5 Film Indonesia dengan Latar Perbatasan Negara, Ada Kabut Berduri!

Pertama adalah Tanah Air Beta, yang digarap Ari Sihasale. Berlatarkan tahun 1999, waktu ini bertepatan dengan berpisahnya Timor Timur dari Indonesia, yang memilih membuat negara baru bernama Timor Leste. Saat itu, masyarakat terbagi menjadi dua bagian, antara mereka yang memilih berpindah ke Timur Leste atau menetap di Kupang, Indonesia.

Selanjutnya Batas, film yang sukses diarahkan sutradara Rudi Soedjarwo. Batas mengawali cerita dari ambisi seorang perempuan bernama Jaleswari, yang ingin memecahkan masalah pendidikan di perbatasan Kalimantan dan Malaysia. Namun siap sangka, usahanya sangat tidak mudah, karena masyarakat sekitar sangat sulit untuk memisahkan antara dunia modern dengan adat istiadat yang telah dijaga rastusan tahun lamanya.

Ketiga hadir dari film terbaik arahan Agung Sentausa, Badai di Ujung Negeri. Menceritakan tentang seorang marinir muda bernama Badai, yang ditugaskan diperbatasan Indonesia, Laut Cina Selatan atau Pulau Bintan. Di sana, Badai terlibat hubungan asmara dengan warga sekitar, hingga harus terlibat konflik dengan sahabat lamanya. Namun di balik semua itum Badai juga dituntut untuk mengungkap misteri pembunuhan berantai.

Keempat adalah Tanah Surga... Katanya (2012), yang diarahkan Herwin Novianto. Film yang dibintangi Aji Santosa hingga Tissa Biani ini, menceritakan tentang perbatasan Indonesia dan Malaysia yang terlihat sangat jauh berbeda. Hal ini, mengakibatkan banyak sekali warga Indonesia yang memilih untuk pindah menjadi warga Malaysia, tetapi tidak dengan seorang kakek tua yang memilih untuk mencintai tanah Indonesia, bersama cucunya.

Selanjutnya Kabut Berduri, menceritakan tentang misteri pembuhan berantai yang terjadi di perbatasan Indonesia dan Malaysia. Anehnya, pembunuh sering sekali memenggal kepala korban hingga beberapa korban memiliki hubungan yang cukup dekat. Konflik dan misteri pembunuhan yang banyak mengkorbankan warga adat Dayak ini, ditelusuri oleh seorang detektif perempuan yang berasal dari Jakarta, Sanja (Putri Marino).

Film-film di atas, bisa memberikan gamabaran kepada semua, bahwa kesenjaangan sosial di Indonesia memang masih sangat terasa. Selain itu, penegakan hukum di daerah perbatasan pun, terbilang sangat berbeda dengan yang berada di pulau Jawa.