Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Anil Sharma)
ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Anil Sharma)

Intinya sih...

  • Motivasi berprestasi penting untuk anak, bukan hanya untuk bersaing di masa dewasa.
  • Orangtua perlu memberikan contoh prestasi dan dukungan penuh pada anak.
  • Hindari menampakkan kekecewaan saat anak mengalami kegagalan, berikan hadiah sebagai apresiasi atas pencapaian terbaiknya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Motivasi berprestasi artinya keinginan yang sangat kuat dalam diri seseorang untuk mencapai prestasi. Dengan motivasi berprestasi yang tinggi, seseorang tidak akan mudah menyerah dan terlalu cepat puas dengan raihannya. Ia terdorong buat terus mencoba, belajar, serta meningkatkan pencapaian.

Tidak tepat kalau motivasi berprestasi hanya perlu ditumbuhkan menjelang masa dewasa. Seakan-akan motivasi ini cuma penting dimiliki ketika seseorang hendak bersaing untuk mendapatkan pekerjaan atau jabatan. Motivasi berprestasi juga bukan sekadar buat persiapan ikut lomba.

Semangat untuk mencetak pencapaian yang lebih tinggi mesti dibentuk sejak anak-anak. Bila seseorang telanjur tumbuh besar tanpa motivasi berprestasi, sulit sekali untuk mendadak membuatnya tergugah. Bagaimana cara supaya anak sejak dini mengetahui bahwa menjadi versi diri yang lebih baik merupakan hal utama? Lakukan lima tips di bawah ini bersama pasangan.

1. Orangtua kasih contoh prestasi semasa sekolah maupun bekerja

ilustrasi murid SD (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Keinginan orangtua agar anak bersemangat meraih berbagai prestasi hendaknya bukan sekadar tuntutan pada mereka. Justru kamu dan pasangan wajib terlebih dulu memberikan contoh untuk anak dalam hal prestasi. Kalau kalian tidak memiliki prestasi apa pun sepanjang masa sekolah sampai jenjang pendidikan tinggi, apa yang hendak diceritakan pada anak?

Apakah kalian percaya diri buat mengatakan bahwa dulu sangat malas dalam belajar? Kalaupun masa lalu kalian yang minim prestasi tidak bisa diubah lagi, berprestasilah sekarang juga dalam pekerjaan yang digeluti. Hindari kalian bekerja semata-mata buat mencari uang.

Tumbuhkan ambisi dalam diri supaya ada peningkatan karier. Anak akan melihat betapa orangtuanya mau bekerja keras untuk mencapai sesuatu. Lebih mudah bagi mereka buat mengikuti jejak kalian sesuai dengan tugasnya sebagai pelajar. Ia bakal mulai menetapkan target prestasi dan berusaha sungguh-sungguh untuk meraihnya.

2. Anak didorong agar berhasil, tapi gagal pun tetap diapresiasi

ilustrasi bermain musik (pexels.com/cottonbro studio)

Rumah harus menjadi titik tolak untuk anak berjuang meraih prestasi terbaiknya. Oleh sebab itu, orangtua perlu menjalankan perannya sebagai pendorong agar anak berani bermimpi. Berikan dukungan penuh pada anak baik dengan kata-kata maupun fasilitas biar jalannya menuju kesuksesan terbuka lebih lebar.

Sebagai contoh, anak mempunyai minat besar di bidang musik. Orangtua dapat mengikutkannya les musik dan berinvestasi di alat musik yang dibutuhkan anak. Anak menjadi bisa rutin berlatih memainkannya. Namun setelah kerja keras anak dan orangtua untuk mewujudkan kesuksesannya, siapkan mental buat menghadapi kegagalan.

Jangan sampai kamu serta pasangan menampakkan rasa kecewa ketika anak mengalami kegagalan. Cukup ia yang merasa terpukul. Tugas kalian adalah menghiburnya, tetap mengapresiasi usahanya sejauh ini, dan kembali memberikan semangat. Kalau kalian cuma menyukai keberhasilannya, anak menjadi terlalu takut gagal. Padahal, kedua kemungkinan itu selalu ada di satu waktu.

3. Ada reward untuk setiap pencapaiannya

ilustrasi melukis (pexels.com/Vlada Karpovich)

Reward atau hadiah atas pencapaian terbaiknya perlu diberikan supaya anak benar-benar mengerti bahwa kalian mengapresiasinya. Sekalipun ia sudah mendapatkan hadiah dari sekolah atau panitia lomba, kado spesial dari orangtua tetap penting. Bentuknya dapat apa saja sesuai dengan kemampuan orangtua.

