Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250921_083113.jpg
Viyatiningrum, Ketua Bank Sampah Mangga Srondol Banyumanik dibantu seorang anggota saat mengukur berat sampah non organik pada timbangan gantung. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Intinya sih...

  • Bank Sampah Mangga di Kelurahan Srondol Wetan membantu sekolah anak dan menabung emas

  • Ambar mendapat beasiswa pendidikan dari Pegadaian untuk anaknya, membantu kebutuhan sekolah

  • Bank Sampah Gedawang Asri berhasil mengumpulkan 6-8 ton sampah non organik setiap bulan, meraih juara terbaik bank sampah se-Kota Semarang tahun 2021

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Hari masih pagi saat sejumlah warga Kampung Mangga di Kelurahan Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik sibuk membersihkan lingkungannya. Di dekat bangunan joglo, banyak pria membersihkan selokan dan memotong rumput. 

Sedangkan hanya berjarak selemparan batu, para ibu tampak wara-wiri mengangkut sampah ke dalam gudang bank sampah untuk kemudian dipilah-pilah. Seperti yang dilakukan Ambar yang pagi itu telaten mencuci gelas dan botol plastik lalu dibersihkan sebelum ditimbang. 

Seperti layaknya para ibu pada umumnya, Bank Sampah Mangga di RT 05/RW II ini memang sejak lama jadi aktivitas sampingan bagi Ambar. 

Setidaknya dari hasil mengumpulkan sampah bersama para pengurus Bank Sampah Mangga, ia mendapat manfaat tambahan. 

"Tahun 2024 kemarin saya beruntung bisa dapat bantuan dari Pegadaian. Anak saya yang sekolah di SMP 26 diberi beasiswa pendidikan. Pengurus bank sampah di sini mengajukan nama saya bulan April, terus Juni serah terima beasiswanya. Pas bulan Juli terima (uang beasiswanya). Dapatnya satu kali sebanyak Rp1,5 juta," kata wanita bernama lengkap Dwi Ambarwati tersebut ketika berbincang dengan IDN Times, Minggu (21/9/2025). 

Ambar dapat berkah dari beasiswa pendidikan

Ambar, seorang warga Kampung Mangga RT 05/RW II Srondol Wetan Kecamatan Banyumanik menjadi salah satu penerima manfaat program beasiswa pendidikan dari PT Pegadaian tahun anggaran 2024. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Beasiswa pendidikan yang diterima anaknya bisa dikatakan sebuah anugerah di saat dirinya sedang kesulitan finansial. 

Ambar bilang ketika memperoleh uang beasiswa pendidikan dari Pegadaian, tak lama kemudian dibelanjakan untuk kebutuhan sekolah anaknya yang bernama Arkan Putra. 

"Saya belikan sepatu, tas, buku alat tulis. Terus pas kelulusan saya belikan sekalian seragam buat SMA'nya dia," akunya. 

Bangun subuh-subuh demi memilah sampah

Sejumlah anggota Bank Sampah Mangga Srondol Banyumanik sibuk memilah material sampah non organik untuk kemudian ditimbang sebelum dijual ke pengepul barang rosok Sumber Selamat di Kecamatan Semarang Utara. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Ambar bilang pemberian beasiswa pendidikan sangat bermanfaat untuk menunjang kelangsungan sekolah anak kesayangannya. 

Ambar merupakan cerminan seorang ibu yang tak lekang kasih sayangnya pada sang anak. "Uangnya memang bermanfaat untuk kebutuhan sekolah bagi anak saya. Sangat bermanfaat untuk membeli seragam, sepatu sampai buku. Tentu bisa bantu kebutuhan sekolah," katanya. 

Di samping bergelut dengan kesibukan rumah tangga, Ambar juga senantiasa giat beraktivitas bersama pengurus Bank Sampah Mangga. Kekompakan ibu-ibu RT 05/RW II memang dibutuhkan untuk menghidupi Bank Sampah Mangga. 

Hal tersebut juga diamini Viatiningrum, selaku Ketua Bank Sampah Mangga Srondol Wetan. Via, begitu ia akrab disapa menuturkan bank sampahnya yang terbentuk sedari 2022 silam memiliki 18 anggota. 

Dua minggu sekali ia rutin menjadwalkan bersama pengurusnya untuk memilah sampah, menimbang dan menjualnya ke pengepul barang rosok Sumber Nikmat di Semarang Utara. Dan saat ditemui IDN Times di gudang Bank Sampah Mangga, ia tampak sibuk memilah sampah kardus, besi besi bekas sampai tumpukan buku LKS. 

"Biasanya saya habis Subuh langsung ke gudang buat bersihin sampah. Kalau gak gitu gak selesai. Soalnya sampah yang ngumpul di sini banyak banget. Terutama kita juga ambil sampah dari RT 06 karena di sana gak ada lahannya," kata Via yang didampuk jadi bu RT 05 ini. 

