Proses pemulihan kawasan hulu sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Babon sedang digiatkan oleh sejumlah elemen masyarakat. Warga dari dua desa, yaitu Desa Susukan dan Meluay Kabupaten Semarang, sekitar 2.001 jiwa mendapat manfaat langsung melalui pemanfaatan dan perawatan kawasan tanam.
Area tanam yang dikelola warga merupakan kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) milik pusat riset Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Salah satu warga Desa Susukan yang aktif merawat lokasi hutan tersebut ialah Muhammad Kamsani.
Saban hari ia menekuni aktivitas sebagai petani hutan Wanadipa. Ia tergerak menggarap sekitar 20 hektar lahan bersama kelompoknya karena penghijauan sangat vital. Apalagi tanah di Kaligawe cenderung labil.
“Saya petani KHDTK Undip, penghasilan sehari-hari nyekolahkan anak dan sebagainya dari hutan, buah-buahan seperti pisang itu hasil saya,” kata pria yang juga didampuk jadi Pak RW di Desa Susukan ini.
Geliat yang ditunjukkan Pak RW ini setidaknya patut diacungi jempol. Sebab sebenarnya tak gampang merawat sekaligus menjaga ekosistem hutan Wanadipa. Utamanya ketika cuaca ekstrem dengan hujan lebat yang kerap mengguyur wilayah Ungaran.
Namun apa yang dilakukan Pak RW tersebut bisa jadi suri tauladan. Hasil jerih payahnya juga bisa jadi sumber penghasilan utama.
PT Pertamina bahkan ikut nyengkuyung dengan membantu penanaman pohon-pohon batang keras macam alpukat, Nangka, kelengkeng dan mangga demi memperbaiki ekosistem di lokasi hutan Wanadipa.
Pertamina menginisiasi gerakan bernama hutan lestari untuk menegaskan langkah pelestarian lingkungan bersama Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
