5 Tips untuk Menjadi Orangtua yang Bisa Kasih Kesempatan Gagal ke Anak

- Orangtua harus memberikan kesempatan anak untuk gagal dalam mencoba hal baru sebagai kewajiban dan hak anak
- Kemampuan finansial orangtua memegang peranan penting dalam memberikan kesempatan anak untuk boleh gagal
- Orangtua juga harus menjadi mentor terbaik bagi sang anak, memberikan nasihat logis, realistis, serta solusi alternatif yang masuk akal
Sadar atau tidak, ada segelintir tanggung jawab orangtua yang kerap belum bisa diberikan kepada anaknya. Padahal, sejatinya tanggung jawab itu jadi kewajiban orangtua serta hak seorang anak. Salah satunya, yakni kesempatan anak untuk gagal saat mencoba suatu hal.
Selayaknya masih belajar, maka wajar untuk anak mengalami kesalahan hingga kegagalan. Sayangnya, tak banyak orangtua yang bisa memberikan kesempatan gagal bagi anaknya, terlebih belum punya modalnya. Berikut sederet ulasan modal untuk bisa menjadi orangtua yang bertanggung jawab dengan memberikan kesempatan gagal untuk sang anak.
1. Punya kemapanan materi

Tak bisa dipungkiri, uang memang memegang peranan penting dalam memberikan kesempatan anak untuk boleh gagal. Dengan kemapanan finansial yang dimiliki oleh orangtua, tentu bisa menjadi modal bagi anak untuk bisa mencoba lagi, lagi, lagi. Baik dengan bidang yang sama atau perjuangan pada bidang yang lain.
Dengan kata lain, kemampuan finansial orangtua ini bisa menjadi salah satu indikator sang anak bangkit dari kegagalannya. Meski di balik itu tentu dibutuhkan kemampuan kerja dari sang anak sendiri. Namun, tak bisa dipungkiri juga bahwa dengan uang bisa membeli sumber daya, termasuk relasi berpengalaman yang bisa membantu kesuksesan anak setelah kegagalannya.
2. Punya pemikiran terbuka yang bijaksana

Orangtua dengan pemikiran terbuka, tentunya akan bersikap dan bertindak bijaksana, tak selalu dikendalikan oleh emosinya. Terlebih, jika di balik gagalnya anak itu ada modal yang ditanamkan orangtua. Pemikiran terbuka memegang peranan penting untuk tidak menyalahkan hingga menyudutkan anak atas kesalahannya dalam kegagalannya.
Sederhananya, orangtua dengan pemikiran terbuka yang memberikan modal uang untuk anaknya, tentu tak berharap lebih bahwa uangnya akan kembali. Meski sang anak bertekad untuk mengembalikannya, iya jika berhasil, jika tidak? Tentu dari awal orangtua harus legowo dan menyadari. Apalagi, anak bukanlah aset investasi yang bisa ditarik modal di masa depan setelah menanam saham di awal.
Dengan begitu, orangtua harus memiliki simpanan uang dengan posisinya masing-masing. Hal tersebut supaya bisa tetap memberikan modal uang bagi sang anak bisa berkesempatan gagal saat mencoba, tanpa merusak dana kehidupan sehari-hari. Saat benar saja anak gagal, asal sang anak sudah berusaha semaksimal mungkin, ya jangan dimarahi. Dukung dari secara materi maupun non materi, tanggung jawab penuh sebagai orangtua atas anak, ya.
3. Bisa berpikir objektif dalam menjadi mentor anak

Tak jarang anak menjadi trauma akan kegagalan yang dihadapinya, padahal orangtua sudah menyiapkan modal materi untuk sang anak bisa mencoba lagi. Hal ini menjadi bukti bahwa kesempatan gagal untuk anak bukan cuma tentang finansial, tetapi juga dukungan semangat dari kehadiran orangtuanya.
Tak sekadar hadir, selayaknya orangtua juga bisa menjadi mentor terbaik bagi sang anak yang sedang kalang kabut dengan pemikirannya yang subjektif. Artinya, orangtua bisa memposisikan diri sebagai sosok netral, rasionali, serta objektif untuk bisa mendukung anaknya.
Mulai dari memberikan nasihat logis dan realistis, sebagai orangtua yang sayang, peduli, dan siap beri modal ke anaknya. Menjadi teman dekat sang anak untuk bisa memahami perasaannya usai gagal tanpa menghakiminya. Hingga menjadi guru yang memberikan saran dan kritik terbaik untuk membangun dan membakar kemampuan anak yang kendur setelah alami kegagalan.
4. Punya alternatif rencana masa depan untuk anak

Realistis memegang peranan penting untuk anak agar tak kembali alami kegagalan lagi, lagi, dan lagi. Di sini, dibutuhkan peran orangtua untuk membantu anak menemukan impian serta cita-cita realistis yang bisa digapai maupun tak bisa digapai.
Dengan menjadi konsultan yang bijak bagi sang anak, saat orangtua tau impian anak tak masuk akal. Maka, jangan biarkan anak membuang-buang waktu, tenaga, pikiran, hingga finansial yang pada akhirnya berujung kegagalan.
Di sisi lain, seorang konsultan juga harus bisa memberikan solusi alternatif lain untuk impian anaknya saat yang disukai anak tak realistis untuk dikejar. Tentunya, hal ini hanya bisa terjadi saat orangtua sudah benar-benar kenal dengan anaknya, ya. Mulai dari paham potensi anak, mana bakat, mana minatnya.
Pun kelemahan anak, mana kekurangan yang mutlak, maupun yang masih bisa diperbaiki dan kembangkan. Dengan begitu, solusi yang diberikan bisa lebih masuk akal dan akurat untuk dikejar, terlebih bisa disukai dan tak membebani anak.
5. Punya aturan main dan batasan

Puncaknya, menjadi orangtua yang bisa memberikan kesempatan anaknya untuk gagal juga harus tahu aturan main dan batasannya, ya. Selayaknya aturan main jika anak hanya bermain-main mengingat selalu diberi modal orangtua, maka jangan beri modal lagi, perbaiki dulu karakter dan kemampuan anak.
Hingga tahu batasan kapan harus stop memberi kesempatan atau peluang anak untuk gagal saat sang anak bersikeras mengejar sesuatu. Sekali atau dua kali coba mungkin masih boleh, tapi lebih dari itu dengan pertimbangan rasional akan gagal, maka stop, percuma saja dikejar.
Bisa memberikan kesempatan anak untuk gagal saat mencoba ialah contoh orangtua yang baik dan bertanggung jawab atas anaknya. Namun, jangan sampai hal itu jadi dimanfaatkan oleh anak untuk terus-menerus boleh gagal lantaran tahu pasti akan disokong lagi oleh orangtuanya. Bijaklah dalam mengenal anak sendiri, ya!