10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani Millennial

Tak ingin mengecewakan orangtua

Semarang, IDN Times - Para millennial perlu mengenal sosok Pierre Tendean, yang merupakan salah satu pahlawan revolusi Indonesia. Pierre gugur dalam sebuah tragedi pada malam 30 September 1965 atau disebut peristiwa G30S PKI.

Sebuah utas mengenai persona Pierre dibagikan oleh Pemerhati Sejarah Indonesia, Giuseppe Mazzini. IDN Times telah mendapatkan izin secara khusus untuk mengutip informasi tersebut, Kamis (21/11). Berikut kisahnya.

Baca Juga: Kisah Heroik Pierre Tendean dalam Misi Intelijen ke Malaysia

1. Pierre adalah satu-satunya anak laki

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Pierre Andreas Tendean dilahirkan di Jakarta pada 21 Februari 1939. Ayahnya bernama Dr. A.L. Tendean yang berdarah Minahasa dan sang Ibu Cornet M.E berdarah Belanda Prancis.

Pierre merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu Mitze Farre (kakak perempuan) dan Rooswidiati (adik perempuan). Ia merupakan satu-satunya anak laki-laki di keluarga.

2. Banyak menghabiskan masa kecil di Magelang

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, keluarga Dr. A.L. Tendean pindah ke Magelang karena mendapatkan tugas sebagai wakil kepala rumah sakit. Pierre banyak menghabiskan masa kecil sampai menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar di Magelang.

Cita-cita Pierre menjadi seorang tentara sudah tumbuh sejak kecil. Sebab semasa kecil, Pierre kerap melihat pemuda pejuang kemerdekaan yang kerap mampir ke rumah untuk bertemu ayahnya, meminta persediaan obat-obatan guna kepentingan gerilya.

3. Keinginan Pierre menjadi tentara ditentang

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Kondisi itu membuat Pierre bertekad memasuki Akademi Militer Nasional (AMN). Sayang, cita-citanya sempat ditentang oleh orangtua karena mereka menghendaki Pierre bisa menempuh pendidikan di Kedokteran dan menjadi seorang dokter, mengikuti jejak sang Ayah.

Alasan lain orangtua Pierre melarang menjadi seorang tentara tak lain karena ia adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Jika berkarir sebagai tentara, orangtua khawatir sebab menjadi tentara harus siap mengorbankan jiwa.

4. Pierre berusaha tak menyakiti hati orangtua

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Satu-satunya anggota keluarga yang setuju dengan cita-cita Pierre hanyalah kakak perempuannya, Mitzi Farre.

Walaupun ditentang, Pierre tetap bersikeras mewujudkan keinginannya sebagai seorang tentara. Guna menghibur hati orangtuanya, selain mendaftar AMN, Pierre juga mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).

Melihat hasil test di Fakultas Kedokteran UI yang tidak lulus, kemudian orangtua Pierre merelakan dirinya menempuh pendidikan di AMN. Menurut pengakuan Mitzi, adiknya tak lulus bukan karena gagal, tapi karena Pierre memang sengaja tidak mengerjakan soal ujian tes.

5. Sikap Pierre membuat dirinya disegani

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Selama menempuh pendidikan sebagai taruna, Pierre dikenal sebagai sosok yang disiplin dan ramah. Sikap itu membuat Pierre disukai teman seangkatan, senior maupun juniornya. Dia juga dikenal sebagai pribadi dengan jiwa kepemimpinan.

Hal itulah yang menjadikan dirinya dipilih sebagai Wakil Ketua Senat Korps Taruna.

Tahun 1963, Pierre Tendean yang saat itu berpangkat Letnan Dua, mendapatkan kesempatan bertugas sebagai Komandan Peleton Batalyon Tempur 2, Kodam II Bukit Barisan di Medan.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

6. Pierre lulus dari pendidikan intelijen

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Pierre mendapatkan panggilan sekolah intelijen untuk ditugaskan ke operasi Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Berdasakan Surat Perintah No.507/11/1963, ia diperbantukan untuk Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat setelah menamatkan pendidikan intelijen. Pierre ditugaskan dalam operasi Dwikora memimpin pasukan relawan untuk mengadakan penyusupan ke wilayah Malaysia.

7. Sang Ibu sangat menyayangi Pierre

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Tugas yang dipikul Pierre membuat sang Ibu khawatir terhadap keselamatan anak laki satu-satunya itu. Cornet M.E. yang kebetulan adalah teman baik dari mertua Jenderal Nasution, yang saat itu menjabat Menko Hankam, mengajukan penarikan tugas bagi anaknya.

Tak berhenti disitu, Ibunda Pierre juga mengajukan hal serupa kepada Mayjen Dendi Kadarsan yang kenal dengan Pierre ketika menjadi taruna di AMN.

Beruntung, permohonan tersebut dikabulkan. Kemudian Pierre menjadi rebutan para Jenderal, untuk dijadikan sebagai ajudan lantaran kedisiplinan dan kecerdasannya.

8. Didapuk menjadi ajudan Jenderal Nasution

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Pierre akhirnya menjadi ajudan Jenderal Nasution. Ketika terjadi pengepungan rumah Jenderal Nasution pada malam 30 September 1965, Pierre tidak dalam tugas piket. Dia telah menyerahkan tugas jaga kepada Komisaris Polisi Hankam Mansyur.

Mendengar kebisingan suara tembakan, atas inisiatifnya ia lalu mengambil jaket dan senjatanya menghadapi pasukan itu.

Tidak jelasnya instruksi operasi kepada pasukan Tjakrabirawa, membuat mereka salah tangkap dan tidak mengenali Jenderal Nasution. Mereka malah membawa Pierre.

9. Ibunda Pierre setia menunggu kepulangan puteranya

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Kekhawatiran sang Ibu Cornet mulai terjadi ketika ia menunggu kepulangan Pierre di depan rumah selama beberapa hari. Bahkan Cornet sempat mengajukan izin cuti pada 1 Oktober 1965 untuk pulang ke rumah. Namun tetap saja, Pierre tak kunjung pulang.

Sebab sebelum kejadian berdarah pada 30 September 1965 itu, Pierre sempat mengirim surat kepada keluarga jika ia tidak bisa pulang saat perayaan hari ulang tahun ibunya, karena dalam keadaan dinas. Ia berjanji akan mengucapkan selamat ulang tahun lewat telepon.

Hingga pada akhirnya 5 Oktober 1965, pemerintah mengirim pesawat untuk menjemput keluarga Pierre Tendean di Semarang. Melihat peti jenazah Pierre Tendean, Cornet menangis dan meratap, "Pierre, Pierre, mijn jongen, wat is er met jou gebeurd (red: Pierre, Pierre, anakku, apa yang terjadi denganmu)."

10. Banyak tembakan dalam tubuh Pierre

10 Fakta Pierre Tendean yang Patut Diteladani MillennialTwitter.com/mazzini_giusepe

Hasil Visum et Repertum Kapten Anumerta Pierre Tendean terdapat beberapa luka tembak di tubuh. Diantaranya 2 di dada kanan, 2 di punggung kanan, 1 di leher belakang sebelah kiri, dan 1 di pinggul kanan. Ada luka lain juga akibat pukulan, yaitu satu di kepala kanan, satu di tulang ubun-ubun kiri, dan satu di puncak kepala.

Setelah kematian, Cornet kerap mengunjungi makam Pierre. Ia selalu memborong banyak bunga anggrek untuk menutupi seluruh makam anaknya dengan bunga.

Kondisi kesehatan yang terus menurun, membuat Cornet jatuh sakit dan pada 19 Agustus 1967 ia wafat. Cornet berpesan agar jenazah putranya selalu ditutupi dengan selimut milik Pierre.

Semoga banyak nilai positif yang bisa dipetik dari sejarah sosok seorang pahlawan Pierre Tendean.

Baca Juga: Pierre Tendean: Pahlawan Revolusi dan Cinta yang Tak Sampai

Topik:

  • Dhana Kencana
  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya