5 Kebiasaan Sepele yang Dapat Menanamkan Body Shaming pada Anak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Body shaming merupakan ujaran miring yang berkaitan dengan fisik seseorang. Sering kali banyak orang yang menjadi korban dari body shaming, namun justru sedikit yang menyadari bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan.
Bahkan banyak orang yang menganggap ujaran seputar body shaming sebagai hal yang lucu dan dapat dijadikan bahan bercandaan. Tentu saja ini semakin buruk apabila kebiasaannya dianggap wajar bagi anak-anak. Itulah mengapa orangtua perlu mengetahui beberapa kebiasaan sepele berikut ini yang justru dapat menanamkan body shaming pada anak.
1. Memberikan julukan pada anak menggunakan ciri fisiknya
Kebiasaan pertama adalah dengan memberikan anak julukan tertentu yang berkaitan dengan bentuk fisiknya. Hal ini bahkan sangat sering terjadi dan justru dianggap sebagai sesuatu yang lucu.
Bukan tidak mungkin jika hal yang dianggap sepele tersebut justru termasuk ke dalam tindakan body shaming. Jangan sampai membiasakan diri untuk memberikan julukan aneh-aneh pada anak.
2. Menganggap bentuk tubuh seperti bahan candaan
Orangtua biasanya sangat senang jika anak-anaknya memiliki tubuh yang berisi, sebab dianggap sehat. Padahal entah itu tubuh gemuk atau kurus, hal seperti itu jangan sampai dijadikan bahan bercandaan bagi orangtua.
Anak-anak yang belum memahami hal tersebut tetap akan merekamnya di memori mereka. Nanti mereka juga akan menganggap bahwa melakukan tindakan body shaming untuk lucu-lucuan termasuk hal yang biasa.
Baca Juga: 3 Alasan Orangtua Perlu Mengungkapkan Sayang dan Cintanya pada Anak
3. Menakut-nakuti anak dengan menggunakan bentuk fisik
Editor’s picks
Anak-anak sejatinya memiliki pemikiran yang polos dan apa adanya. Mereka belum bisa membedakan mana yang dianggap baik dan mana yang menurut mereka buruk.
Tak sedikit orangtua yang justru cendrung gemar menakut-nakuti anak dengan bentuk fisik tertentu, misalnya dengan memperagakan seorang raksasa bertubuh besar dan buncit. Kelak anak akan tetap merekam bentuk fisik seperti itu sebagai hal yang menakutkan. Jika sudah demikian, maka ketika anak bertemu dengan orang lain yang memiliki bentuk tubuh besar dan buncit, maka bisa saja ia akan melakukan body shaming terhadap orang tersebut.
4. Membandingkan fisik anak dan anak lainnya
Tidak ada anak yang ingin dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Mereka juga mungkin meresa jengah sekaligus tak nyaman atas hal tersebut.
Jangan sampai orangtua menganggap bahwa membandingkan bentuk fisik anak justru akan membuat anak mudah memahami. Namun, anak justru akan mudah mengalami krisis kepercayaan diri atas hal tersebut.
5. Tidak membiasakan anak untuk bersyukur atas bentuk tubuhnya
Segala hal yang dimiliki manusia adalah anugerah yang harus disyukuri keberadaannya. Banyak orangtua yang keliru dengan tidak mengajarkan anak untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya.
Meski mungkin anak memiliki bentuk tubuh tertentu, namun tetap saja harus bersyukur sebab masih diberikan tubuh yang sehat. Hal ini lebih bijak jika diajarkan kepada anak.
Menormalisasikan hal tersebut justru akan membuat anak merasa mudah dalam melakukan body shaming. Jangan sampai anak mencontoh tindakan keliru yang dilakukan oleh orangtua. Penting untuk menjaga sikap dengan baik, ya!
Baca Juga: 5 Pentingnya Melibatkan Anak dalam Pengambilan Keputusan Keluarga
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.