Juga bisa dicocokkan dengan kebutuhan atau keinginan anak selama positif. Contohnya, anak menginginkan sepeda biar ia tak lagi diantar dan dijemput oleh orangtua. Wujudkan keinginannya ini ketika anak berhasil menunjukkan prestasi. Bila pun orangtua gak punya cukup uang; ekspresi bahagia yang tulus, pujian, dan pelukan juga bentuk hadiah.

Jangan sampai anak pulang membawa piala dan piagam seperti kurang menarik bagimu serta pasangan. Keduanya hanya diletakkan begitu saja lalu menjadi pajangan. Kalian tidak menunjukkan kebahagiaan serta kebanggaan terhadap anak. Mungkin lantaran ini merupakan keberhasilannya yang kesekian kali. Padahal, rasa bangga orangtua lebih berarti baginya daripada piala, piagam, atau ucapan selamat dari guru serta teman-teman.

4. Memberitahukan perjalanan hidup tokoh-tokoh besar

ilustrasi anak kreatif (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Anak butuh banyak inspirasi agar punya motivasi berprestasi yang tinggi. Selain dirimu dan pasangan, tokoh-tokoh nasional maupun dunia penting untuk diketahui oleh anak. Bukan hanya apa kedudukannya sekarang, melainkan juga perjalanan hidupnya. Maka dari itu, orangtua mesti berwawasaan luas.

Kalian bisa membeli buku-buku biografi tokoh untuk kemudian dibaca bersama anak. Jelaskan pada anak betapa tokoh-tokoh tersebut tak mudah menyerah oleh berbagai hambatan. Seperti keterbatasan ekonomi orangtua tidak membuat mereka pasrah saja saat harus putus sekolah.

Lalu hubungkan karakter tangguh itu dengan pencapaiannya hari ini atau di masa lalu bila mereka sudah wafat. Dari sini anak akan belajar banyak tentang cara menghadapi berbagai kesulitan. Prestasi ternyata bisa dicapai oleh siapa pun. Bukan hanya anak yang terkenal sangat pintar atau bersekolah di sekolah mahal. Anak tidak punya alasan untuk minder serta meragukan kemampuannya.

5. Menekankan bahwa lebih unggul daripada teman bukan hal buruk

ilustrasi belajar (pexels.com/school projects)

Terkadang hambatan untuk anak berprestasi bukan kemampuannya yang pas-pasan. Akan tetapi, sekadar rasa gak enaknya pada teman-teman kalau dirinya terlihat lebih mencolok. Prestasi di suatu bidang tentu akan membuat anak disorot. Ia mungkin menerima banyak pujian terutama dari guru.

Anak bisa merasa gak enak pada kawan-kawannya yang tak punya prestasi khusus. Dia menjadi dianggap pintar sekali dan itu membebaninya. Anak bakal tambah enggan mengembangkan kemampuan terbaiknya jika prestasi membuatnya dijauhi beberapa kawan.

Atau, sekali saja ia menolak diajak main karena mesti mempersiapkan diri untuk lomba lantas dicap sombong. Kamu dan pasangan perlu secara berkesinambungan menekankan pada anak bahwa lebih berprestasi daripada teman-teman bukan hal buruk. Pencapaiannya seharusnya justru menjadi contoh bagi kawan-kawannya.

Jika pun ada sejumlah teman yang lantas bersikap kurang baik, mereka hanya belum memahami pentingnya memiliki prestasi. Anak tidak perlu terlalu memikirkannya. Apalagi ia sampai sengaja tidak mengejar prestasi yang sebenarnya juga membuatnya bangga terhadap diri sendiri.

Motivasi berprestasi bisa saja akhirnya tumbuh sendiri dalam diri anak. Akan tetapi, kemungkinan itu jauh lebih kecil dibandingkan bila orangtua aktif menanamkannya pada anak sejak usia dini. Cegah anak tumbuh besar dengan pandangan bahwa prestasi tidak penting. Atau, hanya orang lain yang dapat meraihnya sedangkan ia tak mungkin mampu. Bangun kepercayaan dirinya dan dorong agar terus melangkah maju.

Editorial Team