Sosok Kiai Mlati, Orang Sakti Cikal Bakal Berdirinya Klaten 

Makam Abdi Dalem Mataram ini selalu dikunjungi pejabat

Klaten, IDN Times - Kabupaten Klaten baru saja memperingati Hari Jadi Ke-217 tepat pada 28 Juli 2021. Peringatan HUT Klaten ke-217 tahun ini dilakukan secara sederhana, Jauh dari hiruk – pikuk kerumunan akibat pandemik COVID-19.

Peringatan hari Jadi Klaten, kemarin dilangsungkan di Pendopo Agung Setda Klaten dan diikuti secara virtual oleh jajaran.

Berbicara Kabupaten Klaten tak bisa lepas dari sosok Kiai Mlati Sekolekan seorang abdi dalem Kerajaan Mataram yang disebut-sebut sebagai cikal bakal berdirinya Klaten. Seperti apa sejarahnya sang Kiai bersama istri yang babat alas hutan belantara Klaten?

Baca Juga: Kiprah Alviyanto Bagas, Atlet Klaten yang Main di Olimpiade Tokyo 2020

1. Ziarah ke Makam Kiai Mlati jadi rutinitas bupati saat memeringati hari jadi Klaten

Sosok Kiai Mlati, Orang Sakti Cikal Bakal Berdirinya Klaten Bupati Klaten Sri Mulyani dan Nila Sari juru kunci makam Kiai Mlati. (klatenkab.go.id)

Salah satu rutinitas tahunan yang dilakukan saat memperingati Hari Jadi Klaten yang dilakukan oleh Bupati Klaten dan jajarannya yakni ziarah ke Makam Kiai Mlati dan Nyai Mlati. Kedua tokoh ini dipercaya sebagai sebagai cikal bakal Klaten.

Rabu (28/07/2021) Bupati Klaten Sri Mulyani dan rombongan menyempatkan diri berziarah di makam tua yang letaknya berada Dukuh Sekalekan, Kelurahan Klaten, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten. Lokasi makam tersebut tak jauh dari Alun-alun Klaten.

Juru kunci makam, Nila Sari mengaku Ia sering diminta menemani pejabat tinggi di Kabupaten Klaten berziarah ke makam, terlebih pada hari-hari besar dan termasuk pada HUT Ke-217 ini.

Tak hanya para pejabat yang kerap berziarah ke makam tersebut. Masyarakat umum pun juga kerap mendatangi makam tersebut.

"Iya pemerintah ini kan tiap tahun datang kesini untuk ziarah. Kalau masyarakat tidak pandang waktu (bisa ziarah). Disini kan bisa 24 jam" katanya.

2. Diutus Raja Mataram untuk "Berperang" babat alas wilayah Klaten

Sosok Kiai Mlati, Orang Sakti Cikal Bakal Berdirinya Klaten Keraton Yogyakarta (Google Street View)

Kiai Mlati dan istrinya dipercaya sebagai dua sosok yang berperan penting terhadap berdirinya Klaten. Sebelum menjadi kota yang ramai seperti sekarang ini, daerah ini dulunya dikenal sebagai hutan belantara.

Kiai Mlati dan Nyai Mlati yang merupakan Abdi Dalem Kerajaan Mataram yang diperintahkan Raja Mataram untuk tinggal di daerah ini.

Nila Sari bercerita bahwa makam tersebut merupakan persemayaman terakhir sosok yang dipercaya sebagai orang dibalik berdirinya Kota Klaten.

"Itu kan dulu cikal bakalnya kota Klaten. Dulunya Klaten belum dipecah dan masih utuh di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram. Lalu Kiai dan Nyai Mlati diutus dari kerajaan untuk babat alas kalau mungkin kalau sekarang istilahnya perang," ujarnya.

Ia mengatakan di kompleks makam Nyi Mlati ini ada tiga makam yang berjajar. Masing-masing adalah makam Eyang Mlati Kakung Putri dan yang bawah pohon asem adalah Eyang Tunorekso.

3. Ada dua versi asal muasal penyebutan Klaten

Sosok Kiai Mlati, Orang Sakti Cikal Bakal Berdirinya Klaten Ilustrasi lahan sawah (IDN Times/ Ervan Masbanjar)

Ada dua versi asal muasal penyebutan Klaten. Versi pertama menyebutkan Klaten berasal dari kata kelathi atau buah bibir, hal ini karena Klaten terkenal sejak dulu merupakan daerah yang sangat subur.

Versi lain yakni Klaten berasal dari bahasa Jawa Mlati mengacu pada nama Kiai Mlati Sekolekan. Dikutip dalam buku Klaten dari Masa ke Masa yang diterbitkan Bagian Ortakala Setda Kab. Dati II Klaten Tahun 1992/1993. Melati merupakan nama seorang kiai yang hidup pada kurang lebih 500-600 tahun yang lalu.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Kiai Mlati dan istrinya datang ke wilayah Klaten yang masih berupa hutan belantara. Tertulis dalam Serat Narpawada (1919:1921) sang kiai yang merupakan abdi dalem Kraton Mataram ini ditugaskan oleh raja untuk menyerahkan bunga Melati dan buah Joho untuk menghitamkan gigi para putri kraton.

Untuk memenuhi kebutuhan bunga Melati bagi raja-raja Mataram, Kiai Mlati  dan Nyai Mlati tinggal di daerah tersebut dan menanami sawah milik Raden Ayu Mangunkusuma, istri Raden Tumenggung Mangunkusuma yang saat itu menjabat sebagai Bupati Pulisi Klaten.

Daerah yang ditinggali oleh Kiai Mlati dan Nyai Mlati semakin lama semakin ramai dan daerah itulah yang menjadi Klaten yang sekarang.

