Haris Yulianto, Sineas Muda Semarang, Berlayar Saat Pandemik hingga Berlabuh di Jerman

Sineas lokal Semarang terus berkarya di masa pandemik

Semarang, IDN Times - Pandemik COVID-19 tak menyurutkan semangat dan kreativitas anak-anak muda yang menggeluti bidang perfilman di Kota Semarang. Para sineas lokal dari generasi millennial ini rela berpeluh memproduksi film dan mengenalkan karya mereka hingga ke luar negeri. 

1. Haris Yuliyanto jatuh cinta pada film sejak di bangku SMK

Haris Yulianto, Sineas Muda Semarang, Berlayar Saat Pandemik hingga Berlabuh di JermanSineas muda Semarang, Haris Yuliyanto. (dokumentasi pribadi/Haris Yuliyanto)

Salah satunya Haris Yuliyanto, pria berusia 25 tahun itu sudah belajar memproduksi film sejak duduk di bangku SMK. Alumni SMK 4 Semarang tidak pernah membayangkan akan terjun di industri perfilman ketika mengenyam pendidikan di Jurusan Multimedia. Dari situ ia mulai sering ikut kakak kelasnya membuat film hingga akhirnya jatuh cinta pada dunia perfilman.

Bersama kawan saat duduk di SMK, ia merilis film pendek pertama berjudul ‘Sang Patriot Cilik’ pada tahun 2015. Film tersebut berhasil diputar di Festival Film Batavia. Kemudian, Haris juga memproduksi film Supit di tahun 2016. Namun, ia mengalami kendala yakni kekurangan tim produksi saat membuat film Supit sampai ia ingin menyerah dan mau mencari jalan lain.

Kendati demikian, kepergian sang Ayah di tahun yang sama menjadi tonggak Haris bangkit dan ingin kembali membuat film, khususnya film tentang mendiang orang tuanya itu. Hingga lahirlah film Berlabuh pada tahun 2020 di saat pandemik COVID-19.

2. Publikasikan karya lewat festival film internasional

Haris Yulianto, Sineas Muda Semarang, Berlayar Saat Pandemik hingga Berlabuh di JermanPoster film Berlabuh karya sineas muda Semarang, Haris Yuliyanto. (dokumentasi pribadi/Haris Yuliyanto)

Untuk mempublikasikan dan mendistribusikan film yang digarap selama dua tahun itu, Haris bersama tim mendaftarkan ‘Berlabuh’ melalui festival-festival film yang sifatnya gratis. Adapun, di antara melalui Jogja NETPAC Asian Film Festival pada 2020, International Short Film Festival Oberhausen di Jerman pada 2021, Festival Film Bahari 2021, dan Mindanao Film Festival di Filipina pada 2021.

‘’Cara itu saya lakukan agar film ‘Berlabuh’ semakin dikenal. Ini juga bagian dari usaha mandiri kami agar industri perfilman di Semarang semakin dilirik. Sebab, kesadaran masyarakat memang perlu waktu untuk dibentuk, maka saya mencari eksposur dulu ke festival luar negeri baru di Indonesia,’’ jelasnya saat dihubungi IDN Times, Sabtu (26/3/2022).

Selain ‘Berlabuh’, Haris juga memproduksi film ‘The Secret Club of Sinners’. Film pendek itu mendapat pendanaan dari KPK dan berhasil unjuk gigi dalam Gandhara Independent Film Festival di Pakistan pada 2021 dan masuk dalam Nominasi Film Pendek Terbaik Festival Film Indonesia pada 2021.

Baca Juga: Bertahan dari Pagebluk, Sineas Kendal Berulang Kali Digropyok Aparat

3. Buat film Semarang makin dilirik di kancah nasional dan internasional

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Haris Yulianto, Sineas Muda Semarang, Berlayar Saat Pandemik hingga Berlabuh di JermanCuplikan film Memories of The Sea karya sineas muda Semarang, Haris Yuliyanto. (dokumentasi pribadi/Haris Yuliyanto)

Satu lagi, film pendek karya Haris Yuliyanto adalah ‘Memories of The Sea’ yang ia rilis bulan November 2021 dan diputar di Jogja NETPAC Asian Film Festival pada 2021. Film tersebut berhasil menggugah sineas-sineas, khususnya di Semarang. Dari sinema itu perfilman di Semarang mulai dilirik. Kota Semarang semakin dikenal tidak hanya sebagai lokasi syuting tapi juga dalam produksi film.

