6 Tradisi Jelang Ramadan di Jateng, Dari Sakral hingga Pesta Rakyat

Masyarakat bersuka cita sambut bulan puasa

Ramadan menjadi bulan yang dirindukan oleh umat muslim di dunia. Sebab, pada bulan suci ini umat muslim akan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. 

Suka cita menyambut bulan Ramadan ini dapat dirasakan melalui berbagai tradisi yang digelar oleh masyarakat di daerah, termasuk Jawa Tengah. Ada sejumlah tradisi mulai acara yang bersifat sakral hingga pesta rakyat. Berikut enam tradisi jelang bulan Ramadan di Jawa Tengah yang biasa diselenggarakan masyarakat. Simak yuk?

1. Ruwahan

6 Tradisi Jelang Ramadan di Jateng, Dari Sakral hingga Pesta RakyatAcara Ruwahan di Puro Mangkunegaran sebelum bulan Ramadan. (Instagram/@puromangkunegaran)

Upacara adat Ruwahan kerap diselenggarakan di daerah Pulau Jawa, salah satunya oleh Puro Mangkunegaran. Setiap tahun keraton yang ada di Kota Surakarta itu rutin menggelar tradisi adat Jawa saat menjelang bulan Ramadan. Dalam acara adat ini, dibacakan doa tahlil untuk arwah para leluhur Mangkunegaran.

Pada Kamis (17/3/2022) lalu, upacara adat Ruwahan dipimpin oleh KGPAA Mangkunagoro X di Pendopo Ageng Puro Mangkunegaran. Acara yang dihadiri oleh abdi dalem dan kerabat dalem itu dilakukan secara sakral dengan membaca doa tahlil, setelah itu dilanjutkan dengan penyerahan bunga secara simbolis kepada para abdi dalem Wadhono Satrio yang diutus untuk ziarah ke makam leluhur Mangkunegaran. Ziarah dilakukan ke beberapa makam pendiri Praja Mangkunegaran, makam raja-raja Mataram Islam, dan makam kerabat Punggowo Baku.

2. Dugderan

6 Tradisi Jelang Ramadan di Jateng, Dari Sakral hingga Pesta RakyatProsesi Dugderan digelar sederhana saat pandemik COVID-19. (dok. Pemkot Semarang)

Dugderan merupakan tradisi tahunan sebelum Ramadan di Kota Semarang. Tradisi ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1881 pada masa Bupati KRMT Purboningrat. Pada masa itu perayaan dugderan dipusatkan di Masjid Agung Semarang atau sekarang dikenal Masjid Kauman di Kawasan Pasar Johar Semarang. 

Tradisi itu dimulai dari acara pasar rakyat sepekan sebelum Ramadan. Kemudian, disambung kegiatan arak-arakan ikon Kota Semarang Warak Ngendog tepat sehari menjelang Ramadan. Usai arak-arakan, Wali Kota Semarang akan melakukan ritual memukul bedug dan penyulutan meriam sebagai tanda masuk bulan Ramadan. Bedug yang mengeluarkan bunyi ‘dug’ dan meriam mengeluarkan bunyi ‘der’ secara berulang-ulang ini merupakan awal mula muncul istilah Dugderan. Adapun, makna dari tradisi Dugderan ini untuk memperkokoh keimanan saat memasuki bulan Ramadan.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Ji Kau Meh di Semarang, Menjamu Leluhur Saat Imlek  

3. Gebyuran Bustaman

6 Tradisi Jelang Ramadan di Jateng, Dari Sakral hingga Pesta Rakyatinstagram.com/ahdiatgalih

Tradisi lain menjelang bulan Ramadan di Kota Semarang adalah Gebyuran Bustaman. Kegiatan ini terus dilestarikan di Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah. Tradisi berawal dari kebiasaan tokoh masyarakat di sana, Kyai Bustam yang memandikan cucunya dengan air sumur sebelum Ramadan. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Tradisi gebyuran ini dimulai dengan pemukulan kentongan dan diumumkan melalui speaker mushola lalu dilanjutkan dengan perang air. Makna dari tradisi ini tidak hanya bermaksud membersihkan badan, tapi juga secara batin, yakni menjaga emosi menahan amarah dan memaafkan sebelum menjalankan ibadah di bulan Ramadan. Adapun, prosesi gebyuran diakhiri dengan menyantap nasi gudangan bersama.

4. Dandangan

6 Tradisi Jelang Ramadan di Jateng, Dari Sakral hingga Pesta RakyatAntara Foto

Tradisi Dandangan digelar di Kabupaten Kudus sebelum memasuki bulan Ramadan. Tradisi ini digelar di Masjid Menara Kudus yang tak jauh dari Makam Sunan Kudus. Cikal bakal tradisi ini dari kebiasaan para santri yang berkumpul di serambi masjid untuk menunggu pengumuman 1 Ramadan atau awal puasa dari Sunan Kudus. 

Pada saat itu banyak orang yang ingin mendengar pengumuman dimulainya ibadah puasa. Tidak hanya warga Kudus, tapi juga warga dari luar kota. Bersamaan acara itu banyak pedagang memanfaatkannya untuk berjualan. Tradisi itu masih ada hingga sekarang dan menjadi sebuah pesta rakyat berupa pasar malam dan kirab budaya.

5. Megengan

6 Tradisi Jelang Ramadan di Jateng, Dari Sakral hingga Pesta RakyatDinas Pariwisata Kabupaten Demak

Masyarakat Kabupaten Demak juga mempunyai tradisi untuk menyambut bulan Ramadan, yakni menggelar acara Megengan. Megengan dalam Bahasa Jawa bermakna menahan. 

Sebelum melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan, masyarakat Demak menyelenggarakan acara semacam pesta rakyat dan hiburan kesenian daerah. Adapun, acara budaya itu seperti barongan, lalu juga ada pasar tiban yang menjual berbagai kuliner khas Kabupaten Demak dengan harga yang terjangkau.

6. Baratan

6 Tradisi Jelang Ramadan di Jateng, Dari Sakral hingga Pesta RakyatTradisi Baratan di Kabupaten Jepara sebelum bulan Ramadan. (dok. TIC Jepara)

Kabupaten Jepara punya tradisi menjelang bulan Ramadan, yakni menggelar karnaval yang disebut Baratan pada 15 hari sebelum puasa. Baratan secara etimologis berasal dari bahasa Arab yang bermakna berkah atau keselamatan. 

Tradisi Baratan ini sangat erat dengan sosok Ratu Kalinyamat yang merupakan Bupati Jepara pertama. Dari tahun ke tahun penyelenggaraan tradisi ini dilaksanakan di Masjid Al Makmur, Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara. Prosesi Baratan dimulai dengan salat Maghrib berjamaah lalu dilanjutkan dengan doa-doa dan salat Isya berjamaah. Setelah prosesi itu selesai, acara disambung dengan kenduri hingga karnaval. Adapun, karnaval itu diramaikan oleh arak-arakan rombongan pasukan Kerajaan Kalinyamat dan Ratu Kalinyamat serta kesenian seperti barongan.

Wah, kaya juga ya tradisi menjelang bulan Ramadan di Jawa Tengah. Kira-kira, kamu pernah nonton yang mana, nih?

Baca Juga: Penghayat Sebut Sesajen Jadi Tradisi untuk Dekatkan Diri kepada Tuhan

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya