Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Macam Reduplikasi dalam Bahasa Jawa, Pernah Dengar?

ilustrasi membatik (unplash.com/Mahmur Marganti)

Reduplikasi merupakan proses pengulangan kata atau unsur kata. Dalam bahasa Indonesia dikelompokan menjadi tiga macam yaitu, reduplikasi utuh, reduplikasi sebagian, dan reduplikasi variasi. Reduplikasi penuh itu jika bentuk dasar dan bentuk pengulangannya sama, misalnya jalan-jalan.

Kalau bentuk pengulangannya sebagian dari bentuk dasarnya dasarnya itu reduplikasi sebagian, misal tumbuh-tumbuhan. Reduplikasi variasi apabila bentuk pengulangannya mengalami perubahan vokal dari bentuk dasarnya, seperti kesana-kemari.

Sementara itu, dalam bahasa Jawa reduplikasi atau pengulangan disebut dengan istilah tembung rangkep. Jenis reduplikasi dalam bahasa Jawa yaitu, dwilingga, dwipurna, dan dwiwasana. Untuk rinciannya lebih lanjut simak penjelasan di bawah ini.

1.Tembung rangkep dwilingga

ilustrasi memanggil (freepik.com/cookie_studio)

Dwilingga merupakan istilah untuk menyebutkan reduplikasi kata ulang penuh. Kalau dalam bahasa Jawa misalnya adalah siji-siji (satu-satu), nyeluk-nyeluk (manggil-manggil), rasan-rasan (menggunjing), podo-podo (sama-sama), dan seterusnya.

2. Tembung rangkep dwilingga salin swara

ilustrasi tersenyum (freepik.com/tirachardz)

Tembung rangkep dwilingga salin swara merupakan bentuk pengulangan kata dimana huruf vokalnya berubah. Misalnya adalah mongan-mangan (selalu makan), bola-bali (bolak-balik), bengak-bengok (teriak-teriak), mesam-mesem (senyum-senyum), klera-kleru (selalu salah), dan lainnya.

3. Tembung rangkep dwipurna

ilustrasi membeli (unplash.com/Falaq Lazuardi)

Tembung rangkep dwipurna proses pengulangan yang hanya bagian depan saja yang diulang, sehingga kata dasarnya tidak diulang seluruhnya, contoh sesepuh (yang dituakan), tetamba (obat), tetuku (membeli), reresik (membersihkan), lelunga (pergi), lelara (penyakit).

4. Tembung rangkep dwiwasana

ilustrasi tertawa (freepik.com/cookie_studio)

Pengulangan yang terjadi hanya pada bagian akhir kata disebut dengan dwiwasana. Misalnya, cengingis (tertawa), nyenyuwek (menyobek), jebubug (tampak besar), pethenteng (terlihat sombong). Untuk penggunaaanya bentuk kata ulang dwiwasana ini jarang sekali digunakan oleh penutur.

5. Dwilingga semu

ilustrasi cincin (freepik.com/freepik)

Dwilingga semu merupakan pengulangan yang asli atau murni, jadi bentuk dasarnya diulang secara murni.Tembung rangkep ini akan membentuk makna yang baru. Misalnya, orong-orong (nama binantang), andeng-andeng (tahi lalat), undur-undur (nama binatang), ali-ali (cincin), aling-aling (penutup).

Berdasarkan ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa reduplikasi dalam bahasa Jawa pun terdapat tembung rangkep dwilingga, tembung rangkep  dwilingga salin swara, tembung rangkep dwipurna, tembung rangkep dwiwasana, dan dwilingga semu.

Demikian untuk penjelasan mengenai jenis tembung rangkep disertai dengan contohnya. Semoga dapat memperluas wawasan, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ni
EditorNi
Follow Us