‘’Secara eksposur, bisa turut dalam festival film nasional dan internasional ini adalah sebuah keistimewaan. Bahkan, saat film ‘Berlabuh’ masuk di festival film tertua di dunia yaitu International Short Film Festival Oberhausen (ISFFO) di Jerman. Tentu ini sesuatu yang berharga bagi kami karena terakhir film Indonesia masuk ke sana itu sudah 15 tahun lalu,’’ jelas laboran di Program Studi Film dan Televisi Udinus itu.

Kesempatan emas itu bermanfaat lain bagi para sineas lokal Semarang untuk bisa membuka dan memperluas jejaring dengan sesama pelaku perfilman di kancah nasional dan internasional. Dari sana mereka mendapat kesempatan mengikuti festival-festival film lainnya di lingkup nasional atau internasional.

4. Pemerintah dukung pendanaan produksi film

Haris Yulianto, Sineas Muda Semarang, Berlayar Saat Pandemik hingga Berlabuh di JermanPoster film The Secret Club of Sinners karya sineas muda Semarang, Haris Yuliyanto. (dokumentasi pribadi/Haris Yuliyanto)

Sementara itu, menurut Haris, pandemik justru menggugah sineas di Semarang memproduksi film-film baru. Seperti di tahun 2021 melalui dukungan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, empat sineas lokal mendapat pendanaan untuk membuat omnibus–film-film pendek kemudian digabung menjadi satu film panjang–, ternyata karya itu mendapat sambutan cukup baik.

"Film omnibus berjudul ‘Resah’ yang mengangkat cerita tentang destinasi, nilai, dan budaya Kota Semarang ini diterima dengan baik oleh masyarakat di tengah pandemik. Masih di masa pandemik, mulai muncul omnibus-omnibus baru di Kota Semarang seperti dari Sidamar komunitas sineas yang para anggotanya anak-anak SMA. Kemudian, juga dirilis beberapa film dari teman-teman di perguruan tinggi seperti dari Jurusan Film Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) juga turut memperluas menyemarakkan industri film di Semarang,’’ jelas alumni Prodi Ilmu Komunikasi Udinus Semarang itu.

Perkembangan industri perfilman di Semarang saat pandemik justru cukup pesat. Bahkan, pada tahun 2022 ini Disbudpar Kota Semarang mempunyai program Semarang Gawe Film. Program itu berupa sayembara bagi pelaku perfilman untuk membuat karya kreasi sinema. Bagi karya terbaik, pemerintah akan memberikan dukungan berupa pendanaan, workshop dan mentoring.

5. Sineas lokal butuh ruang untuk memasarkan karyanya

Haris Yulianto, Sineas Muda Semarang, Berlayar Saat Pandemik hingga Berlabuh di JermanCuplikan film Memories of The Sea karya sineas muda Semarang, Haris Yuliyanto. (dokumentasi pribadi/Haris Yuliyanto)

‘’Nanti sineas yang kirim karya akan diseleksi, jika masuk akan menerima workshop dan mentoring. Program tersebut memantik semangat sineas baru dan menambah khasanah perfilman dari Semarang,’’ tutur lelaki asli Semarang itu.

Kendati demikian, tantangan juga harus dihadapi oleh para pelaku industri perfilman ini. Dari sisi produksi, mereka harus meyakinkan warga yang diajak syuting saat pandemik sesuai dengan protokol kesehatan. Sedangkan dari sisi pemasaran, ruang untuk pemutaran film di Semarang terbilang cukup banyak, tapi ruang apresiasi dari masyarakat saat kondisi pandemik cukup sulit karena ada pembatasan kegiatan masyarakat seperti PPKM dan lainnya.

‘’Ke depan kami berharap khususnya kepada pemerintah, untuk membentuk ekosistem film di Kota Semarang ini tidak hanya sekadar dukungan pendanaan produksi, tetapi juga perlu memikirkan soal pemasaran dan pendistribusian produk industri kreatif ini. Hingga kini teman-teman masih kebingungan dalam mendistribusikan film produk kami ini bagaimana,’’ tandasnya.

Baca Juga: Perempuan-Perempuan Tangguh dari Kampung Bandeng Tambakrejo Semarang 

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya