Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak sarapan (pexels.com/Alex Green)

Intinya sih...

  • Tidurkan anak lebih awal agar tubuhnya siap menerima makanan di pagi hari

  • Buat menu sarapan yang menarik dan disukai anak, tapi tetap sehat

  • Jadikan waktu sarapan sebagai momen spesial, bukan sekadar rutinitas tergesa

Sarapan adalah kunci penting untuk memulai hari, apalagi bagi anak-anak yang akan menghadapi aktivitas belajar di sekolah. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang harus berjuang keras tiap pagi hanya untuk membuat anak mau makan. Dari ngantuk, malas, sampai alasan belum lapar, semua jadi drama tersendiri yang menguras energi sebelum jam 7 pagi. Padahal, tubuh anak sangat butuh asupan nutrisi agar fokus dan stamina mereka tetap terjaga selama di kelas.

Kalau kamu termasuk orang tua yang sering harus mengulang ajakan sarapan berkali-kali, mungkin ini saatnya mencoba pendekatan yang lebih cerdas dan menyenangkan. Anak sebenarnya bisa dibentuk kebiasaannya dengan strategi yang konsisten, tanpa harus dibentak atau dipaksa. Yang dibutuhkan adalah kreativitas, pengertian terhadap ritme anak, dan sedikit trik psikologis yang sederhana tapi ampuh. Berikut ini enam tips jitu agar anak mau sarapan tanpa drama setiap pagi.

1. Tidurkan anak lebih awal agar tubuhnya siap menerima makanan di pagi hari

ilustrasi seseorang anak tidur (pexels.com/Ivan Samkov)

Salah satu alasan utama anak menolak sarapan pagi adalah karena tubuh mereka belum sepenuhnya terjaga. Ini sering terjadi jika mereka tidur terlalu malam, sehingga ketika bangun pagi, tubuhnya masih dalam mode ‘setengah sadar’. Saat seperti ini, rasa lapar belum muncul, dan ajakan makan justru terasa mengganggu bagi mereka. Maka, penting untuk mengatur jam tidur anak agar mereka punya waktu istirahat yang cukup.

Anak-anak usia sekolah idealnya tidur 9–10 jam per malam. Dengan jadwal tidur yang konsisten dan cukup, tubuh mereka akan lebih segar saat bangun pagi, dan otomatis sistem pencernaan juga sudah siap menerima makanan. Selain itu, anak yang cukup tidur cenderung punya suasana hati yang lebih stabil sehingga lebih mudah diajak bekerja sama. Rutinitas tidur yang baik adalah fondasi dari rutinitas pagi yang lancar, termasuk soal sarapan.

2. Buat menu sarapan yang menarik dan disukai anak, tapi tetap sehat

ilustrasi anak makan (freepik.com/rawpixel.com)

Kalau sarapan yang ditawarkan setiap pagi itu-itu saja dan terasa hambar, tidak heran jika anak jadi ogah makan. Coba variasikan menu dengan tampilan yang menarik dan rasa yang sesuai selera anak. Kamu bisa membuat sandwich dengan cetakan lucu, bubur dengan topping warna-warni, atau smoothie bowl dengan buah-buahan segar. Tampilan yang menarik bisa menggugah selera meski perut belum terlalu lapar.

Namun, tetap perhatikan keseimbangan gizinya. Karbohidrat kompleks, protein, dan serat harus tetap hadir di piring sarapan anak agar energinya cukup untuk aktivitas seharian. Kamu tidak perlu membuat menu rumit, yang penting kreatif dan sesuai porsi anak. Ketika mereka merasa makanan pagi itu enak dan menyenangkan, kamu gak perlu mengulang ajakan berkali-kali lagi.

3. Jadikan waktu sarapan sebagai momen spesial, bukan sekadar rutinitas tergesa

ilustrasi anak sarapan (pexels.com/Alex Green)

Banyak keluarga menjalani pagi dengan terburu-buru, sehingga sarapan pun terasa seperti kewajiban yang harus diselesaikan secepat mungkin. Anak merasa ditekan, bukan diajak menikmati makanan. Coba ubah suasana dengan menambahkan elemen yang menyenangkan, misalnya, pasang musik pagi yang ceria, beri pujian setiap anak selesai makan, atau ajak ngobrol ringan tentang rencana hari itu. Ini membuat sarapan terasa lebih hangat dan personal.

