Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Firdaus (kiri) dan Shakira (kanan), dua mahasiswa STMIK Komputama Majenang saat menjelaskan pemanfaatan pelepah pohon pisang sambil memegang hasil produksi berupa dompet, dan tempat id card,Kamis (26/12/2024).(IDN Times/Cokie Sutrisno)
Firdaus (kiri) dan Shakira (kanan), dua mahasiswa STMIK Komputama Majenang saat menjelaskan pemanfaatan pelepah pohon pisang sambil memegang hasil produksi berupa dompet, dan tempat id card,Kamis (26/12/2024).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Banyumas, IDN Times - Pelepah pisang, yang sering dianggap sebagai limbah tanaman, ternyata dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk kreatif dan ramah lingkungan, salah satunya adalah dompet. Pemanfaatan pelepah pisang sebagai bahan dompet memberikan alternatif yang lebih berkelanjutan, mengurangi limbah, dan bisa menjadi produk unik yang memiliki nilai jual, hal itu dilakukan sejumlah mahasiswa di STMIK Komputama Majenang, Cilacap.

Ketua kelompok mahasiswa inovatif kreatif, Firdaus SA kepada IDN Times menjelaskan ide memanfaatkan pelepah pohon pisang berawal dari banyaknya limbah tersebut di daerah Majenang. Dirinya pun mengajak rekan lainnya untuk mengolah menjadi bahan yang bermanfaat dan ramah lingkungan, diantaranya adalah dompet, tempat id card, sampul buku, ,tas kecil, dan tempat kartu nama.

Firdaus yang juga Presiden Badan Eksekutif mahasiswa di kampusnya menambahkan kegiatan inovasi kreasi yang dilakukan sejak awal tahun 2023 sebagai bagian dari penerapan entrepreuner kampus yang dicanangkan oleh Ketua STMIK Komputama Nana Kusnana. Sedangkan untuk distribusi produksi masih terbatas pada lingkungan kampus dan institusi yang telah menjalin kerjasama seperti Pertamin dan Bank Indonesia.

1. Keresahan yang berujung mendapat P2MW

Pohon pisang yang terdapat pelepah kini menjadi nilai ekonomis ditangan mahasiswa STMIK Komputama Majenang, Kamis (26/12/2024).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Menurut Firdaus, sebelum membuat ide, dirinya bersama Shakirra Zahrarianti, Ifan Fatahillah dan Nuraini juga melakukan riset agar produk yang dihasilkan bisa bermanfaat.Tak hanya itu ide awal membuat produk tersebut juga berawal dari keresahan karena saat banjir banyak pelepah pohon pisang atau gedebok berserakan bahkan menyumbat saluran air.

Selain mengerjakan bersama timnya, Firdaus juga didampingi Mustangin seorang dosen sekaligus mentornya. Upaya tersebut membuahkan hasil dengan lolos pada program kewirausahaan kementrian, tak hanya itu ia juga lolos pada program Pertamina Foundation.

”Awalnya kita terbentuk oleh Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) melalui kampus, pendanaan program tersebut dilakukan untuk pembelian bahan baku dan alat produksi, setelah itu kita memproduksi berbagai barang berbahan pelepah pisang,” ungkapnya, Kamis (26/12/2024).

2. Dipasarkan dalam satu paket handycraft

Pelepah pohon pisang yang diubah menjadi souvenir berupa dompet, tas, dan lain lain, Kamis (26/1/2024).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Setelah berhasil menciptakan produk yang dikemas dalam satu paket handycraft, ia mengikuti ajang proyek sosial yang diselenggarakan Pertamina foundation yang diarahkan pada pemberdayaan Pondok Al Himam di Kecamatan Kawunganten, Cilacap. di Pondok tersebut tim melakukan pendampingan produksi, outputnya diharapkan mereka dapat menjadi bagian kesatuan dari sistem produksi yang berkelanjutan.

Menurut Firdaus, bersama timnya kini sudah mulai menerima order dari sejumlah instansi. Dengan hasil produk yang terus ditingkatkan membuat produknya menang layak dipasarkan. Produk yang dinamai Bana Sentra itu, kini juga mulai ikut sertakan pada ajang pameran maupun pemasaran secara berjejaring.

"Jadi selama ini kami mengemas dalam satu handycraft dengan isi beberapa hasil produksinya, dan kami jual dengan harga Rp 250 Ribu, dan kami juga yakin produk yang ramah lingkungan ini bisa diterima masyarakat luas, baik melalui pameran maupun media sosial,"katanya.

