Apa Itu Chattra? Fakta Payung yang Akan Dipasang di Puncak Candi Borobudur

Chattra muncul di berbagai sutra agama Buddha

Magelang, IDN Times - Pemasangan chattra di atas stupa utama Candi Borobudur disebut bakal melengkapi kesempurnaan Candi Borobudur.

Meski begitu masih terjadi polemik terkait pemasangannya, para arkeolog tidak setuju payung yang dianggap suci bagi umat Buddha ini dipasang di Candi Borobudur mengingat keaslian batu penyusunnya masih diragukan keasliannya.

Lalu seperti apa bentuk chattra dan maknanya bagi umat Buddha? berikut ulasannya. 

Baca Juga: Pemasangan Chattra Candi Borobudur Tambah Aura Spiritual Umat Buddha

1. Chattra atau payung punya filosofi mendalam bagi umat Buddha

Apa Itu Chattra? Fakta Payung yang Akan Dipasang di Puncak Candi BorobudurChattra yang saat ini berada di halaman Museum Candi Borobudur. (IDN Times/Bandot Arywono)

Berdasarkan berbagai literatur Chattra memiliki catatan sejarah dan dasar filosofi yang sangat mendalam di dalam Buddhisme. Chattra atau payung memiliki catatan sejarah dan dasar filosofi yang sangat mendalam di dalam Buddhisme, di Candi Borobudur relief yang menggambarkan adanya payung atau chattra salah satunya yakni pada relief Gandawyuha. Dan pemasangan chattra oleh van Erp kemungkinan terinspirasi dari Relief Gandawyuha di lorong 2 Candi Borobudur.

Relief Gandawyuha pada Candi Borobudur merupakan teks keagamaan yang merepresentasikan puncak spiritual seorang peziarah dalam mempelajari pengetahuan tertinggi. Relief tersebut dipahatkan pada dinding dan pagar langkan Candi Borobudur. Sebanyak 460 panil yang dimulai pada dinding lorong II dan berakhir pada dinding lorong IV.

Penggunaan kata Payung di dalam Kitab Gandawyuha Sutra yang terpahat di Candi Borobudur mengisahkan Sudhana yang berkelana demi belajar kepada lebih dari 50 orang guru untuk mengejar pencapaian Pencerahan Sempurna. Dalam kisah tersebut, Sudhana digambarkan sebagai seorang pemuda yang selalu memiliki sebuah payung yang melindunginya. Gambaran payung tersebut terukir dalam 332 keping relief di Candi Borobudur.

2. Candi Borobudur banyak terpahat relief yang menggambarkan tentang keutamaan chattra

Apa Itu Chattra? Fakta Payung yang Akan Dipasang di Puncak Candi BorobudurPixabay

Lebih jauh diterangkan oleh Dirjen Bimas Buddha Supriyadi penggunaan kata payung ditemukan berkali-kali di dalam Kitab Lalitawistara Sutra. Kitab Lalitawistara ini juga terukir dalam 120 keping relief di badan Candi Borobudur.

Sutra ini, menceritakan riwayat Buddha mulai dari sebelum lahir hingga mencapai Penerangan Sempurna dan memutar Roda Dharma untuk pertama kalinya. Pada sutra itu digambarkan kualitas-kualitas Buddha kepada Bodhisatwa Maitreya, Buddha memiliki kualitas layaknya seorang anggota keluarga kerajaan karena Buddha adalah sang pembawa payung permata.

Selain tertuang dalam Kitab Lalitawistara Sutra dan Gandawyuha Sutra, kata Chatra (payung) juga ditemukan dalam kisah-kisah Jataka, Awadana dan Karmawibhangga Sutra. Kisah-kisah Jataka dan Awadana terukir dalam 720 keping relief di Candi Borobudur.

Payung tersebut tergambar di mana para brahmin dilindungi oleh payung di atas kepalanya. Selanjutnya di dalam Karmawibhangga Sutra yang menghiasi 160 keping relief di kaki Candi Borobudur, diajarkan bahwa salah satu cara menghimpun kebajikan yang luar biasa adalah dengan mempersembahkan payung kepada objek-objek suci.

