Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi seorang wanita (Pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Trauma mempercepat penuaan karena stres tinggi meningkatkan produksi hormon kortisol yang merusak kolagen dan elastin kulit.
  • Trauma memicu peradangan tubuh dan memendekan telomer, menyebabkan penuaan kulit, menurunnya daya tahan tubuh, dan risiko penyakit.
  • Kualitas tidur terganggu akibat trauma dapat menurunkan produksi kolagen, mengakibatkan kulit kendur dan kusam.

Pernah gak sih merasa kayak hidup tuh jalan terus, tapi mental masih tertinggal di satu titik yang bikin sesak? Trauma—baik itu dari pengalaman buruk di masa kecil, patah hati yang dalam, atau tekanan hidup yang berat—ternyata gak cuma ngaruh ke perasaan, tapi juga ke fisik kamu. Salah satu efek yang sering diabaikan adalah penuaan dini. Mungkin kamu berpikir kalau penuaan cuma soal genetik atau gaya hidup, tapi faktanya, trauma punya peran besar dalam mempercepat proses ini.

Kamu sering dengar tentang stres bikin wajah cepat tua, tapi gimana kalau itu beneran punya dasar ilmiah? Trauma bisa memengaruhi tubuh sampai ke tingkat seluler, bikin kulit lebih cepat keriput, rambut lebih cepat beruban, bahkan meningkatkan risiko penyakit kronis. Dan yang paling mengagetkan? Banyak dari kamu gak sadar kalau sedang mengalami efeknya. Nah, di sini bakal dibahas lima fakta mengejutkan tentang hubungan antara trauma dan penuaan dini yang mungkin selama ini gak kepikiran.

1. Trauma mengganggu hormon anti-penuaan

Ilustrasi seorang wanita (Pexels.com/Engin Akyurt)

Saat kamu mengalami trauma, tubuh otomatis masuk ke mode “fight or flight.” Ini bikin produksi kortisol—hormon stres—meroket. Masalahnya, kalau kortisol terlalu tinggi dalam waktu lama, hormon yang bertugas menjaga kulit tetap elastis dan segar, seperti kolagen dan estrogen, malah berkurang drastis. Akibatnya? Kulit jadi lebih kering, gampang muncul garis halus, dan kehilangan kekenyalannya lebih cepat dari seharusnya.

Efek ini gak langsung kelihatan dalam semalam, tapi semakin lama tubuh terpapar stres akibat trauma yang belum terselesaikan, semakin nyata dampaknya. Pernah lihat orang yang habis mengalami tekanan berat tiba-tiba kelihatan jauh lebih tua? Nah, itu bukan kebetulan. Kalau kamu sering merasa lelah, sulit tidur, atau gampang sakit, bisa jadi tubuh kamu sedang berjuang melawan efek trauma yang gak terselesaikan.

2. Stres berkepanjangan merusak sel dan mempercepat penuaan

Ilustrasi seorang pria merasa stres (Pexels.com/Timur Weber)

Trauma memicu peradangan dalam tubuh yang bisa merusak sel-sel sehat. Ketika tubuh terus-menerus berada dalam kondisi stres, telomer—bagian kecil di ujung DNA yang berfungsi menjaga sel tetap muda—jadi lebih cepat memendek. Semakin pendek telomer kamu, makin cepat pula sel tubuh mengalami penuaan dan mati.

Dampaknya? Penuaan kulit, menurunnya daya tahan tubuh, hingga risiko penyakit seperti diabetes dan jantung meningkat. Makanya, orang yang mengalami trauma berat sering terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Tapi tenang, telomer bisa diperbaiki lewat gaya hidup sehat dan cara mengelola stres yang baik. Jadi, bukan berarti kalau kamu pernah trauma, pasti akan mengalami penuaan dini.

3. Trauma bisa mengubah pola tidur, yang bikin kulit susah regenerasi

Ilustrasi kurang tidur (Pexels.com/cottonbro studio)

Kualitas tidur punya peran besar dalam menjaga kulit tetap sehat dan awet muda. Saat kamu tidur nyenyak, tubuh melakukan regenerasi sel dan memperbaiki jaringan yang rusak. Tapi kalau kamu pernah ngalamin trauma, mungkin kamu sering susah tidur, sering kebangun di tengah malam, atau mimpi buruk terus-menerus.

Kurang tidur bikin produksi kolagen menurun, yang ujung-ujungnya bikin kulit lebih cepat kendur dan kusam. Selain itu, mata panda, wajah lelah, dan kulit yang kehilangan elastisitas juga bisa jadi tanda kalau tidurmu terganggu akibat trauma. Makanya, menemukan cara untuk memperbaiki pola tidur bisa jadi salah satu langkah penting buat mengatasi efek trauma terhadap penuaan dini.

4. Trauma bisa mengubah kebiasaan makan, yang berpengaruh ke kesehatan kulit

Ilustrasi seorang pria makan (Pexels.com/Ron Lach)

Pernah gak sadar kalau saat stres atau habis ngalamin kejadian yang bikin trauma, pola makan jadi berantakan? Ada yang jadi malas makan, ada juga yang malah mencari pelarian ke junk food atau makanan manis. Nah, dua-duanya bisa mempercepat penuaan dini.

Makanan tinggi gula dan olahan bisa meningkatkan peradangan dalam tubuh dan mempercepat proses glikasi—reaksi yang merusak kolagen dan elastin dalam kulit. Hasilnya? Keriput lebih cepat muncul, kulit jadi kusam, dan tubuh terasa lebih gampang lelah. Jadi, kalau selama ini kamu merasa perubahan fisik yang gak biasa, coba cek lagi, apakah pola makanmu dipengaruhi oleh pengalaman traumatis di masa lalu?

5. Trauma bisa mengurangi motivasi untuk merawat diri

Ilustrasi seorang wanita (Pexels.com/Liza Summer)

Salah satu efek yang sering gak disadari dari trauma adalah kehilangan motivasi untuk menjaga diri sendiri. Ketika mental sedang down, hal-hal seperti skincare, olahraga, atau bahkan sekadar minum cukup air bisa terasa seperti beban. Lama-lama, kebiasaan ini bisa bikin tubuh menua lebih cepat karena kehilangan nutrisi dan perawatan yang seharusnya didapatkan.

Penuaan dini bukan cuma soal faktor eksternal, tapi juga bagaimana kamu memperlakukan tubuh sendiri. Kalau kamu merasa sulit memulai rutinitas perawatan diri karena trauma yang belum selesai, coba mulai dari hal kecil. Gak perlu langsung olahraga berat atau pakai skincare 10 langkah, cukup mulai dari minum air cukup, tidur yang cukup, dan kasih tubuh waktu untuk beristirahat.

Trauma bukan sekadar luka batin, tapi juga bisa meninggalkan jejak di tubuh kamu dalam bentuk penuaan dini. Namun, bukan berarti ini sesuatu yang gak bisa diatasi. Kesadaran adalah langkah pertama. Dengan mengenali efek trauma pada tubuh dan mulai menerapkan kebiasaan yang lebih sehat, kamu bisa memperlambat dampaknya dan kembali mendapatkan kontrol atas kesehatanmu.

Gak ada yang instan, tapi setiap langkah kecil yang kamu ambil untuk menyembuhkan diri adalah investasi buat masa depan yang lebih sehat dan bahagia. Jadi, jangan biarkan trauma menguasai hidup—kamu punya kendali untuk berubah.

Editorial Team

EditorAfifah