Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Penyakit yang Dipicu Kondisi Emosional yang Gak Stabil, Pernah?

ilustrasi emosi (pixabay.com/NoName_13)
ilustrasi emosi (pixabay.com/NoName_13)
Intinya sih...
  • Penyakit jantung dan tekanan darah tinggi akibat emosi yang gak stabil
  • Imunitas tubuh menurun karena stres kronis, memicu rentan terhadap penyakit
  • Gangguan pencernaan seperti IBS dan refluks asam lambung dipicu oleh kondisi emosional yang naik-turun

Pernah gak merasa dada sesak atau perut mual pas lagi stres berat? Ternyata, emosi yang gak stabil gak cuma bikin kamu capek secara mental, tapi juga bisa memicu gangguan kesehatan fisik yang serius. Emosi dan tubuh itu terhubung lebih erat dari yang kamu kira.

Nah, ini dia 5 penyakit yang bisa muncul gara-gara kondisi emosional yang gak stabil dan gimana cara kamu bisa menghadapinya biar gak berlarut-larut. Yuk simak selengkapnya!

1. Penyakit jantung dan tekanan darah tinggi

ilustrasi penyakit jantung (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi penyakit jantung (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saat sering merasa marah, cemas, atau stres terus-menerus, jantung kamu bisa ikut-ikutan kerja keras. Hormon stres kayak kortisol dan adrenalin bikin jantung berdetak lebih cepat dan pembuluh darah menyempit. Kalau terus begini, tekanan darah jadi naik dan pembuluh darah bisa rusak. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memicu hipertensi atau bahkan serangan jantung, meski kamu merasa cuma stres saja.

Efeknya bukan main-main. Tekanan darah yang terus tinggi bisa melukai dinding pembuluh darah. Jantung juga harus kerja lebih keras untuk memompa darah. Dan ketika kondisi ini terjadi terus-menerus, risiko serangan jantung jadi meningkat, bahkan di usia muda.

Cara menghindarinya sebenarnya sederhana tapi butuh konsistensi. Luangkan waktu tiap hari buat relaksasi, entah itu lewat meditasi, tarik napas dalam, atau stretching ringan. Jangan remehkan juga manajemen emosi, khususnya soal mengontrol amarah. Kalau kamu bisa lebih tenang dan gak gampang terpancing, tubuh pun bisa lebih stabil.

2. Imunitas tubuh menurun

ilustrasi sakit (unsplash.com/Alexander Grey)
ilustrasi sakit (unsplash.com/Alexander Grey)

Ketika emosi lagi gak stabil, tubuhmu jadi lebih rentan terhadap penyakit. Sistem kekebalan tubuh bisa jadi melemah karena stres kronis. Hormon stres yang terus diproduksi mengganggu kinerja sel-sel imun, termasuk T-cell dan natural killer cell yang biasanya bertugas melawan virus dan bakteri. Akibatnya, kamu jadi lebih gampang terserang flu, infeksi, atau bahkan lambat pulih dari sakit.

Selain itu, peradangan dalam tubuh juga bisa meningkat. Ini bikin tubuh gampang lelah, kulit jadi sensitif, dan luka lebih lama sembuh. Kalau kondisi ini dibiarkan, bisa memicu penyakit autoimun atau infeksi yang lebih serius.

Biar sistem imun tetap kuat, penting banget punya jaringan pertemanan atau keluarga yang bisa jadi support system. Dukungan emosional bisa bantu kamu lebih tenang dan stabil. Pastikan juga tidur cukup setiap malam, karena tidur punya peran besar buat regenerasi sel imun. Jadi, jangan anggap sepele soal istirahat dan hubungan sosial.

3. Gangguan pencernaan

ilustrasi gangguan pencernaan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi gangguan pencernaan (pexels.com/cottonbro studio)

Kondisi emosional yang naik-turun bisa langsung berpengaruh ke perut kamu. Banyak orang ngerasa mual, mulas, atau kembung saat stres. Ini karena otak dan usus terhubung lewat saraf yang disebut 'gut-brain axis'. Jadi, saat pikiran gak tenang, sistem pencernaan ikut terganggu.