Kyai Melati dikenal sebagai orang berbudi luhur dan lagi sakti. Karena kesaktiannya itu perkampungan itu aman dari gangguan perampok. Setelah meninggal dunia, Kiai Melati dikuburkan di dekat tempat tinggalnya.

4. Berdirinya benteng atau Loji Klaten diperingati sebagai hari lahir Kabupaten Klaten

Sosok Kiai Mlati, Orang Sakti Cikal Bakal Berdirinya Klaten Google.com

Dikutip dari website resmi Kabupaten Klaten, sejarah Klaten tersebar diberbagai catatan arsip-arsip kuno dan kolonial, arsip-arsip kuno dan manuskrip Jawa. Catatan itu seperti tertulis dalam Serat Perjanjian Dalem Nata, Serat Ebuk Anyar, Serat Siti Dusun, Sekar Nawala Pradata, Serat Angger Gunung, Serat Angger Sedasa dan Serat Angger Gladag.

Dalam bundel arsip Karesidenan Surakarta menjadikan rujukan sejarah Klaten seperti tercantum dalam Soerakarta Brieven van Buiten Posten, Brieven van den Soesoehoenan 1784-1810, Daghregister van den Resi dentie Soerakarta 1819, Reporten 1787-1816, Rijksblad Soerakarta dan Staatblad van Nederlandsche Indie.

Babad Giyanti, Babad Bedhahipun Karaton Negari Ing Ngayogyakarta, Babad Tanah Jawi dan Babad Sindula menjadi sumber lain untuk menelusuri sejarah Klaten.

Kabupaten Klaten dulunya merupakan daerah swapraja Keraton Kasunanan Surakarta. Pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwana IV, Keraton Surakarta membangun sebuah benteng dan berdirinya Benteng atau loji Klaten pada sabtu Kliwon, 12 rabiulakir, Langkir, Alit 1731 atau sengkala RUPA MANTRI SWARANING JALAK atau dimaknai sebagai tanggal 28 Juli 1804 hingga saat ini diperingati sebagai hari jadi Klaten.

Sumber sejarah ini dapat ditemukan dalam Babad Bedhaning Ngayogyakarata dan Geger Sepehi. Catatan sejarah ini oleh pemerintah Kabupaten Klaten melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 sebagai Hari Jadi Kabupaten Klaten yang diperingati setiap tahun.

5. Peringati HUT di masa Pandemik dengan baju putih dan selendang lurik di Leher

Sosok Kiai Mlati, Orang Sakti Cikal Bakal Berdirinya Klaten Bupati Klaten pada saat peringatan HUT Klaten ke-217. (klatenkab.go.id)

Ada yang berbeda pada peringatan HUT Klaten ke-217 kali ini, selain diperingati secara sederhana dan juga dilangsungkan secara virtual, pada peringatan hari jadi Klaten kali ini Bupati Klaten Sri Mulyani, Wakil Bupati Yoga Hardaya dan seluruh peserta upacar mengenakan baju khusus yakni baju putih dan selendang lurik di leher.

Sri Mulyani mengatakan makna dari pakain tersebut yakni pesan kesederhanaan dibalik baju putih dan selendang lurik.

"Diperingatan Hari Jadi Klaten Ke-217 ini dilaksanakan secara sederhana. Tapi hari ini kita mengenakan seragam putih dan selendang lurik di leher. Ini simbol kalau kita semua warga Klaten masih punya semangat agar Klaten kembali pulih menjadi zona putih. Klaten yang terbebas dari pandemik COVID-19. Karena kasus COVID-19 di Klaten menjadi perhatian pusat dan provinsi. Tapi kita harus mau bangkit. Maka terima kasih saya mengucapkan kepada seluruh jajaran TNI/ Polri, relawan dan jajaran Pemkab Klaten yang telah bergotong-royong mengatasi penularan COVID-19 sampai hari ini" jelas Sri Mulyani.

Selendang lurik yang merupakan produk kebanggaan Klaten menurut Sri Mulyani juga merupakan konsistensi dan kebanggaan daerah serta potensi Klaten yang harus dijaga.
"Masyarakat khususnya ASN Klaten harus bangga dengan potensi sendiri. Selendang lurik ini simbol semangat kalau kita harus bangga dengan produk daerah," jelasnya.

6. Pandemik COVID-19 sudah ada 1.966 Klaten yang meninggal dunia

Sosok Kiai Mlati, Orang Sakti Cikal Bakal Berdirinya Klaten Ilustrasi proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19 (IDN Times/Aldila Muharma&Fiqih Damarjati)

Kabupaten Klaten saat ini masih menjadi zona merah dan mesti menjalankan PPKM level 4. Dalam laporannya Sri Mulyani mengatakan ada 1.966 warga Klaten yang meninggal dunia. Jumlah komulatif terpapar COVID-19 ada sekitar 28 ribu dan 26 ribu dinyatakan sembuh. Diharapkan melalui Peringatan Hari Jadi Klaten Ke-217 semua komponen harus ikhlas bekerja dan menguatkan semangat gotong – royong.

"Saya mengingatkan kepada seluruh ASN dan komponen Klaten agar terus bergotong-royong dan bekerja ikhlas mengatasi musibah pandemi ini Seperti tema yang diusung peringatan HUT Klaten tahun ini yakni Makarya kanti legowo sinartan pandonga amrih corona enggal sirna. Artinya diharapkan semua jajaran Pemkab Klaten dan masyarakat dapat bekerja dengan ikhlas dan doa semoga corona segera sirna," ungkapnya.

Baca Juga: Soto Gak Pakai Kuah! 6 Kuliner Khas ini Cuma Ada di Klaten

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya