Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Orangtua Harus Mengajarkan Pola Asuh Demokratis pada Anak 

ilustrasi parenting (Pexels.com/Julia M Cameron)
Intinya sih...
  • Pola asuh demokratis menekankan keseimbangan kebebasan dan tanggung jawab, mempersiapkan anak menjadi individu yang matang dan mandiri.
  • Anak belajar tanggung jawab melalui pengalaman langsung, menyadari peran dalam keluarga, dan memiliki kendali diri serta membuat keputusan yang bijak.
  • Komunikasi dua arah menciptakan hubungan dekat antara orangtua dan anak, membantu anak menghadapi tantangan di masa depan dengan percaya diri.

Pola asuh demokratis adalah salah satu metode pengasuhan yang menekankan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab. Dalam pola ini, orangtua tidak hanya memberikan arahan, tetapi juga mendengarkan pendapat anak.

Anak diajarkan untuk berpikir mandiri, namun tetap diarahkan dalam batasan yang jelas. Pola ini dianggap efektif dalam membangun hubungan yang sehat sekaligus mempersiapkan anak untuk menjadi individu yang matang dan mandiri.

Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi keluarga modern, pola asuh demokratis menjadi semakin relevan. Komunikasi dua arah yang diterapkan dalam pola ini tidak hanya membantu anak memahami pentingnya menghormati aturan, tetapi juga membuat mereka merasa dihargai.

Ini dia lima alasan mengapa orangtua perlu mengajarkan pola asuh demokratis pada anak mereka.

1. Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab

ilustrasi parenting (pexels.com/Angela Chacón)

Pola asuh demokratis memberikan ruang bagi anak untuk belajar tanggung jawab melalui pengalaman langsung. Anak tidak hanya diberi kebebasan, tetapi juga diajarkan untuk memahami batasan dan tanggung jawab yang menyertainya. Misalnya, ketika anak diberi tanggung jawab untuk mengatur jadwal belajar mereka sendiri, mereka belajar menghargai waktu dan memenuhi kewajiban mereka.

Melalui tanggung jawab yang diberikan secara bertahap, anak mulai menyadari pentingnya peran mereka dalam keluarga dan lingkungan sosial. Ketika anak memahami tanggung jawab mereka, mereka lebih mampu menjaga komitmen dan menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh. Ini memberikan fondasi yang kuat untuk menghadapi tanggung jawab yang lebih besar saat mereka dewasa.

2. Membangun Kedisiplinan yang Efektif

ilustrasi anak dan orangtua (pexels.com/Julia M Cameron)

Pola asuh demokratis membantu anak memahami pentingnya kedisiplinan, bukan melalui paksaan, tetapi melalui kesadaran diri. Anak diajak untuk memahami alasan di balik aturan yang diterapkan dalam keluarga, sehingga mereka tidak merasa terpaksa untuk mematuhinya. Ketika anak memahami tujuan dari sebuah aturan, mereka lebih cenderung untuk menerapkannya secara konsisten.

Hal ini juga mengajarkan anak untuk memiliki kendali diri dan membuat keputusan yang lebih baik dalam berbagai situasi. Mereka belajar bahwa kedisiplinan bukan hanya tentang mematuhi aturan, tetapi juga tentang bagaimana menjaga harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Kedisiplinan yang terbentuk melalui pola asuh demokratis biasanya lebih bertahan lama, karena didasarkan pada kesadaran, bukan tekanan.

3. Menyiapkan Anak untuk Mengerti Kehidupan Dewasa

ilustrasi parenting (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Salah satu tujuan utama pola asuh demokratis adalah mempersiapkan anak untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Dalam pola ini, anak diajarkan untuk berpikir secara logis, menghormati perbedaan, dan mengambil keputusan yang bijak. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam kehidupan dewasa, baik dalam lingkungan kerja, hubungan pribadi, maupun dalam masyarakat.

Ketika anak tumbuh dengan pola asuh demokratis, mereka memiliki kepercayaan diri untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul di masa depan. Mereka tidak hanya bergantung pada orang lain untuk membuat keputusan, tetapi mampu mengambil alih tanggung jawab atas hidup mereka sendiri. Pola ini membekali anak dengan keterampilan dan nilai-nilai yang membantu mereka sukses di berbagai aspek kehidupan.

4. Mempererat Hubungan Orangtua dan Anak

ilustrasi anak (pexels.com/MART PRODUCTION)

Komunikasi dua arah yang menjadi dasar pola asuh demokratis menciptakan hubungan yang lebih dekat antara orangtua dan anak. Dalam pola ini, anak merasa didengarkan dan dihargai, sehingga mereka lebih terbuka untuk berbagi pengalaman, masalah, atau kekhawatiran mereka. Orangtua juga lebih mudah memahami kebutuhan emosional anak, karena hubungan yang terjalin tidak didominasi oleh perintah atau larangan.

Hubungan yang erat ini penting untuk menjaga kepercayaan anak kepada orangtua, terutama saat mereka menghadapi tantangan di usia remaja. Anak yang merasa didukung dan diterima akan lebih mudah mengatasi tekanan sosial atau masalah lainnya. Dengan pola asuh demokratis, orangtua dan anak dapat menciptakan hubungan yang saling menghormati dan mendukung satu sama lain.

5. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis

ilustrasi anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dalam pola asuh demokratis, anak diajarkan untuk mengambil keputusan sendiri, tentu saja dengan bimbingan orangtua. Anak-anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat mereka, mendiskusikan ide, atau mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang mereka alami. Proses ini merangsang kemampuan berpikir kritis, karena anak belajar mempertimbangkan berbagai sudut pandang sebelum mengambil tindakan. Mereka juga memahami bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi yang perlu dipertanggungjawabkan.

Kemampuan berpikir kritis ini sangat penting untuk kehidupan mereka di masa depan, terutama ketika menghadapi situasi yang menuntut pengambilan keputusan cepat dan tepat. Anak-anak yang terbiasa dengan pola asuh demokratis cenderung lebih percaya diri dalam mengungkapkan ide mereka di sekolah, pekerjaan, atau komunitas. Mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi mampu menganalisis, mengevaluasi, dan memberikan solusi yang efektif.

Mengajarkan pola asuh demokratis bukan hanya membangun hubungan yang sehat antara orangtua dan anak tetapi juga membekali anak dengan keterampilan hidup yang penting. Dari kemampuan berpikir mandiri hingga menghargai keberagaman, pola ini membantu anak menjadi individu yang tangguh, percaya diri, dan penuh empati. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Larasati Ramadhan
EditorLarasati Ramadhan
Follow Us