Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi sedang lelah (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Intinya sih...

  • Lingkungan toksik berdampak besar pada kesehatan mental

  • Membandingkan diri dengan orang lain dapat memicu rasa hopeless

  • Kegagalan yang berulang dan tekanan dari dalam diri sendiri dapat membuat seseorang merasa hopeless

Pernah gak sih kamu merasa capek banget sama hidup, terus tiba-tiba mikir, “Kayaknya gak ada harapan lagi deh”? Kalau iya, kamu gak sendirian kok. Rasa hopeless atau kehilangan harapan itu bisa dialami siapa aja, bahkan sama orang yang dari luar kelihatannya strong banget. Sayangnya, rasa ini sering banget dianggap sepele, padahal bisa berpengaruh besar ke kondisi mental dan cara kamu melihat hidup.

Hopeless itu bukan cuma karena satu hal besar yang tiba-tiba terjadi. Kadang datangnya perlahan, dari hal-hal kecil yang gak kamu sadari. Makin lama dipendam, makin besar pula rasa putus asanya. Nah, supaya kamu bisa lebih aware dan gak terus-menerus tenggelam dalam perasaan ini, yuk kenali empat penyebab umum kenapa kamu sering merasa hopeless!

1. Lingkungan yang toksik

Ilustrasi sedang diam-diaman (Pexels.com/Alex Green)

Lingkungan ternyata punya pengaruh besar banget terhadap kesehatan mental kamu. Kalau kamu setiap hari dikelilingi orang-orang yang suka meremehkan, ngejek, atau gak pernah kasih support, wajar banget kalau kamu lama-lama jadi down. Lingkungan toksik ini bisa kamu temui di mana aja, keluarga, pertemanan, tempat kerja, bahkan lingkungan kampus.

Masalahnya, semakin lama kamu bertahan di lingkungan kayak gitu, makin gampang juga kamu merasa gak berharga. Ujung-ujungnya kamu jadi kehilangan semangat buat berkembang dan percaya dirimu semakin menurun. Kamu mulai mikir kalau semua usaha kamu sia-sia, dan itu bisa jadi pintu masuk rasa hopeless. Jadi, coba deh perhatikan siapa aja yang sering kamu temui. Kalau mereka justru bikin kamu merasa makin buruk, mungkin udah waktunya buat jaga jarak atau cari lingkungan yang lebih sehat.

2. Terlalu sering membandingkan diri sama orang lain

ilustrasi individu mengalami social comparison di media sosial (pexels.com/Liza Summer)

Di era media sosial kayak sekarang, gampang banget rasanya merasa “kurang”. Scroll Instagram atau TikTok dikit, langsung muncul orang yang lebih sukses, lebih cantik, lebih produktif, dan seolah hidupnya tuh sempurna banget. Padahal, kamu gak tahu apa yang sebenernya mereka alami di balik layar. Tapi tetap aja, membandingkan diri jadi kebiasaan yang susah dihindari.

Kebiasaan ini lama-lama bikin kamu merasa gak layak dan gak cukup. Kamu jadi meremehkan pencapaian sendiri, padahal mungkin usahamu udah jauh banget. Akhirnya, kamu mikir kalau kamu gak akan pernah bisa seperti mereka, dan muncullah rasa hopeless. Mulai sekarang, coba deh lebih fokus ke progres diri sendiri. Ingat, hidup itu bukan lomba siapa yang paling cepat sukses, tapi soal usaha untuk jadi versi diri yang lebih baik dari kemarin.

3. Gagal terus dalam hal yang kamu perjuangkan

Ilustrasi sedang stres (Pexels.com/Nathan Cowley)

Gagal satu dua kali mungkin masih bisa ditoleransi. Tapi kalau gagal berkali-kali, apalagi di hal yang benar-benar kamu perjuangkan, rasanya jelas nyesek banget. Hal ini bisa menyangkut soal kuliah, kerja, hubungan, atau mimpi pribadi yang udah kamu kejar mati-matian, tapi hasilnya selalu zonk. Wajar banget kalau kamu jadi merasa hidup ini gak adil dan mulai putus asa.

Sayangnya, banyak orang yang merasa gagal itu tandanya mereka gak pantas atau gak layak dapat hal baik. Padahal, kegagalan bukan akhir dari segalanya. Justru dari situ kamu bisa belajar dan memperkuat mental. Tapi ya memang gak semudah itu juga buat bangkit. Oleh karena itu, penting banget punya support system yang bisa bantu kamu tetap waras dan percaya diri meskipun lagi jatuh. Jangan biarkan satu kegagalan bikin kamu lupa semua hal baik yang pernah kamu capai.

4. Terlalu keras sama diri sendiri

Ilustrasi sedang sedih (Pexels.com/Alex Green)

Kadang, musuh terbesar kamu tuh bukan orang lain, tapi dirimu sendiri. Kamu mungkin merasa belum cukup berhasil, belum cukup pintar, atau belum jadi versi terbaik dirimu. Lalu kamu maksa diri buat terus produktif, harus ini-itu, sampai lupa bahwa kamu juga manusia yang butuh istirahat. Tekanan dari dalam diri sendiri ini bisa jadi sangat melelahkan, apalagi kalau kamu gak pernah kasih waktu buat dirimu sekadar bernapas.

Terlalu keras sama diri sendiri juga bisa bikin kamu susah mlihat sisi positif dari hidupmu. Kamu merasa semua hal yang kamu lakukan gak pernah cukup, padahal kamu udah berusaha maksimal. Lama-lama kamu merasa lelah dan hopeless karena standar yang kamu buat terlalu tinggi. Untuk itu, cobalah peluk diri kamu, kasih ruang untuk gagal, dan rayakan progres sekecil apa pun. Hidup bukan soal seberapa sempurna kamu, tapi gimana kamu bisa bertahan dan terus jalan meski pelan.

Rasa hopeless itu gak muncul begitu aja. Sering kali, itu akumulasi dari banyak hal yang kamu alami tapi gak disadari. Entah karena lingkungan yang bikin kamu tenggelam, kebiasaan membandingkan diri, kegagalan yang berulang, atau ekspektasi tinggi dari diri sendiri. Tapi satu hal yang penting kamu ingat: kamu gak sendirian. Banyak orang juga sedang berjuang, dan itu bukan tanda kamu lemah.

Jadi, kalau kamu lagi merasa hopeless, coba tarik napas sebentar. Lihat sekeliling, cek dirimu sendiri, dan kalau perlu, cari bantuan dari orang yang kamu percaya. Gak apa-apa banget kok buat istirahat. Hidup gak harus selalu semangat setiap saat, tapi yang penting, kamu terus bergerak meskipun pelan. Kamu berharga, dan harapan itu akan selalu ada!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team