Psikolog: Suporter Bola dengan Identitas Kelompok Lebih Berbahaya

Semarang, IDN Times - Tragedi kerusuhan suporter pasca pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) tidak hanya memakan korban meninggal dunia. Kejadian ini juga mencuri perhatian dunia dan mencoreng nama persepakbolaan Indonesia.
1. Panitia pelaksana kurang jeli
Psikolog Sosial Unika Soegijapranata Semarang, Dr Ferdinand Hindiarto mengatakan, ia sebagai warga masyarakat sangat sedih melihat kejadian di Stadion Kanjuruhan Malang tersebut.
‘’Seharusnya hal itu tidak perlu terjadi karena sepak bola diciptakan bukan untuk menghilangkan nyawa manusia,’’ ungkapnya saat dihubungi, Senin (3/10/2022).
Dosen Fakultas Psikologi itu menilai ada tiga hal yang menyebabkan kerusuhan itu terjadi. Pertama, panitia pelaksana (panpel) pertandingan kurang jeli dalam melihat pengalaman kejadian sebelumnya.
‘’Mengapa kurang jeli, karena kejadian serupa baru saja terjadi dua minggu lalu saat bonek Persebaya mengamuk di Sidoarjo. Perilaku suporter sebenarnya relatif bisa diprediksi karena mudah meniru,’’ ujarnya.