Siswa-siswa SMK Bagimu Negeriku di Jalan Palir Raya No 66--68 Podorejo, Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. (dok. SMK Bagimu Negeriku)
‘’Saya lahir normal bisa melihat dan tiba-tiba tidak bisa melihat itu suatu pukulan bagi saya. Pada kondisi itu malah ada yang bilang ke saya, kalau jadi kamu mending mati saja, orang hidup kok nggak bisa melihat apa-apa. Namun, berhubungan, berkomunikasi, berdoa dengan Tuhan yang saya lakukan sehari-hari justru membuat saya kuat menghadapi masalah. Seperti ketika divonis dokter saya tidak bisa melihat lagi untuk selamanya karena semuanya rusak, kalau saya manusia pasti takut dan sedih. Namun, karena saya punya kepercayaan dengan Tuhan itu menjadi kekuatan menghadapi kebutaan yang sudah berjalan 30 tahun,’’ ungkapnya.
Hingga sekarang niat Elis melakukan kebaikan tidak pernah berhenti. Sejak suaminya meninggal pada tahun 2014, ada sembilan anak asuh yang tinggal di rumahnya. Mereka menjadi pelipur lara saat Elis menghadapi kesulitan, ia mencintai meski bukan buah hatinya sendiri.
Anak anak angkat Elis itu berasal dari berbagai suku dan wilayah di Indonesia. Ada yang dari keluarga kurang mampu hingga korban perceraian. Sehingga, hidup tanpa penglihatan bukan penghalang baginya untuk berguna bagi masyarakat luas.
‘’Waktu merupakan kesempatan selama hidup yang harus gunakan sebaik-baiknya dan berguna untuk orang lain. Dan saya percaya kalau hidup bisa berdampak dan berguna bagi banyak orang, buat orang bahagia pasti hati kita juga bahagia,’’ tandasnya.