Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Penyakit yang Bisa Berdampak Terhadap Kesehatan Mental, Pahami!

ilustrasi depresi (pexels.com/Nathan Cowley)
ilustrasi depresi (pexels.com/Nathan Cowley)
Intinya sih...
  • Penyakit autoimun seperti lupus atau rematik bisa meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan cemas, terutama pada perempuan.
  • Penderita diabetes memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk mengalami depresi karena mengatur penyakit ini membutuhkan kedisiplinan ekstra.
  • Nyeri kronis, gangguan saraf, dan kanker juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, namun langkah sederhana seperti belajar lebih sayang pada diri sendiri dan jaga rutinitas sehat dapat membantu menjaga kesehatan mental.

Kadang kamu terlalu fokus sama kondisi fisik waktu sakit, sampai lupa kalau mental juga bisa kena imbasnya. Padahal, ada banyak penyakit yang efeknya bukan cuma ke tubuh, tapi juga bisa memicu stres, cemas, bahkan depresi.

Nah, ini dia 5 penyakit yang diam-diam bisa memengaruhi kesehatan mental, gimana mereka bisa berdampak sejauh itu, dan yang paling penting, gimana cara menjaga pikiran tetap sehat walaupun tubuh sedang berjuang. Yuk simak selengkapnya!

1. Penyakit autoimun

ilustrasi nyeri perut (pexels.com/Sora Shimazaki)
ilustrasi nyeri perut (pexels.com/Sora Shimazaki)

Penyakit autoimun kayak lupus atau rematik muncul waktu sistem imun nyerang tubuh sendiri, seolah-olah bagian tubuh kamu tuh musuh. Orang dengan penyakit autoimun punya risiko 2 kali lipat lebih tinggi buat mengalami gangguan mental seperti depresi dan cemas dibanding yang gak punya kondisi ini. Buat perempuan, angkanya bahkan lebih tinggi lagi, 32 persen dibanding 21 persen pada laki-laki.

Dampaknya bukan cuma karena rasa sakit yang terus-menerus, tapi juga karena kondisi ini bikin hidup jadi gak pasti. Kelelahan yang berkepanjangan, nyeri yang gak kunjung reda, dan harus bolak-balik kontrol bisa bikin stres numpuk. Selain itu, peradangan di dalam tubuh juga bisa mengganggu keseimbangan kimia di otak, yang akhirnya bikin emosi jadi gak stabil.

2. Diabetes

ilustrasi diabetes (pexels.com/AS Photography)
ilustrasi diabetes (pexels.com/AS Photography)

Diabetes bukan cuma soal kadar gula yang harus dijaga. Banyak yang gak sadar kalau penyakit ini punya hubungan erat sama kondisi emosional juga. Orang dengan diabetes punya risiko 2 sampai 3 kali lebih tinggi buat mengalami depresi. Kalau kadar gula darah naik-turun drastis, bisa langsung bikin suasana hati berubah, dari cemas, gampang marah, sampai bingung.

Masalahnya, mengatur diabetes butuh kedisiplinan ekstra, dari makanan yang harus dibatasi, aktivitas fisik yang teratur, sampai cek darah yang harus rutin. Semua ini bisa terasa berat, apalagi kalau harus dijalani terus-menerus. Kalau kondisi mental mulai tertekan, biasanya jadi makin susah buat mengelola diabetes, dan akhirnya jadi lingkaran setan antara fisik dan mental yang saling ganggu.

3. Nyeri kronis dan penyakit berkepanjangan

ilustrasi nyeri (pexels.com/Dany Kurniawan)
ilustrasi nyeri (pexels.com/Dany Kurniawan)

Kalau kamu pernah merasakan sakit kepala berat atau nyeri punggung yang gak sembuh-sembuh, kamu pasti tahu betapa capeknya kondisi kayak gitu. Nyeri kronis sering kali bikin hidup jadi gak nyaman, tidur terganggu, dan bikin kamu jadi malas bersosialisasi. Sekitar setengah dari penderita nyeri kronis juga mengalami depresi.

Masalahnya, nyeri dan emosi itu saling berhubungan. Kalau kamu lagi sakit, otakmu bisa lebih sensitif terhadap stres. Sebaliknya, kalau kamu lagi sedih atau cemas, rasa sakit juga bisa terasa lebih parah. Pikiran-pikiran negatif kayak “hidupku bakal kayak gini terus” atau “aku gak berguna” bisa muncul dan bikin suasana hati makin kelam. Kalau dibiarkan, ini bisa berujung pada rasa putus asa atau bahkan pikiran buat menyerah.

