Banyak orang mengawali tahun baru dengan daftar panjang resolusi. Mulai dari rajin olahraga, lebih hemat, sampai produktif bekerja. Namun seiring berjalannya waktu, resolusi itu sering kali hanya bertahan di bulan Januari. Tekanan untuk terus mencapai target malah bikin stres, apalagi kalau hidup terasa seperti lomba tanpa garis finish.
Di tengah kondisi itu, konsep slow living mulai dilirik. Bukan sekadar tren, slow living mengajak kamu memperlambat ritme hidup, menikmati momen, dan memprioritaskan apa yang benar-benar penting. Prinsipnya bukan soal malas atau berhenti bekerja, tapi tentang menata ulang cara kamu mengatur waktu dan energi.
Banyak orang yang mencoba gaya hidup ini merasakan perubahan signifikan. Bahkan, sejumlah ahli terapi keluarga menyebut slow living sebagai cara untuk menemukan keseimbangan antara aktivitas dan ketenangan batin. Jika resolusi tahun baru terasa tidak lagi relevan buat kamu, inilah lima alasan kenapa slow living bisa jadi pilihan baru yang lebih realistis.