Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
burung beo (pexels.com/ Ilo Frey)

Intinya sih...

  • Burung beo memiliki pigmen unik bernama psittacofulvin yang dihasilkan oleh enzim mereka sendiri.
  • Pigmen ini dapat menghasilkan warna cerah seperti merah, kuning, biru, dan oranye pada bulu burung beo.
  • Studi genetika pada burung beo dapat membantu menjaga populasi yang terancam punah dan melestarikan keanekaragaman hayati.

Hal yang paling unik dari burung beo adalah karena warna bulunya yang cerah dan menarik banyak perhatian. Selain memberikan keindahan, warna cerah pada burung beo memiliki fungsi sebagai tanda untuk mengenali kawanan mereka dan memikat lawan jenisnya.

Di awal evolusinya, burung beo mengembangkan cara untuk memanfaatkan enzim pada bulu mereka yang sedang berkembang guna menghasilkan pigmen yang disebut psittacofulvin, yang kemudian diubah oleh burung tersebut untuk menghasilkan warna yang cerah. Hal ini tentunya melalui berbagai proses di dalamnya. Yuk simak penjelasan lengkapnya!

1. Peran enzim dalam pigmentasi

ilustrasi enzim (pexels.com/Jorge Sepúlveda)

Enzim memiliki perang penting dalam proses pigmentasi yang mengahasilkan warna cerah pada bulu burung beo. Pigmen yang menghasilkan warna cerah seperti merah, kuning, biru dan oranye pada burung beo adalah pigmen psittacofulvin yang diproduksi oleh burung beo itu sendiri, bukan berasal dari makanan.

Adapun warna corak biru berasal dari struktur nano pada bulu yang tampak hijau bila dikombinasikan dengan psittacofulvin kuning, sedangkan melanin dapat mengontrol warna hitam, abu-abu dan coklat.

Keunikan psittacofulvin adalah kemampuannya untuk tahan terhadap pudar akibat paparan sinar matahari, sehingga warna cerah burung beo dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Selain bertindak dalam produksi pigmen, enzim juga berperan dalam memastikan kestabilan warna pada bulu burung beo.

2. Proses biokimia yang menghasilkan warna

ilustrasi seorang peneliti (pexels.com/Chokniti Khongchum)

Warna cerah pada burung beo dihasilkan oleh proses biokimia yang melibatkan pigmen dan struktur mikroskopis bulu meraka. Pigmen pada burung beo sedikit berbeda dari pigmen melanin dan karotenoid yang biasanya ada pada burung lain.

Psittacofulvin adalah pigmen unik yang hanya ditemukan pada keluarga burung beo (psittacidae). Pigmen ini diproduksi oleh sel-sel khusus dalam folikel bulu, yang mengikat pigmen tersebut ke bulu selama pertumbuhan.

Para ilmuwan di Universitas Charles telah memahami bahwa pigmen ini tersusun dari rantai atom karbon dengan panjang yang berbeda-beda. Tim peneliti menemukan bahwa cara rantai tersebut dapat memengaruhi warna yang dihasilkan oleh psittacofulvin. Misalnya, bulu berwarna merah muncul ketika rantai diakhiri dengan aldehida, yaitu gugus kimia yang terdiri dari atom oksigen dan hidrogen yang terikat pada atom karbon. Sebaliknya, jika aldehida digantikan oleh gugus karboksil, bulu akan tampak berwarna kuning.

 

3. Potensi studi genetika dan konservasi

burung beo (pexesl.com/Annee Mchughes)

Studi genetika pada burung beo memiliki potensi besar dalam mengungkap mekanisme yang mendasari variasi warna cerah pada bulu mereka. Melalui analisis genetika, para ilmuwan dapat mengindetifikasi lebih lanjut gen-gen spesifik yang berperan dalam pembentukan pigmen atau struktur yang ada pada burung beo.

Di sisi konservasi, studi genetika juga menjadi alat penting untuk menjaga populasi burung beo yang terancam punah. Banyak spesies burung beo yang menjadi target perdagangan ilegal karena keindahan warna bulunya, sehingga populasi mereka mengalami penurunan drastis.

Studi genetika ini bertujuan untuk mempertahankan atau mengembalikan keragaman genetik pada populasi yang terancam. Dengan begitu, warna cerah yang menjadi ciri khas burung beo dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari keanekaragaman hayati yang penting bagi ekosistem global.

Editorial Team