7 Tanda Anak Mengalami Bullying di Sekolah, Orangtua Wajib Waspada!

Intinya sih...
- Perubahan perilaku anak, seperti menjadi pendiam atau agresif, bisa menjadi tanda bahwa mereka mengalami bullying di sekolah.
- Anak yang menghindari pergaulan, merasa takut pergi ke sekolah, dan memiliki gangguan tidur serta makan juga bisa menjadi korban bullying.
- Penurunan prestasi akademis dan perubahan mood drastis juga merupakan tanda yang perlu diwaspadai pada anak yang mungkin mengalami bullying di sekolah.
Bullying di sekolah adalah masalah serius yang bisa mempengaruhi kondsi mental dan emosional anak. Banyak anak yang merasa tertekan dan cemas akibat perundungan yang mereka alami. Sayangnya, kejadian ini seringkali tidak diketahui orangtua, karena tak semua anak berani menyampaikan apa yang dialaminya di sekolah. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengenali tanda-tanda jika sang anak mungkin menjadi korban bullying agar bisa memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan.
Agar tidak menjadi masalah berkelanjutan, berikut adalah tujuh tanda perubahan yang bisa menjadi indikasi bahwa anak mengalami bullying di sekolah.
1. Perubahan perilaku
Salah satu tanda awal yang bisa terlihat pada anak yang mengalami bullying adalah perubahan perilaku yang signifikan. Jika anak yang biasanya ceria dan aktif, tiba-tiba menjadi lebih pendiam, menarik diri, atau bahkan menunjukkan sikap lebih agresif. Maka bisa jadi perubahan ini disebabkan oleh stres dan ketakutan yang dialami anak, karena ancaman atau tekanan yang mereka dapatkan di lingkungan sekolah.
Selain itu, anak yang mengalami bullying mungkin mulai menghindari pergaulan dengan teman-temannya dan lebih memilih untuk sendirian. Mereka bisa merasa malu atau takut untuk berinteraksi karena khawatir akan menjadi sasaran bullying lebih lanjut. Sikap ini sangat perlu diperhatikan karena bisa menjadi tanda bahwa anak mengalami masalah yang lebih serius di sekolah.
2. Merasa cemas atau takut pergi ke sekolah
Anak yang menjadi korban bullying biasanya juga merasa takut untuk pergi ke sekolah karena mereka khawatir akan perundungan yang dialami. Ketakutan ini bisa menyebabkan anak cemas, bahkan terkadang muncul gejala sakit seperti sakit kepala atau sakit perut yang tidak bisa dijelaskan atau tanpa penyebab. Biasanya anak juga akan banyak alasan, karena ketika mereka merasa tidak aman di sekolah, mereka akan berusaha untuk menghindari tempat tersebut.
Tanda lainnya adalah anak bisa menghabiskan banyak waktu untuk berpikir tentang hari-hari yang akan datang di sekolah. Pemikiran ini kerap membuat mereka merasa gelisah dan tidak bisa tidur. Ketika kecemasan ini semakin berkembang, anak mungkin juga mulai melawan atau menunda waktu untuk berangkat ke sekolah. Orangtua perlu lebih peka terhadap perubahan ini dan segera mengambil langkah untuk berbicara dengan anak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sekolah.
3. Perubahan pola tidur atau makan
Bullying yang dialami anak dapat berdampak langsung pada pola tidur dan makan mereka. Stres yang ditimbulkan oleh perundungan seringkali menyebabkan anak kesulitan tidur, atau malah terjaga di malam hari karena mimpi buruk yang berhubungan dengan pengalaman buruk mereka di sekolah. Akibat hal ini, anak merasa lebih lelah dan tidak bertenaga saat beraktivitas di siang hari.
Selain gangguan tidur, bullying juga bisa mempengaruhi pola makan anak. Beberapa anak menjadi kurang selera makan atau makan berlebihan sebagai cara untuk mengatasi kecemasan yang mereka rasakan. Perubahan pola tidur dan makan ini dapat memperburuk kondisi fisik dan emosional anak, sehingga orangtua seharusnya mampu mengenali tanda-tanda tersebut dan memberikan dukungan yang diperlukan.
