Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi terapi (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Intinya sih...

  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT) membantu gangguan kecemasan, depresi, PTSD, OCD, dan kecanduan. Terapi ini berlangsung selama 8-20 sesi dengan teknik praktis untuk mengatur pikiran.

  • Dialectical Behavior Therapy (DBT) fokus pada emosi dan hubungan interpersonal. Melatih 4 skill utama: mindfulness, pengaturan emosi, tahan stres tanpa bereaksi negatif, dan komunikasi asertif.

  • Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) cocok untuk trauma seperti PTSD. Prosesnya melibatkan gerakan mata atau ketukan berulang selama 60-90 menit per sesi.

Memilih jenis terapi yang tepat buat masalah kesehatan mental itu kadang bikin bingung, apalagi kalau belum terlalu paham perbedaannya. Tapi tenang, gak harus ribet. Entah kamu lagi berjuang melawan cemas, stres, trauma, atau rasa capek mental yang gak habis-habis, mengerti jenis-jenis terapi yang umum bisa bantu kamu menemukan cara penyembuhan yang lebih cocok dan efektif.

Nah, ini dia 5 jenis terapi yang terbukti ampuh, target masalahnya apa, cara kerjanya gimana, dan tips supaya kamu bisa mendapatkan manfaat maksimal dari tiap jenis terapi itu. Yuk simak!

1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

ilustrasi terapi (pexels.com/cottonbro studio)

CBT atau Terapi Perilaku Kognitif ini paling sering dipakai, dan memang terbukti banyak bantu orang yang punya gangguan kecemasan, depresi, PTSD, OCD, gangguan makan, sampai kecanduan. Cara kerja CBT simpel tapi berdampak besar, kamu diajak untuk mengenali pola pikir negatif yang selama ini kamu anggap biasa zaja, lalu pelan-pelan dilatih buat ganti cara berpikir itu dengan yang lebih realistis dan sehat.

Biasanya CBT berlangsung selama 8 sampai 20 sesi yang sudah disusun terstruktur. Di tiap sesi kamu gak cuma curhat, tapi juga belajar teknik-teknik praktis buat mengatur pikiran, latihan lewat tugas rumah, simulasi situasi, sampai role-play. Buat yang ingin hasil cepat dan gak mau terapi yang terlalu lama, CBT bisa jadi pilihan terbaik. Selain itu, terapi ini juga cocok buat kamu yang ingin belajar cara coping sehari-hari, entah itu buat menghadapi stres kerjaan, masalah hubungan, insomnia, atau rasa kehilangan.

CBT ini sudah banyak dibuktikan keampuhannya lewat berbagai penelitian, bahkan bisa tetap efektif dalam jangka panjang, apalagi kalau dikombinasikan sama pengobatan dari dokter. Jadi kalau kamu merasa butuh perubahan yang nyata dalam waktu relatif singkat, CBT layak banget buat dicoba.

2. Dialectical Behavior Therapy (DBT)

ilustrasi terapi (pexels.com/Alex Green)

Kalau CBT fokus ke pikiran dan perilaku, DBT lebih fokus ke emosi dan hubungan interpersonal. DBT ini awalnya dikembangkan buat orang yang punya Borderline Personality Disorder, tapi sekarang juga banyak dipakai buat gangguan mood, PTSD, sampai kecanduan. Inti dari DBT adalah seimbang antara penerimaan diri dan usaha buat berubah. Jadi, kamu diajak buat menerima kondisi sekarang sambil tetap belajar cara-cara baru yang lebih sehat buat mengatur emosi.

Program DBT biasanya lebih panjang dari CBT. Isinya gabungan antara sesi terapi individu, pelatihan kelompok, coaching lewat telepon, dan diskusi dengan tim terapis. Kamu bakal belajar 4 skill utama, mindfulness, pengaturan emosi, tahan terhadap stres tanpa bereaksi negatif, dan komunikasi yang lebih asertif.

Efeknya pun luar biasa buat orang-orang yang sering merasa emosi meledak-ledak, gampang marah, atau gampang banget tersinggung. DBT bisa mengurangi perilaku menyakiti diri, bikin emosi lebih stabil, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Cocok banget buat kamu yang pengin lebih 'tahan banting' secara emosional dan punya hubungan yang lebih sehat dengan orang sekitar.

3. Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR)

ilustrasi terapi (pexels.com/cottonbro studio)

EMDR ini kedengarannya unik, dan memang beda dari terapi lainnya. Terapi ini dirancang khusus buat kamu yang pernah mengalami trauma, terutama PTSD. Prosesnya melibatkan gerakan mata atau ketukan berulang saat kamu mengingat pengalaman traumatis. Tujuannya? Supaya memori traumatis itu gak lagi terasa menyakitkan atau bikin overthinking terus-menerus.

