10 Anime Terbaik yang Mengangkat Isu Bullying, Sudah Nonton?

Oshi no Ko merupakan salah satu anime langka yang dengan cepat menyelami sisi kelam kehidupan. Apa yang awalnya dimulai sebagai perjalanan inspiratif seorang idola muda, berubah menjadi tragedi pembunuhan yang mengerikan dalam hitungan menit. Tidak hanya mengisahkan balas dendam Aqua, Oshi no Ko juga mengungkap kegelapan yang mengakar dalam dunia hiburan. Dari gambaran tentang tekanan untuk mencapai kesempurnaan dalam berakting hingga tekanan publik yang tak terhindarkan, anime ini menyajikan arc yang mencekam tentang cyberbullying.

Akane seorang remaja biasa, terjebak dalam dunia trolling online yang kejam setelah popularitasnya meroket usai tampil di sebuah reality show remaja. Tekanan dan bullying yang ia terima begitu hebat hingga akhirnya Akane tak mampu lagi menghadapinya, memilih mengakhiri hidupnya sendiri. Meskipun ini adalah penggambaran yang cukup ekstrem tentang masalah tersebut, Oshi no Ko juga menyoroti sisi gelap lain dari dunia aktor cilik dan monster yang mengintai di baliknya: media sosial.

Lookism menyajikan kisah realistis tentang permasalahan abadi yang dihadapi oleh remaja, bahkan mungkin semua kalangan usia. Penampilan fisik sering kali menjadi penentu utama bagaimana seseorang diperlakukan dan dipandang oleh orang lain. Diadaptasi dari manhwa populer, Lookism mengisahkan pengalaman seorang pemuda bernama Park Hyung Seok yang kerap menjadi korban bullying karena penampilannya yang tambun.

Namun, ketika ia tiba-tiba memiliki kemampuan unik untuk berubah menjadi sosok yang tampan di siang hari, ia menyadari betapa drastisnya perubahan sikap dan perlakuan orang-orang terhadapnya. Anime ini secara gamblang menggambarkan betapa dangkalnya masyarakat kita, terutama dalam lingkungan sekolah menengah yang penuh dengan standar kecantikan yang sempit. Fenomena bullying yang terjadi karena seseorang dianggap tidak menarik secara visual adalah kenyataan pahit yang masih jauh dari teratasi.

I Got a Cheat Skill in Another World and Became Unrivaled in The Real World, Too memang merupakan cerita isekai, tetapi akarnya tertanam kuat pada trauma bullying yang dialami tokoh utamanya. Yuuya, seorang pemuda dengan penampilan biasa, sering menjadi korban bullying karena latar belakang keluarganya yang sederhana dan penampilannya yang dianggap kurang menarik. Ia merasa begitu terluka dan diabaikan oleh hampir semua orang, hingga pada titik tertentu, penonton mungkin khawatir ia akan mengambil tindakan drastis.

Namun, hidupnya berubah drastis ketika ia menemukan portal ke dunia lain yang memberikannya kekuatan luar biasa, bahkan melebihi impiannya, serta penampilan yang tampan. Meskipun cerita kemudian berfokus pada kehidupan barunya setelah transformasi fisiknya, Yuuya tidak bisa mengabaikan keprihatinannya terhadap kecenderungan masyarakat yang diskriminatif dan dangkal. Mereka yang dianggap berbeda diperlakukan seperti wabah, namun sikap mereka berubah total saat individu tersebut menjadi 'diterima' secara sosial.

Bullying seringkali luput dari hukuman karena dampaknya lebih bersifat mental daripada fisik. Inilah yang ditampilkan dengan gamblang dalam A Silent Voice, yaitu dampak psikologis bullying terhadap korban maupun pelakunya. Ketika seorang anak laki-laki bernama Shouya merisak seorang gadis tuli di kelasnya, tindakan tersebut kembali menghantuinya saat ia sendiri dikucilkan oleh teman-temannya dan merasakan penderitaan yang pernah ia timpakan pada orang lain.