Via bersama ibu-ibu bank sampah giat menjaring nasabah tabungan emas

Seorang anggota Bank Sampah Mangga melihat takaran timbangan yang digantungkan di gudang Bank Sampah Mangga. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Hasil menimbang sampah saban dua minggu sekali, umumnya diperoleh Bank Sampah Mangga rata-rata sebanyak 790-800 kilogram atau setara dengan nominal Rp2 juta. 

Sembari menekuni pemilahan sampah di gudang, sesekali ia juga rajin mengajak ibu-ibu bank sampah menyambangi rumah-rumah warga untuk sekedar menyosialisasikan manfaat menabung emas di aplikasi digital PT Pegadaian. 

"Bank Sampah Mangga ini tadinya kegiatan mandiri sama ibu-ibu kampung. Terus jadi binaannya Pegadaian tahun 2023 sampai sekarang," tuturnya. 

Melestarikan lingkungan sama saja menggugah kepedulian menjaga ibu Bumi

Seorang pria mendorong troli bermuatan tumpukan karung Sampah saat melewati gang kampung menuju gudang Bank Sampah Mangga Srondol Banyumanik Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Mengajak warga untuk menabung emas di aplikasi digital Pegadaian pun susah-susah gampang. Namun seperti ungkapan pepatah, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit, Via dan pengurus Bank Sampah Mangga lambat laun merasakan manfaat dari aktivitas menabung emas. 

Ada yang menabung emas Rp10 ribu, Rp15 ribu dan ada juga yang Rp100 ribu. Tercatat Bank Sampah Mangga kini turut andil mengumpulkan total 26 nasabah tabungan emas.

"Seperti saya itung-itung buat investasi jangka panjang, siapa tahu bermanfaat dikemudian hari, jadinya hasil jualan saya juga tabung di TE (tabungan emas) Pegadaian," kata Ambar ikut menimpali. 

Untuk meningkatkan kesadaran warga dengan menabung emas, Via rutin berkomunikasi dengan Pegadaian untuk menghitung gramasi emas yang telah ditabung selama ini. 

Sesekali Via juga meminta pihak Pegadaian menyosialisasikan manfaat tabungan emas terlebih lagi perusahaan BUMN itu sedang menggalang misi Mengemaskan Indonesia.

"Setiap bulan kami koordinasi sama Pegadaian untuk menghitung gramasi emasnya. Kalau di rata-rata sejak bermitra sama Pegadaian, kami sudah nabung belasan gram emas. Tentu ini manfaatnya untuk jangka panjang. Karena nilai gramasi emas selalu naik mengikuti perkembangan global," paparnya. 

Bagi Via, dirinya memegang teguh nilai-nilai hidup untuk menjaga kebersihan lingkungan sebagai bentuk kepeduliannya melestarikan ibu Bumi. Ia tak lelah menggugah kesadaran warga Kampung Mangga untuk nyengkuyung bank sampah demi merawat lingkungan. 

"Saya berterima kasih kepada ibu-ibu dan bapak bapak di sini yang ikut bantu bank sampah. Secara prinsip sejak dulu saya harus jaga kelestarian bumi-Nya Alloh," ujarnya. 

Bermitra dengan Pegadaian juga bisa bantu pendidikan anak

Aktivitas para nasabah yang mengantre untuk bertransaksi di Kantor Cabang Pegadaian Banyumanik Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Menurutnya manfaat bermitra dengan Pegadaian selain menabung emas, juga bisa membantu warga mendapatkan beasiswa pendidikan.

Bank Sampah Mangga sudah dua tahun terakhir memperoleh beasiswa pendidikan. Tahun 2024 beasiswa pendidikan diberikan kepada anak Dwi Ambarwati. Kemudian tahun ini beasiswa pendidikan pun diberikan kepada dua pengurus bank sampah. 

"Jadi kami juga dapat beasiswa pendidikan yang tahun kemarin buat anaknya Bu Ambar. Yang tahun ini ada dua anak yang dapet. Uangnya diberikan satu kali. Artinya memang ada manfaat yang bagus buat pengurus bank sampah," akunya. 

Meski demikian ia menaruh harapan kepada pihak Pegadaian untuk lebih aktif berkomunikasi dalam membantu menjaring anggota buat bank sampah. Pegadaian diharapkan perlu cepat tanggap alias gercep ketika bank sampah sebagai mitra binaan menemui kendala. 

Sanggup kumpulkan 6-8 ton sampah non organik saban bulan

Kegiatan penyortiran sampah non organik yang dikerjakan seorang pengurus Bank Sampah Gedawang Asri di Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sedangkan hanya berjarak setengah jam dari Kampung Mangga, Sri Sumiyati rupanya juga rajin mengumpulkan sampah di gudang Bank Sampah Gedawang Asri. 

IDN Times yang menyambangi Bank Sampah Gedawang Asri pertengahan Agustus kemarin melihat bu dosen yang satu ini dikenal ulet. Cakap bertutur kata. Juga gesit saat srawung ke rumah-rumah warga Gedawang. 

Semenjak mendirikan Bank Sampah Gedawang Asri tahun 2018 silam, jumlah anggotanya sudah mencapai 1.065 orang. Jumlah yang tergolong banyak mengingat Bank Sampah Gedawang Asri jadi tumpuan warga dari 10 RW. 

