Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi kantor DPRD Jateng. IDN Times/Fariz Fardianto
Ilustrasi kantor DPRD Jateng. IDN Times/Fariz Fardianto

Semarang, IDN Times - Provinsi Jawa Tengah hari ini, Selasa (19/8/2025) tepat berulang tahun ke-80 hal tersebut didasari terbitnya UU Nomor 11/2023 tentang Provinsi Jateng, yang pada Pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa 19 Agustus sebagai hari jadi Provinsi Jateng sehingga bukan lagi 15 Agustus, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Perda Nomor 5/2023.

Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah sebelumnya diperingati pada tanggal 15 Agustus 1950 berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2004. Setelah melalui beberapa kajian, diputuskan tanggal 19 Agustus 1945 sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2023.

1. Letak geografis Provinsi Jawa Tengah

Warga memasang deretan bendera Merah Putih di lokasi wisata kebun teh Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/ama/aa.)

Jawa Tengah sebagai salah satu Propinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi yakni Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya 5º40′ dan 8º30′ Lintang Selatan dan antara 108º30′ dan 111º30′ Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa).

Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota, 537 kecamatan, 759 kelurahan, dan 7.809 desa. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah.

Menurut penggunaannya, luas lahan sawah terbesar berpengairan teknis (38,26 persen), selainnya berpengairan setengah teknis, tadah hujan dan lain-lain. Dengan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar 69,56 persen.

Berikutnya lahan kering yang dipakai untuk tegalan/kebun/ladang/huma sebesar 34,36 persen dari total bukan lahan sawah. Persentase tersebut merupakan yang terbesar, dibandingkan presentase penggunaan bukan lahan sawah yang lain.

Menurut Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18ºC sampai 28ºC. Tempat-tempat yang letaknya dekat pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Sementara itu, suhu rata-rata tanah berumput (kedalaman 5 Cm), berkisar antara 17ºC sampai 35ºC. Rata-rata suhu air berkisar antara 21ºC sampai 28ºC. Sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen samapai 94 persen. Curah hujan terbanyak terdapat di Stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga sebanyak 3.990 mm, dengan hari hujan 195 hari.

2. Demografi penduduk Jawa Tengah

Ilustrasi orang jawa (pexels.com/MaximeLEVREL)

Sebagian besar penduduk Provinsi Jawa Tengah bekerja di sektor pertanian, perdagangan, industri pengolahan, dan sektor lainnya. Wilayah Jawa Tengah dihuni oleh beragam suku bangsa.

Mayoritas yakni suku asli Jawa, selain itu juga suku-suku pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti dari Minang, Batak, Bugis, dan berbagai suku lainnya. Beberapa suku bangsa asing seperti Cina, Arab juga lazim ditemui di wilayah Jateng.

Sementara itu untuk agama, mayoritas penduduk Provinsi Jawa Tengah yakni lebih dari 96 persen beragama Islam. Sisanya terdiri dari pemeluk Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu.

Sementara itu komunikasi Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi sehari-hari, Bahasa Jawa dengan berbagai jenis dialek, seperti dialek seperti Surakarta, Banyumas, Tegal, Pekalongan, Pati.

3. Sejarah Jawa Tengah mulai dari zaman Kerajaan Kalingga hingga era kemerdekaan

ilustrasi candi Borobudur, Indonesia (pexels.com/Tomáš Malík)

Sejak abad VII, banyak terdapat pemerintahan kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah (Central Java), yaitu: Kerajaan Budha Kalingga, Jepara yang diperintah oleh Ratu Sima pada tahun 674. Menurut naskah/prasasti Canggah tahun 732, kerajaan Hindu lahir di Medang Kamulan, Jawa Tengah dengan nama Raja Sanjaya atau Rakai Mataram. Dibawah pemerintahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, ia membangun Candi Rorojonggrang atau Candi Prambanan. Kerajaan Mataram Budha yang juga lahir di Jawa Tengah selama era pemerintahan Dinasti Syailendra, mereka membangun candi-candi seperi Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Kalasan dll.

Pada abad 16 setelah runtuhnya kerajaan Majapahit Hindu, kerajaan Islam muncul di Demak, sejak itulah Agama Islam disebarkan di Jawa Tengah. Setelah kerajaan Demak runtuh, Djoko Tingkir anak menantu Raja Demak (Sultan Trenggono) memindahkan kerajaan Demak ke Pajang (dekat Solo). Dan menyatakan diri sebagai Raja Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya.

Selama pemerintahannya terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Perang yang paling besar adalah antara Sultan Adiwijaya melawan Aryo Penangsang. Sultan Adiwijaya menugaskan Danang Sutowijaya untuk menumpas pemberontakan Aryo Penangsang dan berhasil membunuh Aryo Penangsang. Dikarenakan jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram kepada Sutowijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama di Jawa Tengah dan bergelar Panembahan Senopati.

Di pertengahan abad 16 bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dalam usaha mencari rempah-rempah yang akan diperdagangkan di Eropa. Pada saat yang sama, bangsa Inggris dan kemudian bangsa Belanda datang ke Indonesia juga. Dengan VOC-nya bangsa Belanda menindas bangsa Indonesia termasuk rakyat Jawa Tengah baik dibidang politik maupun ekonomi.

Di awal abad 18 Kerajaan Mataram diperintah oleh Sri Sunan Pakubuwono II, setelah beliau wafat muncul perselisihan diantara keluarga raja yang ingin memilih/menunjuk raja baru. Perselisihan bertambah keruh setelah adanya campur tangan pemerintah Kolonial Belanda pada perselisihan keluarga raja tersebut. Pertikaian ini akhirnya diselesaikan dengan Perjanjian Gianti tahun 1755. Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua kerajaan yang lebih kecil yaitu Surakarta Hadiningrat atau Kraton Kasunanan di Surakarta dan Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Kasultanan di Yogyakarta.

Di era kemerdekaan Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 19 Agustus 1945. Dalam sidang tersebut, menetapkan Indonesia dibagi menjadi (delapan) provinsi, antara lain : Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil. Dalam sidang ini juga menentukan Gubernur ditiap Provinsi. Di Jawa Tengah diangkat Raden Pandji Soeroso sebagai Gubernur pada tanggal 5 September 1945.

4. Para Gubernur Jawa Tengah

Gubernur Jateng Ahmad Luthfi, Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen dan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sujarwanto Dwiatmoko saat doorstop media. (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)

Sampai saat ini, Jateng telah mengalami 15 pergantian kepemimpinan gubernur, dimulai dari

  • R Pandji Soeroso,

  • RMT Wongsonegoro

  • R Boedijono (1949-1954)

  • RMTP Mangoennegoro (1954-1958)

  • R Soekardjo Mangoenkoesoemo (1958-1960)

  • Munadi (1966-1974)

  • Soeparjo Roestam (1974-1983)

  • Mochtar (1960-1966)

  • HM Ismail (1983-1993)

  • Soewardi (1993-1998)

  • Mardiyanto (1998-2007)

  • Ali Mufiz (2007-2008)

  • Bibit Waluyo (2008-2013)

  • Ganjar Pranowo (2013-2023)

  • Nana Sudjana (2023-2025)

  • Ahmad Luthfi (2025-Sekarang)

Editorial Team