A Silent Voice menyampaikan pesan yang kuat bahwa kebencian terhadap diri sendiri dapat menjadi pembunuh diam-diam dan mendorong mereka yang memiliki mental rapuh ke ambang keputusasaan. Anime ini menggambarkan dua sisi dari mata uang yang sama, menjalin takdir korban dan pelakunya yang sama-sama berjuang menghadapi kesulitan dan tantangan yang serupa. Meskipun demikian, anime ini tetap menawarkan secercah harapan, namun hanya bagi mereka yang benar-benar memahami dan menyesali perbuatan mereka.

Fruits Basket mungkin dianggap sebagai anime shojo yang paripurna, tetapi mungkin akan mengejutkan bagi penonton untuk mengetahui bahwa bullying menjadi salah satu tema sentralnya. Tindakan ini muncul beberapa kali dalam Fruits Basket, menggambarkan sisi gelap penindasan yang berasal dari masyarakat maupun keluarga. Tohru, dengan kepribadiannya yang ceria dan mudah bergaul, menjadi sasaran empuk bagi perundungan. Namun, anggota keluarga Sohma lah yang sebenarnya paling menderita akibat penindasan.

Akito tidak hanya membuat mereka hidup dalam ketakutan dan perasaan terabaikan, beberapa anggota zodiak juga mengalami pelecehan dari orang luar karena keunikan mereka. Contohnya, Saki diganggu oleh teman-teman sekelas dan keluarganya sendiri karena kemampuan psikisnya, sementara Kisa diejek karena warna rambutnya yang tidak biasa. Yuki dan Kyo bahkan menghadapi teror psikologis paling kejam dari Akito, yang merupakan puncak dari perilaku represif ibunya sendiri.

Peach Girl adalah anime yang berani mendobrak batasan dengan menggambarkan isu body shaming dan rasisme terselubung jauh sebelum isu-isu tersebut menjadi sorotan utama. Bullying tidak selalu termanifestasi dalam bentuk kekerasan fisik; terkadang, ia hadir dalam bentuk kecemburuan dan penilaian negatif dari teman dan lingkungan sekitar. Momo Adachi menjadi korban pelecehan dan perlakuan diskriminatif karena penampilannya. Kulitnya yang kecokelatan akibat sering berenang dan rambutnya yang diputihkan membuatnya dicap sebagai gadis yang 'mudah'.

Berbeda dengan gadis-gadis berkulit pucat yang dianggap baik-baik, Momo dianggap sebagai sosok pemberontak dan mudah didekati, bahkan sampai mengalami pelecehan dari orang asing. Belum lagi, ia juga terus-menerus menjadi korban pengkhianatan dan manipulasi dari orang yang ia anggap teman. Peach Girl dengan berani menantang standar kecantikan yang tidak realistis serta stigma sosial yang menyertainya.

Dear Brother mengisahkan perjalanan emosional seorang gadis berusia 16 tahun yang berhasil masuk ke sebuah sekolah elit khusus perempuan. Demi mendapatkan penerimaan, Nanako Misonoo bergabung dengan kelompok sosial yang hanya menerima anggota-anggota dengan kecantikan luar biasa. Namun, ia segera dihadapkan pada kenyataan pahit tentang status quo dan sistem sosial yang rapuh di sekolah tersebut, membuatnya terjebak dalam pusaran ketidakamanan. Meskipun tidak mengalami bullying secara langsung, Nanako merasakan tekanan yang luar biasa untuk diterima dan memenuhi standar sosial yang tinggi.

Dear Brother menyajikan dampak emosional yang mendalam melalui cerita yang kompleks namun mengalir dengan indah, mengangkat tema-tema penting seperti penerimaan diri, persahabatan, dan bullying. Anime ini menjadi pengingat yang menohok tentang konsekuensi menjadi pusat perhatian, sekaligus menggambarkan bagaimana hal tersebut tidak selalu dipandang positif oleh semua orang.