4. Penurunan prestasi akademis
Salah satu dampak bullying yang seringkali kurang disadari adalah penurunan prestasi akademis. Anak yang menjadi korban perundungan biasanya merasa cemas, takut, dan tidak fokus selama jam pelajaran, yang berimbas pada penurunan kualitas kerja mereka. Anak bisa merasa tidak percaya diri dan enggan untuk bertanya atau berpartisipasi dalam diskusi kelas, yang menyebabkan prestasi mereka menurun.
Ketidakmampuan untuk fokus pada pelajaran karena perasaan tertekan seringkali mengarah pada ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas atau ujian dengan baik. Selain itu, anak biasanya juga merasa enggan untuk berbicara tentang kesulitan akademis yang mereka hadapi, karena takut dianggap lemah atau tidak kompeten. Oleh karena itu, jika ada penurunan prestasi secara tiba-tiba, orangtua sebaiknya tidak langsung menuding anak malas atau kurang disiplin dalam belajar. Sebaliknya, cari tahu sumber masalah atau penyebab menurunnya prestasi tersebut, karena bisa saja hal itu ditimbulkan oleh tekanan dari lingkungan sekolahnya.
5. Perubahan mood yang drastis
Perubahan mood yang drastis adalah tanda lain yang perlu diwaspadai pada anak yang mungkin menjadi korban bullying. Anak bisa menjadi lebih mudah marah, cemas, atau bahkan merasa depresi akibat stres yang mereka alami. Sangat mungkin bagi seorang anak untuk merasa bahwa tidak ada yang peduli dengan perasaan mereka, sehingga anak menjadi lebih tertutup dan sulit untuk diajak berbicara tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Perubahan mood ini bisa mencakup perasaan putus asa dan kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati. Anak yang mengalami bullying seringkali merasa terisolasi dan tidak dihargai, yang memperburuk kondisi emosional mereka. Sebagai orangtua atau guru, penting untuk memberikan ruang bagi anak untuk berbicara tentang perasaan mereka tanpa merasa dihakimi atau ditekan.
6. Ada tanda fisik
Luka atau memar yang tidak dapat dijelaskan bisa menjadi indikasi bahwa anak mengalami bullying di sekolah. Perhatikan, jika anak cenderung menghindari penjelasan atau berbohong mengenai penyebabnya, maka orangtua wajib mencurigai sesuatu yang tak beres pada kehidupan anak di luar rumah. Bullying fisik seringkali meninggalkan tanda-tanda yang jelas, tetapi anak bisa saja merasa takut atau malu untuk mengungkapkan bahwa mereka menjadi korban kekerasan di sekolah.
Berhati-hatilah jika anak menyembunyikan luka fisik yang dialaminya. Mereka mungkin tak mau melaporkan kejadian tersebut karena akan membuat mereka menjadi sasaran lebih lanjut. Jika anak masih di usia sekolah dasar, jangan ragu untuk meminta izin memeriksa kondisi tubuhnya. Namun jika anak sudah berusia remaja, bangunlah komunikasi yang baik dan minta mereka terbuka pada hal-hal atau kondisi yang ia alami.
7. Menjauh dari kegiatan sosial
Anak yang mengalami bullying juga sering merasa terasing dan menghindari kegiatan sosial, baik di dalam maupun di luar sekolah. Mereka mungkin merasa tidak diterima atau dihargai oleh teman-temannya, yang menyebabkan mereka menarik diri dari interaksi sosial. Hal ini bisa membuat mereka semakin terisolasi dan merasa sendirian, dan sangat mungkin memperburuk kondisi emosional mereka. Keengganan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial juga bisa disebabkan oleh rasa malu atau takut menjadi sasaran ejekan. Anak yang menjadi korban bullying seringkali merasa bahwa mereka tidak cukup baik untuk diterima dalam kelompok atau merasa bahwa mereka akan terus-menerus dihina.
Mengetahui tanda-tanda bahwa anak mengalami bullying di sekolah sangat penting agar kita bisa segera memberikan dukungan yang mereka butuhkan. Perubahan perilaku, kecemasan, penurunan prestasi, dan tanda-tanda fisik lainnya adalah petunjuk yang tidak boleh diabaikan. Sebagai orangtua atau pendidik, peran kita adalah menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak, serta membantu mereka mengatasi tantangan ini dengan penuh kasih sayang. Dengan perhatian dan komunikasi yang baik, kita bisa membantu anak merasa lebih kuat dan lebih percaya diri, serta mengurangi dampak negatif bullying pada kehidupan mereka.