Anak lebih mudah membangun kebiasaan baik kalau suasana di sekitarnya mendukung. Jadikan meja makan tempat yang positif di pagi hari, bukan arena perintah dan teguran. Ketika sarapan terasa seperti momen keluarga yang menyenangkan, anak akan mulai menantikannya tanpa harus diminta berulang kali. Pelan-pelan, rutinitas ini akan terbentuk secara alami.

4. Ajak anak ikut menyiapkan sarapan agar mereka merasa lebih tertarik untuk makan

ilustrasi ibu dan anak masak bersama (pexels.com/RDNE Stock project)

Keterlibatan anak dalam proses menyiapkan makanan bisa meningkatkan minat mereka terhadap apa yang akan dimakan. Gak perlu pekerjaan rumit, cukup ajak mereka memilih isi roti, menuangkan susu, atau menghias piringnya sendiri. Proses ini bukan hanya menumbuhkan rasa tanggung jawab, tapi juga membangun rasa penasaran terhadap hasil akhir yang mereka buat sendiri. Anak pun lebih terdorong untuk mencoba makanannya tanpa diminta terus-menerus.

Kegiatan ini juga bisa menjadi waktu bonding yang bermanfaat di pagi hari. Saat anak merasa dilibatkan dan dihargai pendapatnya, mereka lebih terbuka untuk membentuk kebiasaan baru. Kamu bisa sesekali memberi ‘tugas pagi’ seperti memilih buah atau menata sendok di meja. Dengan begitu, mereka jadi lebih semangat menyambut waktu sarapan.

5. Hindari ancaman atau tekanan yang justru membuat anak semakin menolak

ilustrasi anak sarapan (pexels.com/Alex Green)

Kadang orang tua merasa frustrasi karena anak terus menolak makan, lalu mulai memakai kalimat seperti, ‘Kalau nggak makan nanti sakit!’ atau ‘Kalau gak habis, gak boleh main!’ Sekilas mungkin terdengar efektif, tapi cara ini justru bisa menciptakan asosiasi negatif terhadap waktu makan. Anak akan merasa terpaksa dan makin enggan untuk makan dengan tenang. Lambat laun, makan pagi bisa jadi momen yang ditakuti.

Sebaliknya, gunakan pendekatan positif. Misalnya dengan mengatakan, ‘Kalau sarapan, badanmu punya tenaga buat lari cepat di sekolah,’ atau ‘Wah, hari ini ada roti isi favoritmu lho!’ Kalimat positif dan antusiasme dari orang tua bisa memengaruhi mood anak. Dengan atmosfer yang menyenangkan, anak akan lebih mudah menerima ajakan tanpa drama.

6. Atur waktu bangun agar anak punya cukup waktu menyesuaikan diri sebelum makan

ilustrasi anak sarapan (freepik.com/freepik)

Salah satu penyebab anak ogah sarapan adalah karena baru bangun dan langsung diajak makan. Padahal, tubuh mereka butuh waktu untuk transisi dari tidur ke aktivitas penuh. Coba bangunkan anak 15–30 menit lebih awal agar mereka punya waktu mencuci muka, ganti baju, atau sekadar duduk santai dulu sebelum diajak sarapan. Transisi yang tenang membantu tubuh anak lebih siap untuk makan.

Waktu jeda ini juga bisa diisi dengan kegiatan ringan yang membuat mereka lebih segar, seperti mendengarkan musik atau cerita pendek. Saat tubuh dan pikiran sudah ‘bangun sepenuhnya,’ rasa lapar pun mulai muncul secara alami. Kamu pun gak perlu berkali-kali menyuruh mereka makan karena tubuh mereka sudah siap. Kebiasaan ini bisa jadi solusi sederhana tapi efektif untuk pagi yang lebih lancar.

Menghadapi anak yang malas sarapan bukan berarti kamu harus selalu mengulang perintah dengan nada tinggi. Justru, anak lebih mudah dibentuk kebiasaannya kalau kamu paham cara kerja tubuh dan pikirannya. Dengan menciptakan suasana yang menyenangkan, melibatkan mereka, dan memberi waktu yang cukup, anak bisa mulai membangun rutinitas makan pagi yang sehat dan menyenangkan.

Perlu waktu dan kesabaran, tapi dengan strategi yang tepat, kamu akan melihat perubahan perlahan. Anak gak hanya mau sarapan, tapi juga mulai mengaitkan waktu makan pagi dengan rasa nyaman, energi, dan kehangatan keluarga. Itulah modal penting yang akan mereka bawa hingga dewasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team