4. Gangguan saraf

ilustrasi sistem saraf (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi sistem saraf (pexels.com/Alex Green)

Penyakit yang menyerang otak atau sistem saraf kayak stroke, parkinson, atau multiple sclerosis gak cuma mengganggu gerak tubuh. Emosi juga ikut kena. Setelah stroke, sekitar sepertiga orang mengalami depresi, karena bagian otak yang mengatur emosi bisa ikut rusak. Parkinson dan multiple sclerosis juga punya kecenderungan tinggi buat bikin penderitanya jadi gampang cemas atau murung.

Yang bikin makin berat adalah perasaan kehilangan kendali atas tubuh sendiri. Banyak orang merasa takut sama masa depan, minder karena perubahan fisik, dan akhirnya jadi menarik diri dari lingkungan. Kombinasi antara kerusakan otak dan tekanan mental dari penyakit ini bisa bikin kesehatan emosional menurun drastis.

5. Kanker

ilustrasi kanker (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi kanker (pexels.com/Thirdman)

Begitu seseorang didiagnosis kanker, bukan cuma tubuhnya yang kena pukulan. Mental juga langsung kena efeknya. Bahkan setelah pengobatan berhasil, trauma dan stresnya bisa bertahan lama. Sekitar 42 persen pasien kanker mengalami depresi, dan kecemasan juga sangat umum.

Kekhawatiran soal masa depan, perubahan penampilan, biaya pengobatan, dan harus menghadapi pengobatan yang berat semua bisa bikin mental terasa sangat lelah. Banyak pasien yang merasa sendiri, bingung, dan gak tahu harus cerita ke siapa. Perasaan ini bisa bikin mereka merasa terjebak dalam tekanan yang berat.

6. Dampaknya terhadap kesehatan mental dan cara menghadapinya

ilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Semua penyakit di atas punya benang merah yang sama, mereka bikin fisik lemah, tapi juga bikin pikiran ikut capek. Rasa lelah, nyeri yang terus-menerus, perubahan gaya hidup, sampai tekanan dari pengobatan semuanya bisa bikin stres meningkat. Tubuh yang capek bisa bikin pikiran jadi gampang down, dan sebaliknya, pikiran yang stres bisa memperburuk kondisi fisik.

Nah, buat menghadapi semuanya, ada beberapa langkah sederhana yang bisa bantu jaga kesehatan mental. Pertama, penting banget buat mengerti penyakit yang kamu alami. Cari tahu dari sumber terpercaya, catat gejala dan perubahan mood, dan siapkan pertanyaan buat dokter saat kontrol. Ini bikin kamu merasa lebih siap dan gak terlalu takut sama hal-hal yang gak pasti.

Kedua, jangan ragu buat cari bantuan profesional. Psikolog atau terapis bisa bantu kamu mengerti perasaan yang muncul dan kasih strategi buat mengatasinya. Bahkan terapi kayak CBT atau meditasi bisa bantu banget buat ngontrol stres dan kecemasan. Ketiga, atur ritme hidup kamu. Jangan terlalu maksa diri. Cek energi tiap hari dan buat jadwal yang realistis. Sisipkan aktivitas yang bikin kamu rileks kayak denger musik, mandi air hangat, atau baca buku. Hal kecil kayak gitu bisa bikin mentalmu lebih ringan.

Keempat, jaga koneksi sosial. Curhat ke teman, gabung komunitas penderita penyakit serupa, atau ikutan forum online bisa bantu kamu merasa gak sendirian. Bisa saling berbagi cerita juga bisa nambah semangat buat terus berjuang. Kelima, belajar buat lebih sayang sama diri sendiri. Ubah pola pikir negatif jadi lebih suportif. Kalau kamu mulai mikir “aku nyusahin orang”, coba ubah jadi “aku lagi berjuang dan itu sudah hebat.” Perubahan pola pikir kayak gini bisa bantu kamu tetap kuat dan gak gampang nyalahin diri sendiri.

Terakhir, tetap jaga rutinitas sehat. Tidur cukup, makan teratur, olahraga ringan, dan punya hobi bisa bantu bikin hidup terasa lebih stabil. Dan kalau bisa, diskusikan sama tim medis soal mental health support yang bisa digabung ke rencana pengobatanmu. Pendekatan ini sudah terbukti bisa meningkatkan hasil pengobatan, lho.

Beberapa penyakit bisa bener-bener menguras emosi, bukan cuma fisik. Tapi bukan berarti kamu harus menyerah. Kalau kamu bisa kenali gejala mental yang muncul dan siap buat menghadapinya, kamu punya peluang lebih besar buat tetap waras dan semangat meski tubuh lagi gak bersahabat. Kuncinya ada di kesadaran, dukungan yang tepat, dan langkah kecil yang konsisten. Yuk, jaga tubuh dan pikiran bareng-bareng, karena dua-duanya penting banget!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
IDN Times Hyperlocal
Dhana Kencana
IDN Times Hyperlocal
EditorIDN Times Hyperlocal
Follow Us