Viral Hit mengarungi wilayah abu-abu moralitas dalam penggambarannya tentang bullying. Konflik yang disajikan begitu brutal dan mungkin akan membuat beberapa penonton merasa tidak nyaman, namun itulah kenyataan yang kadang-kadang terjadi. Ada orang-orang yang senang mendominasi, dan hal itu tercermin dalam perlakuan teman-teman Hobin yang tanpa alasan jelas menghajarnya habis-habisan. Dengan ibu yang terbaring sakit di rumah sakit dan beban finansial yang berat, Hobin berada di titik terendah dalam hidupnya, menjadi korban bullying yang kejam dari orang-orang yang justru menampilkan citra diri yang bertolak belakang di media sosial.

Namun, ketika Hobin memutuskan untuk melawan, ia menyadari bahwa ada peluang untuk memanfaatkan situasi tersebut. Viral Hit memang menyajikan implikasi moral yang kontroversial, dan meskipun protagonisnya tidak sempurna, manhwa ini berhasil melukiskan gambaran yang mengerikan tentang kemunafikan mereka yang menganggap menginjak-injak orang lain sebagai hak mereka.

March Comes in Like A Lion menyajikan gambaran paling realistis dan menggugah tentang bullying. Bukan karena penampilan, harta, atau status sebagai murid kesayangan guru, anime ini mengangkat bentuk bullying paling umum yang sering kali terabaikan. Kisahnya mengisahkan kehidupan penuh tantangan Rei Kiriyama, yang sejak kecil menjadi korban bullying karena kepribadiannya yang introvert dan kecerdasannya yang menonjol. Lebih menyedihkan lagi, Rei juga mengalami hinaan dan perlakuan represif dari saudara angkatnya sendiri, yang merasa iri dengan perhatian yang ia terima dari ayah mereka.

Di tengah kesendiriannya, dua saudara perempuan yang ceria hadir menawarkan uluran tangan dan keberanian kepada Rei untuk melawan perundungan yang dialaminya. Anime ini mungkin terasa berat dan sulit ditonton bagi mereka yang pernah mengalami situasi serupa, namun ia lebih dari sekadar gambaran penderitaan. March Comes in Like A Lion juga memberikan pengalaman penyembuhan dan dorongan semangat bagi mereka yang perlu belajar untuk membela diri mereka sendiri.

Hell Girl mengangkat tema bullying dengan sudut pandang yang berbeda. Alih-alih berfokus pada trauma mental dan fisik yang dialami korban, anime ini menggambarkan kengerian yang timbul ketika seseorang menyimpan dendam yang mendalam. Dengan cara yang mengejutkan, anime ini memberikan peringatan keras bahwa baik pelaku maupun korban, siapa pun yang berniat menyakiti orang lain pada akhirnya akan menerima ganjaran yang setimpal. Dendam menjadi inti dari cerita ini, di mana sebuah situs web misterius memungkinkan orang-orang untuk mengirim para pelaku bullying langsung ke neraka.

Namun, sebagai imbalannya, mereka yang mencari balas dendam juga harus setuju untuk dikirim ke neraka setelah kematian mereka. Hell Girl memicu perdebatan moral karena mempromosikan intervensi balas dendam. Di sisi lain, anime ini juga menggarisbawahi bahwa setiap tindakan, baik atau buruk, memiliki konsekuensi, dan moralitas tidaklah sefleksibel yang terlihat.

Dari kisah-kisah yang mengharukan hingga yang penuh aksi, anime-anime ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh hati dan pikiran penonton dengan cara yang mendalam. Mereka menyoroti dampak buruk bullying, mengajak kita untuk berempati dengan korban, dan mendorong kita untuk bertindak melawan segala bentuk penindasan.