Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
idntimes.com
Departemen psikologi NCKU Taiwan tempat peneliti unsoed untuk riset cegah kekerasan seksual melalui neuroscience. (IDN Times/Foto : NCKU)

Intinya sih...

  • Riset neuroscience di NCKU, Unsoed cegah kekerasan seksual

  • Kerjasama dengan departemen psikologi NCKU untuk riset reaksi otak terhadap kampanye anti kekerasan seksual

  • Harapan riset ini dapat mengembangkan komunikasi berbasis sains dan teknologi dalam pencegahan kekerasan seksual

Banyumas, IDN Times - Minimnya atensi publik terhadap kampanye pencegahan kekerasan seksual menjadi kegelisahan tersendiri bagi kalangan akademisi, termasuk di lingkungan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Meski Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) telah aktif menyuarakan pesan pesan edukatif melalui media sosial, respons dari warganet dinilai belum sepadan.

Menyikapi hal itu, Prof Mite Setiansah, guru besar Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed, memimpin riset lintas disiplin untuk mengevaluasi efektivitas pesan kampanye anti kekerasan seksual dengan pendekatan neuroscience.

1. Jalin kerjasama dengan departemen psikologi NCKU

Prof Mite Setiansah(kedua dari kiri) bersama dua tim unsoed lainnya yakni DR. Edi Santoso (berkumis)dan DR. Nuryanti(kiri) diterima oleh pejabat NCKU Taiwan.(IDN Times/Foto : Dok. Prof. Mite)

Penelitian melibatkan kerja sama strategis dengan Departemen Psikologi National Cheng Kung University (NCKU), Taiwan, sedang tim Unsoed terdiri atas tiga peneliti utama dari Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP, yakni Prof Mite Setiansah, Dr. Edi Santoso, dan Dr. Nuryanti.

Selama di Taiwan, mereka akan melakukan penggalian data intensif selama kurang lebih satu minggu. Riset didanai oleh Unsoed melalui skema hibah Penelitian Kolaborasi Internasional (International Research Collaboration), sebagai bagian dari upaya penguatan daya saing akademik global.

“Pesan-pesan kampanye itu tidak cukup hanya informatif, tapi juga harus impresif. Salah satu cara menilainya adalah dengan melihat bagaimana otak manusia merespon pesan tersebut. Karena itulah, pendekatan neuroscience sangat relevan,” ujar Prof Mite melalui pesan singkat kepada IDN Times, Selasa(22/7/2025).

2. Riset reaksi kognitif dan emosional otak

Reaksi kognitif dan emosional otak.(IDN Times/Foto : Ilustrasi/freepik)

Dalam kolaborasi tersebut, riset difokuskan pada bagaimana reaksi kognitif dan emosional otak terhadap gambar visual dan narasi yang digunakan dalam kampanye. Eksperimen dilangsungkan di laboratorium Mind Research & Imaging Center (MRIC) milik NCKU, dengan menggunakan teknologi pemindaian otak (neuroimaging) untuk menangkap aktivitas otak saat subjek mengakses pesan pesan kampanye.

Menurut Prof Mite, hasil dari penelitian tersebut diharapkan tidak hanya menjadi kontribusi akademik dalam ranah komunikasi dan psikologi, namun juga memiliki dampak praktis dalam merancang strategi kampanye yang lebih efektif dan berdampak.

“Jika kita tahu bagaimana otak merespons pesan pesan tertentu, kita bisa merancang komunikasi publik yang lebih kuat secara neurologis maupun emosional,” tambahnya.

3. Kembangkan komunikasi berbasis sains dan teknologi

Prof Mite Setiansah sebut mengembangkan komunikasi berbasis sains dan teknologi untuk menyelesaikan persoalan sosial.(IDN Times/Dok. Prof. Mite)

Diharapkan, riset itu dapat menjadi pijakan awal untuk membangun pendekatan kampanye sosial yang lebih berbasis ilmiah, terutama dalam isu isu sensitif seperti kekerasan seksual yang membutuhkan empati, pemahaman mendalam, dan perubahan perilaku masyarakat secara kolektif.

"Kolaborasi ini juga memperkuat posisi Unsoed dalam percaturan akademik internasional, terutama dalam mengembangkan komunikasi berbasis sains dan teknologi untuk menyelesaikan persoalan sosial yang kompleks,"pungkas Mite.

Editorial Team