Biasanya EMDR berlangsung sekitar 60–90 menit per sesi dan dibagi jadi 8 tahap. Mulai dari pengenalan, persiapan, asesmen, sampai evaluasi. Dalam waktu lebih cepat dibanding terapi biasa, EMDR bisa bantu kamu melepas beban emosi dari peristiwa traumatis yang udah lama tertanam di kepala. Efeknya juga bisa langsung terasa, terutama buat orang yang ngerasa stuck di kenangan buruk dan susah move on secara emosional.

Gak cuma PTSD, EMDR juga dipakai buat gangguan kecemasan, depresi, bahkan gangguan kepribadian. Kalau kamu sering merasa trauma masa lalu masih terus menghantui, EMDR bisa jadi pilihan yang layak buat dipertimbangkan.

4. Trauma-Focused Cognitive Behavioral Therapy (TF-CBT)

ilustrasi terapi (pexels.com/Alex Green)

Kalau kamu punya anak atau adik yang mengalami kejadian traumatis, TF-CBT ini jadi salah satu pendekatan terbaik buat bantu mereka pulih. TF-CBT adalah versi CBT yang dimodifikasi khusus buat anak-anak dan remaja. Fokusnya bukan cuma di pemikiran mereka, tapi juga gimana lingkungan, terutama keluarga, bisa mendukung proses penyembuhan.

Dalam TF-CBT, anak bakal diajak buat belajar mengatur emosi, menceritakan kembali pengalaman traumatisnya lewat cara-cara yang kreatif (kayak menggambar atau bermain peran), serta belajar skill untuk melindungi diri. Selain itu, orang tua atau wali juga ikut terlibat aktif dalam sesi, supaya mereka bisa jadi support system yang lebih solid.

TF-CBT bisa secara signifikan menurunkan gejala PTSD, cemas, dan gangguan perilaku pada anak. Jadi kalau kamu punya anggota keluarga muda yang pernah mengalami kekerasan, kehilangan, atau bencana, TF-CBT ini patut dicoba supaya penyembuhannya lebih cepat dan menyeluruh.

5. Exposure Therapy

ilustrasi konsultasi psikolog (pexels.com/cottonbro studio)

Buat kamu yang punya fobia, OCD, atau kecemasan yang muncul karena situasi tertentu, exposure therapy bisa jadi jawaban yang selama ini dicari. Di terapi ini, kamu bakal secara bertahap dihadapkan sama hal-hal yang kamu takuti, dengan cara yang aman dan terkendali, sampai rasa takut itu makin lama makin berkurang.

Prosesnya dimulai dari bikin daftar ketakutan dari yang paling ringan sampai paling berat. Lalu, satu per satu kamu dilatih buat hadapi hal itu sambil ditemani terapis. Lama-lama, tubuh dan pikiranmu bakal terbiasa dan gak lagi panik waktu menghadapi situasi itu. Teknik ini sudah terbukti secara ilmiah dan punya hasil yang tahan lama banget.

Exposure therapy juga cocok buat kamu yang ingin lepas dari kebiasaan menghindar. Misalnya, takut naik lift, takut bicara di depan umum, atau takut keluar rumah. Semua itu bisa dilatih dan diproses pelan-pelan sampai kamu merasa lebih bebas dan gak dikendalikan sama rasa takut.

6. Tips agar terapi bisa berjalan dengan baik

ilustrasi konsultasi psikolog (pexels.com/cottonbro studio)

Kalau kamu bingung mau mulai dari mana, coba cocokin dulu masalah utamamu sama jenis terapinya. Kalau kamu trauma berat, bisa mulai dari EMDR atau TF-CBT. Kalau emosi kamu sering naik turun dan gak stabil, DBT bisa jadi pilihan tepat. Sedangkan buat kamu yang butuh skill coping sehari-hari, CBT adalah jawabannya.

Kamu juga perlu mikir tentang waktu dan komitmen. CBT dan EMDR biasanya lebih cepat hasilnya, sementara DBT dan TF-CBT butuh waktu dan konsistensi lebih lama. Pastikan juga kamu dapet terapis yang bener-bener terlatih di jenis terapi yang kamu pilih. Terutama untuk EMDR, DBT, dan TF-CBT, karena mereka butuh sertifikasi khusus.

Yang paling penting, kamu harus bener-bener ikut terlibat. Gak cukup cuma datang ke sesi lalu pasif. Latihan di luar sesi itu kunci banget. Dan jangan lupa, catat perkembanganmu bareng terapis supaya tahu kamu makin membaik atau butuh penyesuaian. Sekarang juga banyak terapi online atau terapi grup yang bisa kamu manfaatkan kalau akses ke terapis terbatas.

Memilih terapi itu bukan soal tren atau ikut-ikutan, tapi soal memahami apa yang paling kamu butuhkan dan jenis pendekatan mana yang paling cocok buat kamu. Semuanya punya kelebihan masing-masing. Yang penting, kamu nyaman dan mau berproses. Jangan ragu buat mulai, karena langkah kecil hari ini bisa jadi awal dari hidup yang lebih sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team