3. Persembahkan chattra seseorang dipercaya bakal berlimpah kekayaan dan bisa terus bersama dengan para Buddha

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Apa Itu Chattra? Fakta Payung yang Akan Dipasang di Puncak Candi BorobudurSuasana Candi Borobudur yang berada di Kabupaten Magelang, Selasa (10/10/2023). (IDN Times/Bandot Arywono)

Melalui persembahan payung akan membawa hasil dapat terlahir sebagai orang yang berwibawa, berlimpah kekayaan, bisa terus bersama-sama dengan para Buddha dan Bodhisatwa, bahkan hingga bisa membawa pada pencapaian pembebasan.

Pemaknaan chattra dalam filosofi Buddhisme yakni sebuah objek persembahan surgawi, sebagai pelindung, dan sebagai penanda anggota keluarga kerajaan.

“Sangat penting memaknai Chatra tidak hanya dari disiplin Arkeologi semata, namun juga dalam perspektif spiritualitas agama Buddha. Chatra atau payung memiliki makna filosofi sebagai objek persembahan surgawi dan sebagai sebagai pelindung,” kata Supriyadi.

4. Chattra merupakan obyek persembahan surgawi

Apa Itu Chattra? Fakta Payung yang Akan Dipasang di Puncak Candi BorobudurRibuan umat Buddha mengikuti kirab Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, Minggu (4/6/2023) pagi. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Chattra merupakan bagian dari stupa yang berbentuk payung bersusun tiga. Letak chattra berada paling atas. Secara umum, stupa tersusun dari alas membulat yang ditinggikan dan diletakkan di bawah kubah, lalu pada bagian atas kubah terdapat harmika atau tanah berpagar juga as roda atau batang untuk menopang chattra. Chattra menyimbolkan perlindungan bumi dari kekuatan jahat.

Selain itu, chattra juga bermakna sebagai objek persembahan surgawi dan juga penanda anggota keluarga kerajaan.

Jumlah chattra di atas stupa pada masa India kuna adalah tiga belas. Jumlah ini merupakan lambang penghormatan bagi Raja Penguasa Dunia atau kerajaan yang memiliki daerah kekuasaan yang luas, serta simbol tertinggi dari suatu kerajaan.

5. Pemasangan chattra akan menjadikan kesempurnaan dan keagungan Candi Borobudur

Apa Itu Chattra? Fakta Payung yang Akan Dipasang di Puncak Candi BorobudurCandi Borobudur, Indonesia (borobudurpark.com)

Chattra sendiri merupakan batu yang berbentuk payung yang rencananya bakal dipasang di atas stupa utama Candi Borobudur. Pemasangan Chattra dipercaya bakal menyempurnakan keagungan Candi Borobudur, selain itu juga menambah aura spiritualitas umat Budha.

"Mayoritas umat Buddha menginginkan pemasangan chattra, ini merupakan harapan dari kalangan umat Buddha agar chattra dipasang," kata Prasetyo, Selasa (10/10/2023). Chattra di bangunan Candi Borobudur diibaratkan kepala yang akan melengkapi tubuh. Dan pemasanganannya akan menjadi kesempurnaan dan keagungan Candi Borobudur.

Wibowo Prasetyo menilai, saat ini yang diperlukan adalah langkah taktis agar segera ada kesepemahaman bersama. Menurutnya, hal yang wajar jika rencana pemasangan chattra belum final saat ini karena masing-masing pihak belum mendengar utuh apa yang menjadi prinsip dan pandangannya. Namun, perbedaan itu diyakini akan mendapatkan titik temu karena di level kementerian dan pemerintah daerah, semua telah menyetujui.

"Ini memang tidak mudah karena ada banyak perspektif. Namun banyaknya perspektif justru akan memperkaya proses pemasangan chattra. Yang penting ada diskusi yang terbuka dan produktif. Tak hanya dari aspek arkeologis tapi juga melibatkan spritualitas umat Buddha," ujarnya. 

Baca Juga: Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dinantikan Oleh Umat Buddha

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya