Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sedih (unsplash.com/Julia Taubitz)

Kehilangan orang yang kita sayangi bisa bikin hidup seolah terbalik. Rasanya nggak cuma sedih secara emosional, tapi juga bisa bikin fisik terasa nyeri, pikiran jadi berat, dan hari-hari terasa hampa.

Tapi kenapa sih kehilangan bisa sedalam itu rasanya? Apa yang sebenarnya terjadi di otak dan tubuh kita saat berduka? Nah, ini dia 5 sisi ilmiah dari rasa kehilangan.

Kamu juga bakal tahu kenapa rasanya bisa sesakit itu, gimana pengaruhnya ke hidup sehari-hari, dan apa aja yang bisa dilakukan supaya nggak terus-terusan terpuruk. Yuk simak! 

1. Otak kita didesain untuk terhubung, dan kehilangan merusak pola itu

ilustrasi komunikasi (pexels.com/ELEVATE)

Otak manusia punya satu sistem penting, membentuk koneksi emosional yang kuat. Jadi waktu orang yang kita sayangi tiba-tiba pergi, otak kita kayak kagok banget. Dia masih terus berharap mereka ada di sekitar kita, padahal kenyataannya nggak gitu. Otak manusia suka bikin pola prediksi. Jadi, otak kita terbiasa mengantisipasi kehadiran orang tercinta dalam rutinitas harian.

Nah, saat mereka nggak ada, otak tetap bereaksi seolah mereka masih ada. Itulah yang bikin kita merasa sedih banget, karena ada 'tabrakan' antara harapan dan kenyataan. Itu juga yang bikin kita jadi linglung, susah fokus, atau ngerasa kayak pikiran ngambang. Otak kita lagi kerja keras buat menerima kenyataan baru, dan itu bukan proses yang instan.

2. Kesedihan karena kehilangan memicu reaksi stres serius di tubuh

ilustrasi trauma (pexels.com/RDNE Stock Project)

Grief alias duka itu nggak cuma soal hati yang patah. Tubuh juga kena imbasnya. Waktu kita kehilangan seseorang, bagian otak bernama amigdala (yang ngatur emosi) jadi aktif banget. Efeknya? Tubuh langsung masuk mode 'siaga', kayak lagi stres berat. Tubuh kita bakal nge-pompa hormon stres seperti kortisol yang bikin detak jantung naik, tekanan darah meningkat, dan sistem imun melemah.

Orang yang sedang berduka berisiko lebih tinggi kena serangan jantung atau stroke, apalagi di minggu-minggu awal setelah kehilangan. Jadi kalau kamu lagi merasa tubuhmu kayak nggak fit setelah kehilangan, itu hal yang wajar. Tubuh kamu lagi 'berjuang' menghadapi stres besar.

3. Rasa sakit emosional itu nyata, otak merasakannya sama kayak luka fisik

ilustrasi trauma (pexels.com/RDNE Stock Project)

Pernah dengar istilah patah hati? Ternyata itu bukan sekadar ungkapan. Secara ilmiah, otak kita memproses rasa sakit emosional dengan cara yang hampir sama kayak rasa sakit fisik. Bagian otak yang bernama anterior cingulate cortex, bagian yang ngatur rasa sakit, aktif saat kita terluka secara emosional dan saat kita kesakitan secara fisik. Makanya rasa kehilangan bisa benar-benar terasa sakit, bukan cuma bikin sedih aja.

Otak kita seolah nggak bisa bedain mana luka karena kehilangan dan mana luka karena jatuh atau terbakar. Ini bukti bahwa kesedihanmu itu valid. Kamu nggak lebay kalau merasa benar-benar sakit saat kehilangan. Tubuh dan otakmu memang sedang berjuang menghadapi trauma.

4. Duka bisa mengacaukan rutinitas dan fokus sehari-hari

ilustrasi berpikir (unsplash.com/Ben White)

Kesedihan karena kehilangan nggak berhenti di rasa sakit, dia juga ngacak-ngacak keseharian kita. Bagian otak bernama prefrontal cortex, yang tugasnya ngatur fokus dan bikin keputusan, bisa kewalahan saat kamu berduka. Efeknya? Kamu mungkin jadi gampang lupa, susah konsentrasi, dan bingung mau ngelakuin apa. Nggak cuma itu, hippocampus, bagian otak yang ngatur ingatan, juga bisa terganggu.

Akibatnya, kamu jadi susah nginget hal-hal baru atau gampang lupa kejadian yang belum lama terjadi. Semua ini bikin hidup sehari-hari terasa makin berat. Tahu hal ini penting banget supaya kamu nggak terlalu keras sama diri sendiri. Nggak apa-apa kalau kamu belum bisa 'normal' secepat itu. Otakmu butuh waktu untuk pulih.

5. Butuh waktu untuk sembuh, tapi ada banyak cara mengelola kesedihan

ilustrasi konsultasi psikolog (pexels.com/cottonbro studio)

Kesedihan itu nggak bisa dihilangkan dalam semalam. Tapi kamu bisa pelan-pelan belajar buat mengelolanya. Salah satunya lewat mindfulness, kayak meditasi atau latihan pernapasan, yang bisa bantu nenangin amigdala dan nurunin kadar stres. Aktivitas fisik juga terbukti bantu. Olahraga bisa ngelepasin endorfin yang bikin mood lebih baik.

Selain itu, ngobrol sama psikolog atau gabung komunitas dukungan bisa bantu kamu ngerasa nggak sendirian, dan kasih ruang buat ngeluarin emosi. Yang penting, kamu sadar kalau sembuh itu bukan berarti melupakan. Tapi belajar hidup dengan kehilangan itu sendiri. Rasa sakitnya akan perlahan memudar, dan kebahagiaan bisa datang lagi, meskipun bentuknya mungkin berbeda.

Kesedihan karena kehilangan adalah reaksi alami dari sistem otak dan tubuh kita. Dengan memahami sisi ilmiahnya, kamu bisa lebih menerima apa yang kamu rasakan dan lebih sabar dalam proses pemulihan. Jangan ragu untuk minta bantuan dan kasih waktu buat diri sendiri. Kamu nggak sendirian, dan kamu pasti bisa melewati ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team