Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Culture Shock yang Dialami Orangtua Baru, Cari Cara Mengatasinya!

Ilustrasi orang tua baru (pexels.com/@josh-willink-11499)
Intinya sih...
  • Orangtua baru mengalami culture shock, terutama terkait pola tidur yang terganggu dan stres setelah bekerja.
  • Perilaku orangtua akan ditiru oleh anak, sehingga penting untuk memberikan contoh yang baik dan belajar dari anak.
  • Pengeluaran pasca memiliki anak meningkat, namun bisa diatasi dengan mencari tambahan penghasilan dan menggunakan barang yang bisa digunakan ulang.

Menjadi orangtua baru atau pasangan suami istri yang baru dikaruniai seorang anak, tentunya memiliki tantangan dan kesulitan-kesulitan tersendiri. Bahkan mungkin sebelumnya, beberapa orang tidak akan menyangka, bahwa ada banyak sekali hal yang tidak terpikirkan sebelumnya atau sering juga disebut dengan sebutan culture shock.

Culture shock orangtua yang baru memiliki anak atau keturunan, tentunya bukan menjadi alasan untuk menunda memiliki anak atau mungkin merasa ketakutan. Karena setiap masalah, tentunya ada jalan keluarnya. Berikut ada 5 culture shock yang dialami orangtua baru dan cara mengatasinya.

1. Waktu istirahat di malam hari akan terganggu

ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/@cottonbro)

Jika di saat sebelum memiliki anak kamu mempunyai jam istirahat malam yang terarur, jangan harap hal ini setelah anak pertama kamu lahir. Khususnya di saat bayi baru lahir atau terbilang balita, kamu akan terbangun di tengah malam untuk memberikan air susu atau sekedar menenangkan sang anak, karena terbangun di malam hari.

Terganggunya waktu istirahat setelah bekerja seharian, tentu akan membuat beberapa orangtua dibuat stres. Salah satu cara mengatasinya, dengan membiasakan bayi untuk tidur dengan nyaman dan di waktu yang teratur, hingga berbagi tugas soal pengasuhan jam malam dengan pasangan. Karena tidak jarang, banyak bayi yang sulit mengalami tidur.

2. Perilaku dan gaya berbicara orangtua, bisa ditiru oleh anak

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/@elly-fairytale)

Saat telah memiliki anak atau keturunan, kamu juga harus lebih berhati-hati lagi dalam melakukan berbagai hal. Pasalnya bayi atau anak, akan selalu meniru perilaku hingga gaya bahasa dari orang-orang di sekitarnya. Tentunya kamu sebagai orangtua, yang nantinya akan menjadi contoh untuk setiap gerak gerik yang dilakukan.

Jika hal ini terjadi, tentunya tidak perlau dijadikan sebagai masalah atau beban. Justru dengan ada anak yang akan meniru perilaku, kamu bisa belajar dan membiasakan diri melakukan hal-hal baik, dimulai dari hal sederhana. Seperti tidak berbicara saat makan, menyimpan barang pada tempatnya, hingga tidak berbicara kasar kepada siapa pun.

3. Pengeluaran makin membengkak

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/@karolina-grabowska)
ilustrasi menghitung uang (pexels.com/@karolina-grabowska)

Pengeluaran yang semakin membengkak pasca memiliki anak, sepertinya telah menjadi rahasia semua orang, deh. Namun kamu perlu tahu, bahwa ada beberapa pengeluaran yang mungkin terlihat biasa saja, tetapi memiliki nilai yang cukup menguras tabungan. Sebut saja biaya untuk membeli susu, baju bayi yang cepat tidak terpakai, hingga mainan anak.

Setiap anak yang lahir memang akan membawa rejekinya masing-masing. Namun tidak ada salahnya untuk mengatasi pengeluaran membengkak, dengan cara-cara sederhana. Seperti mencari tambahan penghasilan, menggunakan pokok bayi yang bisa digunakan ulang, membuat permainan sendiri guna menguji kreativitas dan tentunya lebih murah.

4. Sulit membagi waktu antara pekerjaan dan waktu bermain bersama anak

Ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/@nappy)

Setelah anak bisa mengenali muka dari orangtua, jangan harap kamu akan berangkat bekerja dengan tenang. Karena beberapa bayi, biasanya tidak ingin ditinggalkan oleh orangtua, meskipun hanya untuk bekerja. Alhasil, kamu harus lebih pintar untuk membuat alasan-alasan klasik, agar anak kamu bisa tinggal di rumah dengan tenang.

Mungkin hal ini tidak terjadi kepada semua bayi, tetapi ada saja bayi atau anak-anak yang tidak ingin ditinggalkan. Di saat sedang di rumah, berilah waktu kamu untuk sang anak dengan baik dan tentunya berkualitas. Daripada fokus kepada gadget atau sibuk masing-masing, lebih baik ajak anak bermain. Alhasil, anak telah cukup puas bermain dengan orangtua, di saat kamu akan berangkat bekerja.

5. Waktu bersosialisasi atau bermain dengan teman sebaya berkurang

ilustrasi anak dan ayah (pexels.com/@littlesoad)
ilustrasi anak dan ayah (pexels.com/@littlesoad)

Selanjutnya, circle pertemanan hingga intensitas bertemu dengan teman-teman pun, akan sedikit terganggu. Hal ini terjadi, karena kamu akan lebih fokus mengurus anak yang masih membutuhkan banyak perhatian, hingga harus membantu sang istri untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah. Tentunya ini sangat wajar dan tentunya tidak ada salahnya.

Memiliki waktu yang cukup untuk sang anak, tentunya wajib untuk dipertahankan. Namun meskipun begitu, bukan berarti kamu menjadi sangat jauh dengan teman-teman, lho. Salah satu caranya adalah dengan membawa anak dan istri kamu bertemu dengan teman-teman, hingga berkomunikasi dengan sang istri untuk bekerjasama hingga membuat kesepakatan.

Hadirnya seorang anak dalam sebuah keluarga, tentunya menjadi anugerah yang luar biasa dari tuhan. Karena tidak sedikit suami istri yang menunggu hadirnya sang buah hati, tetapi tidak semudah membalikan telapak tangan. So, jaga titipan tuhan dengan baik dan tentunya curahkan kasih sayang yang penuh untuknya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandi Nugraha
EditorSandi Nugraha
Follow Us