Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Vitaly Gariev)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Vitaly Gariev)

Intinya sih...

  • Anak bisa mengikuti berbagai jenis les, seperti les vokal, tari, atau olahraga untuk menghindari kebosanan.

  • Permainan edukatif, membaca, menggambar, dan merawat binatang dapat menjadi aktivitas yang bermanfaat bagi anak di rumah.

  • Anak juga dapat belajar sendiri atau didampingi orangtua serta membantu pekerjaan rumah tangga sebagai aktivitas produktif.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Televisi menjadi salah satu alat elektronik yang ada di banyak rumah. Televisi juga terdapat di berbagai ruang tunggu, hotel, sampai rumah makan. Keberadaannya seakan-akan tidak terpisahkan dari keseharian manusia.

Selain sebagai sarana hiburan, televisi menjadi sumber informasi. Namun, bila kamu kurang menyukai gagasan punya televisi di rumah juga tidak apa-apa. Mungkin dirimu menganggap dampak negatifnya lebih banyak terutama untuk anak.

Jika ada televisi di rumah, anak sulit diajak belajar serta melakukan berbagai aktivitas lainnya. Maunya cuma menonton televisi. Akan tetapi, bila tidak ada televisi di rumah, jangan-jangan anakmu bakal bosan parah. Agar ia bisa tetap menikmati waktu di rumah tanpa merasa ada yang kurang, isi harinya dengan enam kegiatan berikut.

1. Aneka les

ilustrasi les renang (pexels.com/Anil Sharma)

Jangan buru-buru khawatir anak bakal jenuh kalau disuruh les terus. Itu amat tergantung dari jenis les yang diikutinya. Apabila kamu hanya mengikutkan anak ke berbagai les mata pelajaran, tentu dia bosan sekali.

Bahkan anak bisa stres dan lama-kelamaan enggan berangkat les. Variasikan jenis les yang diikuti anak. Les pelajaran secukupnya saja. Selebihnya anak dapat mengikuti les vokal dan musik, tari, atau olahraga seperti berenang.

Dengan anak ikut les baik privat di rumah maupun klasikal di luar rumah, waktu serta energinya sudah terpakai cukup banyak. Dia gak bakal bingung mau melakukan apa sepulang sekolah. Kombinasikan les yang diikuti sesuai kebutuhan serta keinginan anak.

2. Bermain permainan edukatif

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Kamaji Ogino)

Permainan edukatif tidak hanya lego atau mencocokkan huruf, balok, dan sebagainya. Bermain boneka juga bisa menjadi sarana edukasi untuk anak. Misalnya, ketika anak dan bonekanya bermain peran.

Boneka memerankan seorang anak yang terluka saat bermain. Sementara itu, anakmu berpura-pura menjadi perawat atau dokter. Anak akan melatih empatinya ketika melihat bonekanya terluka.

Dengan bimbinganmu, ia juga menjadi tahu apa saja yang perlu dilakukan. Misalnya, luka mesti diberishkan dulu. Kalau lukanya dalam berarti perlu dijahit. Bila lukanya cuma goresan atau kulit mengelupas cukup diberi plester khusus luka.

Demikian juga bermain sepeda atau bola di luar rumah penting guna melatih ketangkasannya. Termasuk mengajari anak aturan tak tertulis seputar berkendara di sekitar kompleks. Atau, mengarahkan permainan bola anak supaya tidak mengganggu orang lain dan merusak propertinya.

3. Membaca, menggambar, dan mewarnai

ilustrasi membaca (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ketiga aktivitas ini sebenarnya disukai anak. Hanya saja, apakah kamu sudah menyiapkan buku-buku dan peralatannya? Jangan ragu untuk membelikan anak buku bacaan, buku gambar, kanvas kecil, serta perlengkapan lainnya.

Jadikan semua itu sebagai bagian dari belanja rutin. Apabila tidak habis dalam sebulan, berarti cukup beberapa bulan sekali. Jangan merasa sayang uangnya. Toh, di antara semua perlengkapan yang diperlukan cuma buku bacaan, buku gambar, atau kanvas yang sering dibeli.

Krayon, pensil warna, spidol, atau cat airnya lebih awet. Dengan membaca, menggambar, dan mewarnai daya kreatif serta imajinasi anak lebih berkembang. Tak usah menunggu anak masuk TK baru diberi stimulasi di atas.

4. Merawat binatang dan bercocok tanam

ilustrasi memberi makan ikan (pexels.com/强 王)

Tanpa televisi di rumah, anak perlu hiburan yang sekaligus dapat menjadi temannya. Hewan peliharaan cocok untuk menemani anak. Juga untuk melatih kasih sayangnya pada sesama makhluk serta rasa tanggung jawab.

Gak harus anabul apabila ada anggota keluarga yang tidak tahan dengan bulunya. Ikan di kolam atau akuarium bisa menjadi pilihan yang lebih aman. Jelaskan bahwa tugas anak bukan hanya memberinya makan.

Namun, secara berkala ia juga kudu membersihkan akuarium atau kolamnya yang dangkal. Ajari anak caranya. Selain merawat binatang, bercocok tanam pun bermanfaat. Daripada anak cuma duduk berjam-jam di depan televisi, lebih baik ia sibuk berkebun dengan pot-pot kecil.

5. Belajar sendiri atau didampingi orangtua

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.comNicola Barts)

Anak tidak terlalu menginginkan televisi kalau setiap hari ia dibiasakan untuk belajar. Anak dapat belajar sendiri atau didampingi orangtua selama beberapa jam dalam sehari. Waktunya bisa dipecah menjadi sore dan malam.

Selesai belajar di malam hari, anak dapat bersiap tidur. Baik anak yang sudah sekolah sedang ada PR atau tidak, belajar baik baginya. Ia bisa diarahkan untuk membaca buku pelajarannya serta mengerjakan latihan soal.

Anak yang lebih kecil atau belum mulai bersekolah juga perlu belajar. Bedanya, dia butuh lebih banyak pendampingan dari orangtua. Anak dengan rasa ingin tahunya yang tinggi secara alami senang belajar. Hanya caranya perlu menyenangkan biar gak bikin anak terlalu tertekan.

6. Membantu pekerjaan rumah tangga

ilustrasi membersihkan toilet (pexels.com/Gustavo Fring)

Tidak ada kata terlalu dini untuk mulai mengajari anak tentang tugas rumah tangga. Anak berusia 2 tahun ke atas sudah bisa bantu-bantu sedikit. Misalnya, membantu orangtua atau ART mencuci sayuran.

Taruh sayuran yang akan dicuci dalam baskom. Sediakan wadah lain buat meniriskannya. Lalu alirkan air ke baskom berisi sayuran. Minta anak membolak-balik sayuran sebentar. Kemudian sayuran dipindahkan sedikit demi sedikit ke wadah satunya.

Memang bantuan anak balita gak bikin pekerjaan rumah lebih cepat beres. Sering kali malah menjadi lebih lama selesai. Namun, anak punya aktivitas yang melatihnya memusatkan perhatian. Juga sekaligus buat latihan motoriknya. Lama-lama anak bakal lebih ahli serta cekatan.

Rumah tanpa televisi bukannya ketinggalan zaman. Hiburan tidak hanya bisa dinikmati dari layar kaca. Begitu pula anak belum terlalu memerlukan informasi berat seperti berita politik dan ekonomi. Orangtua dapat mengaksesnya melalui gawai. Kalau tanpa televisi anak lebih fokus belajar serta mudah diarahkan, tak usah membeli dan menaruhnya di ruang keluarga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team