Asal-usul Sejarah Hari Dokter Nasional  Diperingati Tiap 24 Oktober

Perlawanan dokter pribumi kepada kaum penjajah

Tepat pada hari ini tanggal 24 Oktober diperingati sebagai hari dokter nasional. Peringatan Hari Dokter Nasional tahun 2020 ini terasa spesial karena diperingati di tengah pandemik COVID-19. Dimana para tenaga kesehatan ini berperan sangat penting berada di garis depan penanggulangan wabah.

Pada peringatan Hari Dokter Nasional ke 70 yuk kita telisik sejarah diperingatinya Hari Dokter Nasional dan sumbangsih

Baca Juga: Indonesia Sudah Kehilangan 136 Dokter karena COVID-19

1. Hari Dokter Nasional merupakan peringatan berdirinya IDI

Asal-usul Sejarah Hari Dokter Nasional  Diperingati Tiap 24 OktoberLogo Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dok. Istimewa

Asal-usul Hari Dokter Nasional sebenarnya telah ada jauh sebelum diresmikan yakni pada 24 Oktober. Hari Dokter Nasional identik dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) karena merupakan tanggal lahirnya IDI yakni 24 Oktober 1950.

Sejarah cikal bakal berdirinya IDI yakni pada tahun 1911 berdirilah perkumpulan dokter di nusantara yang bernama Vereniging van Indische.

15 tahun kemudian, perkumpulan tersebut berubah nama menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VIG) kata Indische diubah menjadi Indonesische. Hal ini dilatarbelakangi oleh timbulnya rasa nasionalisme dan juga dipicu kemarahan para dokter pribumi yang dianggap sebagai dokter kelas dua.

2. Perjuangkan derajat dokter pribumi sejajar dengan dokter Belanda

Asal-usul Sejarah Hari Dokter Nasional  Diperingati Tiap 24 Oktoberpexels.com/Gustavo Fring

Dikutip dari berbagai sumber pada tahun 1940, VIG mengadakan kongres di Solo, Jawa Tengah. Dari sinilah cikal bakal IDI sebagai organisasi profesi para dokter di Indonesia dan Hari Dokter Nasional. Pada kongres tersebut juga terkumpu 3000 istilah baru di bidang kesehatan.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Hasil kongres lainnya yakni usaha VIG dalam hal peningkatan gaji dokter pribumi agar mempunyai derajat yang sama dengan dokter Belanda, para dokter pribumi Indonesia ini juga menuntut pemberian kesempatan dan pendidikan bagi yang sama bagi dokter Melayu menjadi asisten dengan prioritas pertama.

Namun sejarah kembali berubah setelah Belanda angkat kaki dari bumi Nusantara, pada masa pendudukan Jepang organisasi dokter pun kembali mengalami perubahan. Tepatnya tahun 1943 VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai. 

3. Dokter Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama

Asal-usul Sejarah Hari Dokter Nasional  Diperingati Tiap 24 Oktobermancode.id

Sejarah berdiri IDI yang diperingati sebagai Hari Dokter Nasional yakni pada 30 juli 1950, Persatuan Thabib Indonesia yang diketuai Dr. Abdoelrasjid dan Perkumpulan Dokter Indonesia menyelenggarakan rapat yang kemudian membentuk panitia penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI), yang diketuai Dr. Bahder Djohan.

Dan kegiatan yang dinamakan Muktamar Dokter Warga Negara Indonesia ini dilangsungkan di gedung pertemuan Kotapraja Jakarta pada 22 September hingga 25 September 1950. Muktamar ini bertujuan untuk mendirikan perkumpulan dokter warga negara Indonesia yang baru, dan merupakan wadah representasi para dokter Indonesia.

Muktamar tersebut diikuti sebanyak 181 dokter pribumi baik dari Jakarta maupun dari luar Jakarta. Dalam muktamar sebagai tonggak berdirinya IDI tersebut, Dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.

Lalu pada 24 Oktober 1950 Dr. Soeharto yang menjadi panitia Dewan Pimpinan Pusat IDI waktu itu, bersama Dr. Sarwono Prawirohardjo, Dr. R. Pringgadi, Dr. Puw Eng Liang, Dr. Tan Eng Tie, dan Dr. Hadrianus Sinaga menghadap notaris R. Kadiman untuk memperoleh dasar hukum berdirinya perkumpulan dokter dengan nama 'Ikatan Dokter Indonesia'.

Oleh karena itu, setiap tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Dokter Nasional atau hari ulang tahun IDI.

 

Itulah sejarah diperingatinya Hari Dokter Nasional yang identik dengan berdirinya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) salut untuk para dokter Indonesia, tanpa lelah mereka berjuang untuk kesehatan masyarakat, para dokter dan tenaga medis lainnya inilah pahlawan sebenarnya di masa Pandemik COVID-19.

Baca Juga: Dokter Paru Minta Kemenkes Umumkan Syarat-syarat Penerima Vaksin

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya