Pemandangan di daerah Tugu Muda, Kota Semarang. (commons.wikimedia.org/Farhan Syafiq Fadillah)
Dalam rangka untuk mengenang perjuangan rakyat Semarang yang gigih melawan Jepang, dibangunlah Tugu Muda. Pembangunan tugu ini sebenarnya dimulai hanya seminggu setelah berakhirnya Pertempuran Lima Hari. Namun, karena keadaan di Semarang yang kembali tegang pasca kedatangan pasukan Sekutu, pembangunannya terbelangkalai selama empat tahun. Setelah enam tahun tertunda karena kondisi tersebut (dan juga kekurangan biaya), akhirnya pembangunan dimulai. Monumen ini awalnya berada di dekat Alun-Alun Johar. Akan tetapi, Walikota Semarang Hadisoebeno Sosrowerdojo memutuskan untuk memindahkan lokasi ke depan Lawang Sewu, yang merupakan episentrum Pertempuran Lima Hari. Pembangunan Monumen Tugu Muda berlangsung selama tiga tahun. Pada tanggal 20 Mei 1953, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ke-45, Presiden Soekarno meresmikan monumen ini.
Monumen Tugu Muda tidak hanya sebagai salah satu simbol terkenal dari Kota Semarang. Tetapi juga sebagai pengingat rakyat kota tersebut yang pada masa lalu melawan pasukan Jepang yang tidak mau menyerahkan senjata dan menghormati kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan pada dua bulan sebelumnya, yaitu 17 Agustus 1945.
Pertempuran Lima Hari di Kota Semarang menjadi pertempuran yang menjadi pengingat bagaimana masyarakat Kota Semarang mengorbankan segalanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru diproklamasikan beberapa bulan sebelumnya. Sebagai bangsa yang besar kita memiliki kewajiban untuk mengenang pahlawan yang gugur dalam pertempuran ini. Banyak di antara mereka yang namanya tidak tercatat dalam buku sejarah, tetapi pengorbanan mereka nyata dalam menjaga tegaknya kemerdekaan. Mengingat peristiwa ini bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan juga meneguhkan semangat persatuan dan pengorbanan demi menjaga Indonesia tetap merdeka.