Pameran 1 Juta Buku Indie di Kota Lama, Saatnya Berburu Diskon Guys

Gerakan literasi keliling diinisiasi Patjarmerah

Semarang, IDN Times - Berbagai bentuk kata mutiara bergelantungan di langit-langit Gedung Soesman Kantoor dan Monod Diephois & Co, kawasan Kota Lama, Semarang, pada Sabtu sore (7/12). 

Sebuah kata yang pernah diucapkan oleh Tan Malaka begitu mengena di hati para pengunjung pameran buku yang digelar di gedung tersebut.

"Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi" begitu tulisan kata mutiara dari Tan Malaka yang tergantung di atap Gedung Monod.

1. Patjarmerah ingin menyebarluaskan gerakan literasi di Semarang

Pameran 1 Juta Buku Indie di Kota Lama, Saatnya Berburu Diskon GuysPengunjung memadati festival buku yang digelar Patjarmerah. IDN Times/Fariz Fardianto

Acara pameran buku tersebut diinisiasi oleh Patjarmerah, sebuah organisasi literasi yang rutin berkeliling dari sejumlah kota yang ada di Indonesia.

Irwan Bajang, seorang pengurus Patjarmerah mengaku Semarang jadi kota yang penting untuk menyebarluaskan gerakan literasi di tengah maraknya teknologi modern yang ada saat ini.

Baca Juga: Suka Mendongeng, Ini Buku-buku Favorit Jokowi Saat Kecil

2. Semangat gerakan membaca buku di Semarang akan dihidupkan lagi

Pameran 1 Juta Buku Indie di Kota Lama, Saatnya Berburu Diskon GuysUnsplash.com/ Alexander Michl

Ia menyebut bila Semarang merupakan kota pergerakan yang sangat cocok dimasuki oleh gerakan literasi keliling.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Kota ini memang semestinya menjadi tempat terbaik untuk menghidupkan kembali semangat mempelajari literasi. Karena Semarang tak bisa dipisahkan dari sejarah kemunculan para pembelajar," akunya.

Patjarmerah, katanya mengajak ratusan penerbit untuk menyemarakan pameran buku indie sejak 29 November hingga 8 Desember.

Ia mengatakan ingin mengembalikan marwah pergerakan di Kota Atlas jadi kelompok-kelompok gerakan literasi sehingga nantinya diharapkan mampu menginspirasi daerah lainnya.

"Pada masa-masa perjuangan kemerdekaan, Semarang adalah salah satu kota yang membidani lahirnya banyak organisai kepemudaan, study-study club, kelompok ini menginspirasi kota lain untuk melakukan hal serupa," bebernya.

3. Satu juta buku lebih dipamerkan di Gedung Monod. Acara juga diselingi dengan sejumlah narasumber

Pameran 1 Juta Buku Indie di Kota Lama, Saatnya Berburu Diskon GuysIDN Times/Holy Kartika

Khotibul Umam, koordinator acara di Gedung Monod menuturkan apa yang dilakukan Patjarmerah selama ini tak ubahnya seperti sirkus literasi keliling.

Sebab, saat ini terdapat lebih dari 100 penerbit besar, penerbit rumahan, penerbit indie dan kolektor buku lawasan ikut hadir mengisi pasar buku. 

Selain itu, Patjarmerah menghadirkan puluhan narasumber untuk mengisi acara. Macam Ivan Lanin, Alexander Tian, Reda Gudiamo, Ria Papermoon, Marrysa Tunjung Sari, Saut Situmorang, Kalis Mardiasih, Iqbal Ajidaryono, Yusi Avinto Pareanom, AS. Laksana, Triyanto Triwikromo, Boy Candra, Dandhy Laksono, Sahid Muhammad, Ibu Etu, Lulu Lutfi Labibi.

"Jumlah buku yang dijual di sini mencapai 1 juta. Kita bahkan ngasih diskon besar-besaran sampai 80 persen untuk merangsang minat anak-anak muda membeli buku yang tersedia di sini," katanya.

Baca Juga: Butuh Variasi Bacaan Unik? Cek 5 Toko Buku Indie Lokal Ini Dulu! 

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya