Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang bermain handphone (pexels.com/mikoto.raw Photographer)

Intinya sih...

  • Kamu punya timeline dan tantangan sendiri

  • Kurasi konten yang kamu konsumsi dengan sadar

  • Fokus pada aksi kecil daripada teori berlebihan

Konten self-improvement sekarang tersebar di mana-mana. Mulai dari video motivasi di TikTok, kutipan inspiratif di Instagram, sampai podcast yang membahas cara jadi "versi terbaik" dari diri sendiri. Awalnya, konten seperti ini terasa positif dan memotivasi. Tapi tanpa disadari, terlalu banyak konsumsi self-improvement justru bisa bikin kamu overthinking. Bukannya merasa berkembang, kamu malah jadi cemas, membandingkan diri terus-menerus, bahkan merasa gak cukup meski sudah berusaha.

Fenomena ini sering terjadi karena kamu menerima begitu banyak pesan "perbaiki ini, upgrade itu" dalam waktu singkat. Padahal, proses berkembang gak bisa dipaksakan dalam semalam. Kalau kamu merasa makin tertekan setelah lihat konten pengembangan diri, bisa jadi kamu butuh jeda atau cara baru dalam menyerap informasi tersebut. Berikut ini lima cara bijak buat konsumsi konten self-improvement tanpa bikin kamu makin lelah secara mental.

1. Sadari bahwa setiap orang punya timeline-nya masing-masing

ilustrasi orang bermain handphone (pexels.com/Mikhail Nilov)

Salah satu jebakan terbesar saat nonton konten self-improvement adalah mulai merasa tertinggal. Kamu melihat orang lain bangun jam 5 pagi, olahraga, baca buku, punya side hustle, dan tetap tampil rapi, sementara kamu masih struggling buat bangun pagi aja. Ingat ya, konten itu cuma potongan terbaik dari hidup seseorang. Kamu gak tahu perjuangan atau situasi di balik layar yang gak ditampilkan.

Kunci pertama supaya kamu gak overthinking adalah menyadari bahwa hidup bukan perlombaan. Kamu gak harus punya pace yang sama seperti orang lain. Setiap orang punya tantangan dan prioritas yang berbeda. Jangan jadikan hidup orang lain sebagai standar, apalagi patokan mutlak buat menilai dirimu sendiri. Boleh belajar dari mereka, tapi tetap sesuaikan dengan ritme dan kemampuanmu sendiri.

2. Kurasi konten yang kamu konsumsi dengan sadar

ilustrasi media sosial (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu punya kendali penuh atas apa yang masuk ke otakmu setiap hari. Kalau kamu mulai merasa cemas, tertekan, atau gak cukup setelah melihat konten tertentu, itu sinyal untuk unfollow, mute, atau kurangi konsumsi dari akun tersebut. Konsumsi konten dengan sadar artinya kamu gak asal scroll, tapi benar-benar memilih apa yang ingin kamu serap dan kenapa kamu ingin menyerapnya.

Cobalah sesekali evaluasi akun-akun yang kamu ikuti. Apakah mereka memberi value yang sehat buatmu, atau justru membuat kamu terus merasa kurang? Ingat, tujuan self-improvement adalah untuk membuatmu berkembang secara perlahan, bukan membebani mental dengan tuntutan tak terlihat. Lebih baik sedikit konten tapi berkualitas, daripada terlalu banyak sampai bikin kamu kewalahan.

3. Fokus pada aksi kecil daripada teori yang berlebihan

ilustrasi orang bermain handphone (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Konten self-improvement sering kali dipenuhi teori-teori besar: bagaimana mengatur waktu secara maksimal, gimana caranya jadi produktif 24 jam, atau bagaimana membentuk mindset miliarder. Semua itu memang menarik, tapi kalau kamu cuma berhenti di konsumsi tanpa implementasi, hasilnya justru jadi tekanan.

Daripada terus mengumpulkan teori dan strategi baru, lebih baik kamu pilih satu hal kecil yang bisa langsung kamu praktikkan hari ini. Misalnya, mulai journaling lima menit sebelum tidur, atau minum air putih begitu bangun tidur. Fokus pada hal-hal kecil dan konsisten jauh lebih berdampak daripada terus-menerus menyerap teori tanpa eksekusi. Aksi kecil yang berulang bisa menenangkan pikiran dan memberi rasa pencapaian yang nyata.

4. Pahami bahwa "berproses" gak selalu Instagramable

ilustrasi orang mengalami kegagalan (pexels.com/Andrew Neel)

Perjalanan memperbaiki diri kadang berantakan, melelahkan, dan gak selalu penuh semangat. Tapi media sosial sering kali menampilkan proses pengembangan diri sebagai sesuatu yang estetik, penuh kutipan motivasi, dan hasil instan. Ini bikin kamu punya ekspektasi tinggi bahwa prosesmu juga harus "cantik" dan terlihat progresif setiap hari.

Nyatanya, proses yang sebenarnya justru penuh jatuh-bangun. Ada hari-hari kamu semangat, ada juga hari kamu cuma bisa bertahan. Itu bukan kegagalan, tapi itu manusiawi. Jangan bandingkan realita harianmu dengan highlight orang lain. Gak apa-apa kalau kamu belum bisa disiplin setiap hari. Yang penting, kamu tetap mencoba untuk bergerak maju, sekecil apa pun itu.

5. Sediakan waktu untuk diam dan dengarkan diri sendiri

ilustrasi orang berdiam diri (pexels.com/Engin Akyurt)

Terlalu banyak konsumsi konten self-improvement bisa bikin kamu kehilangan suara diri sendiri. Kamu terlalu sibuk mengikuti saran orang lain, sampai lupa bertanya: "Apa yang sebenarnya aku butuh?" Di sinilah pentingnya memberi ruang untuk diam, jeda, dan refleksi. Matikan HP sejenak, ambil napas, dan dengarkan dirimu tanpa distraksi.

Saat kamu belajar mendengarkan diri sendiri, kamu jadi tahu mana nasihat yang memang cocok diterapkan, dan mana yang bisa dilewatkan. Gak semua strategi cocok buat semua orang. Dengan memberi ruang sunyi, kamu bisa mengenali kebutuhan dan batasan diri, serta berkembang dengan cara yang lebih tulus dan sesuai apa yang kamu butuhkan.

Self-improvement seharusnya membuat kamu merasa lebih sadar, bukan makin tertekan. Dengan konsumsi konten yang bijak, kamu bisa tetap bertumbuh tanpa harus kehilangan kedamaianmu. Semangat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team