Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengobrol (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Intinya sih...

  • Menyimpan masalah tidak berarti mengorbankan kesehatan mental
  • Cari "ruang aman" untuk melampiaskan emosi negatif, seperti catatan harian atau olahraga
  • Berbagi masalah dengan bijak kepada orang terpercaya, hindari media sosial dan fokus pada aspek positif hidup

Dalam hiruk pikuk kehidupan, sering kali kamu dihadapkan pada tantangan dan kesulitan yang terasa berat untuk dipikul sendiri. Dorongan untuk menyembunyikan masalah dari dunia luar bisa jadi sangat kuat, entah karena malu, takut dihakimi, atau sekadar ingin menjaga privasi. Di sisi lain, memendam semua beban hidup seorang diri rasanya cukup sulit dan menyakitkan.

Namun, menyembunyikan masalah tidak berarti harus mengorbankan kesehatan mental dan emosional, lho. Ada cara-cara bijak untuk menjaga "topeng" kamu tetap terpasang tanpa harus memendam luka sendirian. Mau tahu gimana caranya? Simak ulasan di bawah ini sampai tuntas ya, guys!

1. Temukan ruang aman untuk melampiaskan bebanmu

ilustrasi menulis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menyimpan semuanya rapat-rapat di dalam diri, bagaikan bom waktu yang siap meledak. Alih-alih membiarkan emosi negatif menumpuk, carilah "ruang aman" untuk melampiaskannya. Ruang aman ini bisa berupa catatan harian di mana kamu dapat mencurahkan segala keluh kesah tanpa takut dihakimi.

Bisa juga berupa kegiatan fisik, seperti berolahraga atau melakukan hobi untuk melepaskan stres dan emosi yang terpendam. Intinya, temukan cara sehat yang bersifat pribadi untuk mengeluarkan uneg-uneg tanpa harus membaginya dengan semua orang.

2. Batasi informasi yang dibagikan, jangan sebar di medsos!

ilustrasi curhat (pexels.com/Christina Morillo)

Kamu tidak berkewajiban untuk menceritakan setiap detail masalah hidupmu kepada semua orang. Pilihlah dengan bijak kepada siapa kamu akan berbagi. Mungkin hanya satu atau dua orang terpercaya, seperti sahabat dekat, anggota keluarga, atau bila diperlukan kamu bisa datangi konselor profesional.

Meski sekarang hidup di era digital, namun sebaiknya jangan mengumbar masalahmu di media sosial. Meski mungkin sesaat dapat membuatmu merasa lega, namun akan ada beberapa efek negatif yang bisa kamu dapatkan nantinya.

3. Fokus pada hal-hal positif dan kontrol diri

ilustrasi introspeksi diri (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Meskipun sedang menghadapi masalah, usahakan untuk tetap fokus pada aspek-aspek positif dalam hidup. Ingatlah pencapaian, orang-orang yang kamu cintai, dan hal-hal yang membuat kamu bahagia. Selain itu, latih kemampuan untuk mengontrol reaksi dan ekspresi kamu di depan umum.

Bukan berarti kamu harus berpura-pura bahagia, tetapi lebih kepada menjaga ketenangan dan menghindari luapan emosi yang tidak perlu di tempat dan waktu yang tidak tepat. Ini membantumu menjaga citra diri yang stabil tanpa harus menyangkal perasaan di dalam hati.

4. Alihkan perhatian dengan aktivitas yang disukai

ilustrasi liburan (pexels.com/Te lensFix)

Ketika pikiran terus berkutat pada masalah, penting untuk mengalihkan perhatian dengan melakukan aktivitas yang kamu sukai. Hobi, minat, atau bahkan sekadar menonton film favorit dapat menjadi pelarian sementara yang sehat. Atau mungkin kamu juga bisa berlibur ke suatu tempat yang belum pernah kamu kunjungi untuk merasakan suasana baru.

Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya memberikan kesenangan tetapi juga dapat membantu meredakan stres dan kecemasan. Dengan memberikan diri sendiri jeda dari masalah, kamu dapat kembali menghadapinya dengan pikiran yang lebih segar dan jernih.

5. Tetaplah bersikap tenang dan jauhi lingkungan toksik

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Jopwell)

Sikap tenang sangat diperlukan untuk mencerminkan pribadi yang bijak dan tangguh. Begitu pula dengan kamu yang ingin menyembunyikan beban diri, jagalah sikap tenang dalam setiap situasi. Ketika kamu bersikap tenang, orang lain tidak akan berpikir bahwa kamu sebenarnya sedang memiliki masalah.

Juga hindari lingkungan sosial yang toksik. Sekuat apapun kamu coba bertahan untuk menutupi masalah hidup, jika kamu dikelilingi oleh orang-orang toksik maka hanya akan membuat kondisimu semakin buruk. Jauhi orang-orang seperti mereka dan temukan orang-orang yang mendukung.

6. Jangan ragu mencari bantuan profesional secara diam-diam

ilustrasi konseling (pexels.com/SHVETS production)

Menyembunyikan masalah dari orang lain tidak berarti kamu harus menanggungnya sendirian tanpa bantuan profesional. Terapis atau konselor dapat menjadi pendengar yang objektif dan memberikan panduan serta strategi untuk mengatasi masalahmu tanpa perlu kamu harus membuka diri kepada lingkaran sosial.

Guys, menyembunyikan masalah hidup adalah pilihan pribadi, dan tidak ada yang salah dengan itu selama tidak mengorbankan kesehatan mental dan emosional kamu sendiri. Tips-tips di atas cukup efektif untuk membantumu tetap terlihat tegar di depan orang lain, tanpa harus mengorbankan perasaan diri sendiri. Namun jangan lupa, kamu gak harus selalu terlihat kuat di depan semua orang, tetapi kamu harus selalu kuat untuk diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team