5 Tips saat Kepergok Anak sedang Menangis, Harus Pura-pura Bahagia?

- Tidak perlu pura-pura ceria saat anak menangis, hal ini bisa membuat anak tambah bingung dan kecemasan.
- Jelaskan perasaanmu dengan hati-hati kepada anak, hindari menyalahkan orang lain dan tanamkan sikap positif.
- Mintalah saran dari anak sebagai bentuk keterbukaan, akhiri dengan mengatakan bahwa kamu sudah merasa lebih baik.
Kamu tentu tidak mau terlihat rapuh di depan anak. Dirimu ingin menjadi sosok ayah atau ibu yang kuat baginya. Akan tetapi, kehidupan orang dewasa terlalu kompleks untuk dapat dipastikan tidak akan diwarnai air mata.
Sesekali bakal tetap ada masalah yang menimpamu. Baik persoalan itu berkaitan dengan pasangan atau tidak, menahan tangis dapat terasa begitu sulit. Kamu sudah berusaha mengantisipasinya dengan mencari tempat yang aman buat melepas beban di hati.
Mungkin dirimu mencuci piring sambil menyalakan keran agar suara tangisanmu tidak terdengar oleh anak. Posisimu yang menghadap ke tembok diharapkan sempurna untuk menyembunyikan tangisan. Namun, bisa saja anak tiba-tiba masuk ke dapur dan memperhatikanmu cukup lama. Apa yang harus kamu lakukan? Berikut lima tipsnya.
1. Gak perlu langsung pura-pura ceria

Tangisanmu sudah telanjur diketahui oleh anak. Ia yang masih sekecil itu gak bakal tahu kamu menangis apabila tangisanmu tidak terlalu jelas. Anak melihat ayah atau ibunya menangis saja pasti sudah bingung.
Jangan menambahi kebingungannya dengan dirimu langsung pura-pura bahagia dan memasang raut ceria. Tipuan seperti ini dapat membuat anak tambah bingung. Ia menjadi meragukan diri sendiri.
Mana yang harus dipercayai olehnya, penglihatannya sendiri atau ekspresi ceriamu barusan? Kebingungan dan kecemasan begini gak baik untuknya. Kalau anak sering dibuat ragu atas apa yang disaksikannya, lama-lama dia tak memercayai apa pun. Kemudian ia menjadi acuh tak acuh bahkan bila kamu menangis sampai meraung-raung.
Kepekaannya sudah tumbuh. Kamu jangan justru memangkasnya terlalu cepat. Biarkan anak melihat air mata di pipimu. Dirimu boleh berusaha mengusapnya, tapi tidak perlu menyuguhkan kebahagiaan palsu. Jangan menjadikan dunia kecil kalian di dalam rumah seperti panggung sandiwara.
2. Menjelaskan perasaanmu serta penyebabnya dengan hati-hati

Biasanya di rumah anak yang menangis. Wajar kalau sekarang ia bingung sekali melihatmu yang menangis. Daripada dirimu bilang gak ada apa-apa, mending mencoba berbicara jujur dengannya. Anak juga tahu bahwa menangis pasti ada sebabnya.
Sama sepertinya yang kadang menangis karena permintaannya tidak dituruti atau dinakali teman. Hindari dirimu membuatnya bingung dengan jenis tangisan tanpa penyebab yang jelas. Hanya saja, kamu perlu berhati-hati menata kalimat ketika menjelaskan penyebab tangisanmu.
Contohnya, tangisan karena masalah pekerjaan. Cukup katakan ada sedikit persoalan dalam pekerjaanmu dan atasan memarahimu. Apabila masalahnya dengan pasangan, bilang saja kalian berbeda pendapat tentang sesuatu. Kalian menjadi saling kesal dan dirimu sedih.
3. Jangan menyalahkan siapa pun apalagi menanamkan kebencian

Dengan kepolosannya, anak bisa dengan mudah termakan ucapanmu. Lebih-lebih kamu adalah orang terdekatnya. Oleh sebab itu, jangan ada sedikit pun sikap menyalahkan orang lain atas kesedihanmu hari ini.
Masih dengan contoh masalah pekerjaan serta atasan yang memarahimu. Anak mungkin akan segera berkata orang itu jahat sekali. Luruskan kesimpulannya yang tergesa-gesa supaya anak tidak terbiasa terlalu cepat membenci.
Sampaikan bahwa meski hari ini sikapnya keterlaluan hingga membuatmu menangis, pada dasarnya dia baik. Andai atasanmu benar-benar jahat, ia bukan hanya marah-marah. Tapi pasti dia langsung memberhentikanmu dan kalian tidak punya uang lagi.
4. Meminta saran anak meski belum tentu berguna

Sampai di poin 3, kalian sudah berbicara cukup banyak tentang masalahmu. Ini bagus sekali untuk membiasakan keterbukaan di antara orangtua dengan anak. Supaya kalian dapat lebih saling memahami dan bisa kasih support.
Namun, percakapan ini juga mesti diakhiri dengan sebaik mungkin. Sebagai antiklimaks, mintalah saran dari anak. Sekalipun dia masih kecil, kepeduliannya ketika melihatmu menangis menandakan kemampuannya berpikir.
Tentu jawabannya bakal sederhana dan barangkali bukan solusi buat persoalanmu yang kompleks. Akan tetapi, momen ini penting untuk memberi tahu anak bahwa kehadirannya di sisimu sangat berarti. Pun nasihat sesimpel jangan menangis lagi nanti matamu bengkak ada benarnya juga. Kamu pun pasti malu kalau keluar rumah dengan wajah sembap.
5. Katakan kamu sudah merasa lebih baik

Anak telah merasa khawatir begitu mengetahui ayah atau ibunya menangis. Jiwanya perlu ditenangkan tapi jelas bukan dengan sejak awal kamu berpura-pura bahagia. Cukup di akhir pembicaraan, katakan bahwa sekarang dirimu merasa lebih baik daripada tadi.
Akui bahwa kamu lega bisa bercerita pada anak. Seandainya dia tak ada, boleh jadi tangisanmu bakal lebih lama dan kencang. Kamu juga dapat mengatakan bahwa apa pun yang terjadi, kehadirannya selalu menjadi obat bagimu.
Saat inilah dirimu dapat mengubah ekspresi dari sedih menjadi lebih ceria. Tentu tidak secara drastis. Gak apa-apa kamu masih menarik ingus beberapa kali dan berusaha mengeringkan air mata di pipi. Terpenting penegasan dan senyum tipismu telah membuat anak lebih tenang.
Berbagi kesedihan antara orangtua dengan anak penting untuk meningkatkan bonding. Lebih baik kalian cukup sering bertukar cerita daripada tiba-tiba kesedihanmu yang terus ditekan meledak menjadi kemarahan. Bila itu terjadi, anak gak cuma bingung melainkan takut melihatmu dan bisa menjadi korban sikap agresifmu.