Tak ayal tonase sampah non organik yang ia kumpulkan pun bisa sebanyak 6-8 ton. "Sebulan dapat sampah 6-8 ton. Gudang kita sampai penuh sesak. Ya mau gimana warga kita juga banyak. Maka caranya kalau dapat sampah kardus botol kita jualnya ke ke pengepul skala besar. Biar bisa sekali angkut," ujar dosen prodi lingkungan, Fakultas Pertanian Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini. 

Ikhlas mengelola sektor sosial

Sebagian pengurus Bank Sampah Gedawang Asri bersama Sri Sumiyati (empat dari kiri) berpose dengan memakai pernak-pernik dari daur ulang sampah non organik. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Kegiatan yang dilakukan bu dosen ini paling tidak bisa jadi panutan. Meski punya pekerjaan seabrek sebagai dosen kampus negeri, ia sama sekali tidak jijik mengambil sampah-sampah di rumah warga. Selain itu tak rikuh ketika mengajak warga nyengkuyung bank sampah. 

Namun tantangan terberat ia hadapi ketika pandemik COVID-19 melanda Indonesia termasuk Semarang. Bank Sampah Gedawang Asri terpaksa vakum sejenak. Namun bukan berarti kolaps. Melainkan tiarap. Untuk kemudian kembali bangkit, menyala, menggiatkan pemilahan sampah sebagai rasa kepedulian kepada alam semesta. 

"Kalau nasabah tabungan emas di sini selalu berkembang dari 5 jadi 10 sampai 49 orang. Kami akhirnya bentuk pengurus dengan terbitnya SK tahun 2018 dengan tanda tangan dari pak lurah. Lalu kami diberi bantuan gedung dari DLH Semarang sebagai kantor sekretariat," ungkapnya. 

Bangkitnya Bank Sampah Gedawang Asri ditandai dengan meraih juara terbaik bank sampah se-Kota Semarang tahun 2021. Setelahnya ia jadi edukator bank sampah di sejumlah sekolah. Mulai Karangturi, Bhayangkari Dharma Wanita Setda sampai Polines. 

"Sesuai Permen KLHK Nomor 7, kami juga berusaha jaga alam semesta. Kalau niatnya ibadah maka kita bisa ikhlas mengelola sisi sosial kesadaran lingkungan dan nilai ekonomis. Dan sampai tahun ini kami jadi titik pantau penilaian Adipura," akunya. 

Tiga bank sampah binaan Pegadaian Banyumanik berpotensi tumbuh pesat

Kepala Cabang Pegadaian Banyumanik Sri Rejeki saat sedang melakukan pekerjaan di kantornya. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sri Rejeki, Pimpinan Cabang Pegadaian Banyumanik Semarang menyebutkan Bank Sampah Mangga dan Bank Sampah Gedawang Asri merupakan salah satu binaannya selama ini. Selain itu bank sampah binaannya ialah Bank Sampah Ngudi Lestari di Tinjomoyo. 

"Memang dari tiga bank sampah binaannya kami, Ngudi Lestari punya nilai aset yang paling banyak karena mereka cakupan wilayah kegiatannya satu kelurahan. Tetapi kalau dilihat Bank Sampah Mangga dan Bank Sampah Gedawang Asri punya potensi yang besar juga. Karena nasabahnya terus tumbuh berkembang. Di Mangga tempatnya Bu Via juga dapat beasiswa pendidikan sama juga seperti di Gedawang yang diketuai Bu Sri," paparnya. 

Menabung emas untuk langkah investasi jangka panjang

Para pengurus Bank Sampah Gedawang Asri di Kelurahan Gedawang sibuk menyortir Sampah non organik dari material buku-buku bekas di SD Gedawang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Secara terpisah, Deputi Operasional Kanwil XI Semarang, Ali Mustaat saat ditemui IDN Times belum lama ini menyampaikan, tak kurang 79 bank sampah yang kini telah bermitra dengan Kanwil Pegadaian XI Semarang. Mereka terdaftar dalam komunitas Forsepsi bentukan Pegadaian yang mencakup wilayah Jateng-DIY. 

Bank sampah mitra Pegadaian juga menyasar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. "Di BUMDes Mulur Sukoharjo juga bergabung dengan Forsepsi untuk menggalang warga agar menabung emas di aplikasi digital Pegadaian," tutur Ali. 

Menabung emas bisa dimulai dari nominal uang Rp20 ribu untuk mendapatkan 0,01 gram emas hingga nominal uang yang tak terhingga. Maka dari itu pihaknya berusaha menambah terus jumlah bank sampah untuk meningkatkan kesadaran kebersihan lingkungan sekaligus mengedukasi masyarakat untuk memulai investasi jangka panjang dengan sistem yang aman, nyaman dan fleksibel.

"Dengan menggiatkan layanan tabungan emas juga buat edukasi masyarakat untuk investasi keperluan jangka panjang. Sehingga bisa untuk biaya haji dan lainnya. Karena tabungan emas ini mudah dikonversikan jadi rupiah melalui transaksi digital," urainya. 

Editorial Team