Semarang, IDN Times - Keris merupakan warisan adiluhung yang kerap dikaitkan dengan kekuatan supranatural. Namun, di era yang serba modern seperti sekarang, tradisi merawat keris semakin luntur.
Kondisi tersebut dirasakan Aryo Wibowo, seorang kolektor keris ketika ditemui IDN Times di sela pameran keris di Gedung Monood Depuis, kawasan Kota Lama, Semarang belum lama ini.
Ia bilang banyak keris yang terbengkalai. Dicuekin begitu saja oleh pemiliknya. Bahkan tak jarang dibuang oleh anak-anak muda yang jadi generasi pewaris keris.
Untuk sekelas keris jaran goyang saja, Aryo mengaku semula ia dapatkan dari seorang cucu juragan batik di Pekalongan.
"Tadinya kan ada pengusaha Batik Sido Pekalongan yang punya keris jaran goyang. Kemudian beliaunya sedho (meninggal). Yang meneruskan kepemilikannya dari cucunya. Tapi akhirnya dijual untuk ragat (biaya merawat) kendaraan," kata pria yang menjadi ketua paguyuban kolektor keris Semarang tersebut.
Aryo berkata keris jaran goyang lalu ia beli dari cucu juragan batik tersebut seharga Rp2,5 juta.
Jika dilihat dari daya magisnya, harga keris jaran goyang tersebut sangatlah murah. Padahal menurut Aryo keris jaran goyang terkenal punya tuah yang ampuh.
Diakuinya, keris jaran goyang dipercaya bisa digunakan untuk memikat hati para wanita dan bisa dipakai sebagai alat pengasihan. "Kalau saya pakai jaran goyang rasanya lebih percaya diri. Tapi secara umum, keris jaran goyang ini mengandung filosofi bisa memberi pengasihan dan melancarkan jodoh," urainya.
Saat mengikuti pameran keris di Gedung Monood, Aryo juga memajang keris jaran goyang kesayangannya. Dilihat dari teksturnya, keris jaran goyang milik Aryo punya luk tujuh. Dirasakan dari penampakan luarnya, keris jaran goyang tersebut punya pamor yang begitu kuat.
Aryo mengaku selain memiliki keris jaran goyang, ia juga mengoleksi 150 pusaka lainnya. Jenisnya beragam. Mulai dari keris kebo lengi, aneka bentuk tombak, trisula dan pusaka lainnya.
Semua koleksi pusakanya masih ia simpan rapi di rumahnya Kampung Spoorland yang letaknya di tepi Jalan Ronggowarsito, Semarang.
Kebanyakan keris dan pusaka yang ia miliki didapatkan cuma-cuma. Kadang ia meminta dari tetangga dan kenalannya yang akan melarung keris ke sungai. Namun ada juga benda pusaka yang ia beli lewat aplikasi online.
"Saya juga punya keris warisan Kerajaan Singosari. Umur kerisnya diperkirakan sudah 1.200 tahun. Di rumah, saya punya 150 buah koleksi termasuk keris kebo lengi juga. Saya beli online, kadang dapat dari tetangga, ya ketimbang dilarung ya saya rawat sekalian. Kalau dilarung eman-eman nanti anak cucu kita gak tahu warisan budaya lokal," ujarnya pria yang jadi kolektor keris selama lima tahun tersebut.
Sedangkan dalam pameran keris, Wahyu, seorang kolektor lainnya menyebut ada beberapa keris seperti sepang yang turut dipajang sebagai daya tarik bagi pengunjung. Keris sepang memiliki kekuatan untuk mengabulkan setiap permohonan mendapatkan istri lebih dari satu alias poligami.
Wahyu sendiri membawa ratusan keris untuk dijual di lantai dua Gedung Monood. "Ada 200 keris yang saya komersialkan. Tapi ada satu yang gak boleh dijual kepada siapapun. Karena kerisnya warisan dari kerajaan di Banjarmasin dan berlapis emas 42 gram," kata Wahyu sambil memperlihatkan keris kesayangannya yang kerap diselipkan di pinggangnya tersebut.
Gelaran pameran keris bagi Wahyu sangat penting diadakan kontinyu untuk mengedukasi anak muda yang hidup di masa sekarang.
Ia berpendapat sudah sewajarnya anak muda nguri-nguri budaya lokal dan jangan malah ditinggalkan begitu saja. Apalagi keris menjadi warisan dunia yang telah diakui UNESCO.
"Setahun dua kali biasanya. Tapi karena kemarin pandemik jadinya baru digelar lagi sekarang. Kita harapkan dengan acara begini biar anak muda tergerak untuk nguri-nguri budaya. Kita juga perkenalkan lagi keunikan keris kepada anak muda agar mau melestarikannya," tandasnya.