya. Risiko tersebut bisa meningkat jika makan pedas saat perut kosong atau sebelum tidur.

Jika kamu mulai merasakan nyeri di dada setelah makan pedas, jangan abaikan. Bisa jadi tubuhmu sedang memberi peringatan untuk lebih hati-hati, ya!.


5. Mengalami mual bahkan muntah setelah mengonsumsi makanan yang terlalu pedas

ilustrasi orang asam lambung (freepik.com/freepik)

Makanan yang terlalu pedas dapat memicu reaksi mual bahkan muntah. Ini terjadi saat tubuh menganggap capsaicin sebagai zat berbahaya. Sistem pencernaan pun merespon dengan menolaknya secara refleks. Hasilnya, kamu bisa merasa pusing, mual, atau langsung ingin muntah.

Kondisi ini lebih sering dialami saat perut kosong atau ketika konsumsi cabai sangat berlebihan. Muntah bukan tanda kamu lemah, tapi bentuk pertahanan tubuh terhadap iritasi.

Jika kamu mengalami ini, segera hentikan makan dan beri waktu tubuhmu untuk pulih. Pedas boleh sesekali, tapi jangan sampai bikin tubuhmu menyerah.

Makanan pedas boleh dinikmati, tapi tetap bijak dalam mengonsumsinya. Jika dikonsumsi berlebihan, efeknya bisa mengganggu sistem pencernaan hingga kualitas tidur.

Tubuh punya cara sendiri untuk memberi peringatan, dan penting bagi kita untuk peka terhadapnya. Menjaga kesehatan bukan soal pantangan, tapi soal tahu kapan harus berhenti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team