3. Proses pengolahan hingga menjadi suouvenir dompet dan lainnya

Proses pembuatan dompet dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, Kamis (26/12/2024).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Sebelum dijadikan dompet dan souvenir lainnya, pelepah pohon pisang melalui beberapa tahap pengolahan seperti memilih pelepah pisang yang sudah cukup tua dan kuat. Pelepah pisang dicuci bersih dan dijemur hingga kering karena pelepah pisang yang sudah kering akan lebih mudah diproses.

Setelah itu beberapa teknik melibatkan perebusan juga dilakukan untuk membuat serat pelepah pisang lebih lentur dan tidak mudah patah. Setelah itu, pelepah pisang dapat diproses menjadi lembaran tipis yang lebih kuat. Pelepah pisang yang sudah diolah menjadi lembaran tipis dan kuat dapat dipotong dan dijahit menjadi berbagai bentuk dompet.

"Dompet pelepah pisang ini selain diwarnai juga menggunakan pewarna alami untuk memberikan tampilan yang menarik. Setelah itu, lapisan pelindung atau finishing seperti minyak atau lilin dapat diterapkan agar permukaan dompet menjadi lebih tahan air dan lebih awet,"jelas Firdaus.

4. Mendukung pelestarian lingkungan berkelanjutan

Pelepah pohon pisang yang diolah menjadi bahan bernilai ekonomis juga mampu mendukung pelestarian lingkungan(IDN Times/Foto : ilustrasi)

Menggunakan pelepah pisang yang biasanya dibuang sebagai limbah tanaman mengurangi sampah organik dan membantu menjaga kelestarian lingkungan, sehingga hasil karya menjadi lebih ramah lingkungan, bahan alami yang terdapat di pelepah pisang juga tidak mengandung bahan kimia berbahaya, sehingga lebih aman digunakan untuk produk yang akan bersentuhan langsung dengan kulit.

Pelepah pisang yang sudah diolah dengan benar memiliki kekuatan yang cukup baik sedang dompet atau produk lainnya dari pelepah pisang memiliki tampilan yang unik, dengan tekstur alami dan kesan eksotis yang menarik perhatian dan bisa membuka peluang usaha baru, meningkatkan pendapatan petani pisang, dan mendukung ekonomi lokal.

'Dengan memanfaatkan pelepah pisang, kita tidak hanya mengurangi limbah atau sampah, tetapi juga menciptakan produk bernilai tambah bagi para generasi entrepreuner, dan pemanfaatan ini juga mendukung gerakan go green dan upaya pelestarian lingkungan di kampus dan masyarakat sekitar,"jelasnya.

5. Wisudawan dibekali semangat Ketua Apindo

Salah satu dari 75 orang mahasiswa STMIK Komputama Majenang dari yang diwisuda, Selasa, (24/12/2024).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Sebelumnya, Sebanyak 75 mahasiswa dari Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer (STMIK) Komputama Majenang menyemarakkan acara wisuda ke dua di stadium general Kampus STMIK Komputama yang merupakan bagian dari rangkaian Rapat Senat terbuka yang dipimpin oleh Ketua STMIK Komputama Majenang pada Selasa (24/12/2024).

Kegiatan tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Ketua Dewan Pembina Yayasan El-Bayan Majenang, KH. Imam Subky Najmudin, serta KH. Prof. Dr. Fathul Aminudin Aziz, M.M, Badan Penyelenggara PT STMIK Komputama Majenang.

Ketua STMIK Komputama Majenang, Nana Kusnana, M.Pd, menyampaikan bahwa pada tahun 2024, sebanyak 75 mahasiswa dari dua program studi (prodi) berhak mendapatkan gelar sarjana. Dari jumlah tersebut, 39 wisudawan/wisudawati berasal dari prodi Sistem Informasi (SI), sementara 36 wisudawan/wisudawati dari prodi Teknik Informatika (TI).

"Kebetulan STMIK Komputama sudah bekerjasama dengan apindo dengan menghadirkan Bambang Wahono, selaku Ketua APINDO Kabupaten Cilacap untuk memberikan pembekalann dan motivasi, harapannya agar mampu menentukan karir ke depan secara mandiri karena selama ini mindsite alumnus setelah lulus adalah mencari,"pungkasnya.

Editorial Team