Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi nyeri perut (pexels.com/Sora Shimazaki)
ilustrasi nyeri perut (pexels.com/Sora Shimazaki)

Intinya sih...

  • Asam urat: Nyeri sendi karena kristal yang menumpukWaktu kadar asam urat terlalu tinggi, kristalnya bisa numpuk di sendi, paling sering di jempol kaki, dan bikin peradangan parah. Pengobatan gabungan antara obat redakan nyeri dan obat jangka panjang untuk turunkan kadar asam urat penting.

  • Batu ginjal: Rasa sakit ekstrem karena kristal di saluran kemihAsam urat tinggi juga bisa bikin kristal terbentuk di ginjal, dan ini bisa berubah jadi batu ginjal. Penting banget minum cukup air tiap hari, hindari makanan pemicu, dan konsumsi obat yang bisa bantu tubuh buang asam urat lebih efisien.

Asam urat tinggi gak cuma soal nyeri sendi saja. Ternyata, ada banyak kondisi kesehatan lain yang punya kaitan kuat sama tingginya kadar asam urat di tubuh. Nah, ini dia 5 penyakit yang sering datang barengan sama asam urat, kenapa itu bisa terjadi, gimana dampaknya, dan tips cerdas buat mengatasinya. Yuk simak selengkapnya!

1. Asam urat: Nyeri sendi karena kristal yang menumpuk

ilustrasi nyeri (pexels.com/Dany Kurniawan)

Waktu kadar asam urat terlalu tinggi, kristalnya bisa numpuk di sendi, paling sering di jempol kaki, dan bikin peradangan parah. Hasilnya? Nyeri yang tajam, sendi bengkak, dan merah banget. Kondisi ini dikenal sebagai penyakit asam urat atau gout. Ini salah satu efek paling jelas dari asam urat tinggi. Kalau gak ditangani dengan serius, serangannya bisa makin sering dan bikin sendi rusak permanen, bahkan muncul benjolan keras yang disebut tophi.

Kalau sudah kronis, penyakit ini bisa mengganggu aktivitas harian, bikin susah jalan, dan turunkan kualitas hidup. Penderita asam urat juga lebih rentan kena penyakit ginjal dan jantung. Pengobatannya biasanya gabungan antara obat buat redakan nyeri waktu serangan datang dan obat jangka panjang buat turunin kadar asam urat, kayak allopurinol atau febuxostat. Pola makan juga penting. Hindari makanan tinggi purin kayak daging merah, seafood, dan alkohol. Jangan lupa minum air yang cukup dan jaga berat badan biar gak gampang kambuh.

2. Batu ginjal: Rasa sakit ekstrem karena kristal di saluran kemih

ilustrasi sakit (unsplash.com/National Cancer Institute)

Asam urat tinggi juga bisa bikin kristal terbentuk di ginjal, dan ini bisa berubah jadi batu ginjal. Rasanya? Katanya sih kayak sakit melahirkan, nyerinya tajam banget dan bisa bikin mual sampai susah buang air kecil. Batu ginjal karena asam urat biasanya muncul saat urin terlalu asam atau tubuh kurang cairan.

Kalau sering kambuh, batu ginjal ini bisa rusak ginjal pelan-pelan dan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Makanya penting banget minum cukup air tiap hari, hindari makanan pemicu, dan kalau perlu konsumsi obat yang bisa bantu tubuh buang asam urat lebih efisien atau membuat urin jadi lebih basa. Mencegah lebih baik daripada menunggu batu ginjal bikin masalah serius.

3. Penyakit ginjal kronis: Fungsi ginjal yang terus menurun

ilustrasi ginjal (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Asam urat tinggi sering banget ditemukan pada orang yang punya masalah ginjal, dan sebaliknya, penyakit ginjal bisa bikin kadar asam urat makin naik. Jadi, dua kondisi ini sering jalan barengan. Menurunkan kadar asam urat bisa memperlambat kerusakan ginjal dan bantu kontrol tekanan darah lebih baik.

Meski belum ada bukti super kuat soal apakah pengobatan asam urat bisa langsung menyelamatkan ginjal dalam jangka panjang, banyak dokter tetap merekomendasikan untuk memantau kadar asam urat secara rutin, apalagi buat yang sudah punya risiko penyakit ginjal. Selain obat, pola hidup sehat seperti diet seimbang, cukup minum, dan kontrol gula serta tekanan darah juga sangat membantu menjaga fungsi ginjal tetap stabil.

4. Tekanan darah tinggi dan penyakit jantung: Efek ke pembuluh darah

ilustrasi hipertensi (pexels.com/Thirdman)

Penelitian menemukan bahwa orang dengan asam urat tinggi punya kemungkinan lebih besar mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung, sampai gangguan irama jantung kayak atrial fibrilasi. Kenapa bisa begitu? Asam urat bisa merusak lapisan pembuluh darah, menyebabkan peradangan, dan mengganggu pelebaran pembuluh. Ini bikin aliran darah gak lancar, tekanan darah naik, dan jantung kerja ekstra.

Orang dengan kadar asam urat tinggi punya risiko lebih besar terkena serangan jantung atau gagal jantung. Tapi, sayangnya, belum semua studi membuktikan kalau obat penurun asam urat bisa langsung menurunkan risiko serangan jantung. Meski begitu, tetap penting buat jaga kadar asam urat tetap normal biar jantung gak kerja keras terus-terusan dan pembuluh darah tetap sehat.

5. Sindrom metabolik dan diabetes tipe 2

ilustrasi diabetes (pexels.com/AS Photography)

Asam urat tinggi sering muncul barengan dengan obesitas, kolesterol tinggi, dan resistensi insulin, gabungan yang biasa dikenal sebagai sindrom metabolik. Setiap kenaikan 1 mg/dL pada kadar asam urat bisa ningkatin risiko sindrom metabolik sekitar 5–9 persen. Asam urat juga dipercaya bisa ganggu kerja insulin, bikin gula darah susah dikontrol, dan akhirnya bikin risiko diabetes makin besar.

Makanya, penting banget buat cek kadar gula, kolesterol, berat badan, dan asam urat secara berkala. Gaya hidup aktif, makan sehat, kurangi makanan dan minuman tinggi gula, serta cukup minum air bisa bantu tubuh mengatur metabolisme lebih stabil dan nurunin kadar asam urat secara alami.

Penyakit yang berkaitan dengan asam urat tinggi ternyata gak cuma soal sendi nyeri saja. Semua penyakit yang disebutkan di atas punya benang merah dengan kadar asam urat yang gak terkontrol. Kalau kamu ingin terhindar dari risiko jangka panjang, penting banget buat rutin cek kadar asam urat, ubah gaya hidup, dan ikuti anjuran dokter. Lebih baik jaga dari sekarang daripada menyesal nanti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team