Beberapa gangguan yang umum muncul antara lain sindrom iritasi usus besar (IBS), refluks asam lambung, sampai maag. Stres bisa memperlambat proses pencernaan, memperparah asam lambung, dan bikin usus jadi lebih sensitif. Akibatnya, perut sering terasa gak nyaman, meskipun gak ada masalah medis yang jelas.

Untuk mencegahnya, cobalah makan dengan tenang dan jangan terburu-buru. Hindari juga melewatkan waktu makan hanya karena sedang stres atau sibuk. Setelah makan, bisa coba jalan kaki sebentar atau dengerin musik yang bikin rileks supaya tubuh lebih tenang dan pencernaan berjalan lancar.

4. Nyeri kronis dan sakit kepala

ilustrasi nyeri (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi nyeri (pexels.com/Kaboompics.com)

Saat kamu merasa tertekan atau cemas, otot-otot tubuh sering kali otomatis menegang, terutama di area leher, bahu, dan rahang. Kondisi ini bisa memicu sakit kepala tipe tegang (tension headache) dan nyeri otot kronis. Bahkan, penyakit seperti fibromyalgia juga sering kambuh saat kamu sedang emosional.

Tubuh kamu sebenarnya sedang dalam mode 'siaga penuh' saat stres. Hormon stres bikin otot seakan selalu siap menghadapi ancaman. Tapi kalau ini terjadi terus-menerus, otot jadi tegang terus dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri yang menetap. Selain itu, pola napas yang tidak teratur juga bisa memperparah ketegangan otot dan rasa nyeri.

Solusi yang bisa dicoba adalah latihan relaksasi otot progresif atau yoga ringan. Ambil waktu beberapa menit setiap hari buat stretching atau sekadar tarik napas dalam dan buang perlahan. Ini bisa membantu otot lebih rileks dan rasa nyeri jadi berkurang secara alami.

5. Gejala fisik dan stres emosional (efek psikosomatis)

ilustrasi nyeri perut (pexels.com/Sora Shimazaki)
ilustrasi nyeri perut (pexels.com/Sora Shimazaki)

Kadang-kadang, perasaan gak stabil bisa muncul dalam bentuk gejala fisik meskipun gak ada penyakit nyata. Ini yang dikenal sebagai efek psikosomatis. Gejalanya bisa berupa sakit kepala, nyeri perut, kelelahan, atau nyeri otot yang gak jelas penyebabnya. Tapi, meski gak terdeteksi secara medis, rasa sakit itu tetap nyata dan bikin aktivitas terganggu.

Biasanya, gejala ini muncul saat seseorang mengalami stres berlarut-larut, trauma, atau emosi yang sulit dikendalikan. Bahkan, beberapa kondisi seperti borderline personality disorder (BPD) punya kaitan kuat dengan gejala fisik yang dipicu emosi.

Yang paling penting adalah jangan langsung mengabaikan gejalanya. Konsultasikan dengan dokter untuk memastikan kondisi fisik kamu. Setelah itu, jangan ragu buat cari bantuan profesional, seperti psikolog atau terapis, untuk mengelola emosi. Latihan journaling, meditasi, atau terapi bicara bisa bantu kamu lebih sadar akan perasaan dan mengelolanya dengan sehat.

Tubuh kamu itu cerminan dari apa yang kamu rasakan. Emosi yang gak stabil ternyata bisa berdampak besar ke kesehatan fisik. Mulai dari jantung, imunitas, pencernaan, sampai ke rasa nyeri kronis, semua bisa terpengaruh. Tapi kabar baiknya, kamu bisa mulai dari hal kecil untuk menjaga keseimbangan emosi, seperti olahraga ringan, istirahat cukup, ngobrol dengan orang terpercaya, dan rajin refleksi diri. Jangan tunggu sampai sakit baru bertindak. Yuk, jaga emosi dan kesehatan bareng-bareng!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us