Supriyatin menunjukan jahe 33 yang sedang digemari masyarakat. IDN Times/Fariz Fardianto
Saat virus Corona merebak pertama kali di Indonesia, ia mengaku seperti ketiban durian runtuh. Sirup jahe gula aren yang sudah ia produksi sejak enam tahun terkahir, mendadak booming.
Satu bulan pandemik, dua bulan pandemik hingga beranjak tiga bulan masa pandemik, membuatnya kebanjiran orderan.
Pri, begitu ia akrab disapa, sampai-sampai kewalahan menerima banyaknya pesanan dari para pelanggan. "Dari yang tadinya gak pernah datang ke rumah, pas pandemik tiba-tiba orang-orang pada kemari. Awalnya kepengin lihat sirup jahenya. Terus langsung dibeli. Tiga bulan pandemik sampai sekarang jumlah pesanannya naik lima kali lipat," sahut istrinya, Sri Sudarmi.
"Permintaan sekarang lagi banyak. Biasanya kita kirimnya pakai mobil box, bisa juga lewat kantor pos dan kalau yang pesan dari Jakarta bisa dititipkan lewat bus juga," tambahnya.
Jika kondisi normal ia hanya mendapat pesanan 500-1.000 botol per bulan. Namun, kala pandemik jumlahnya meroket hingga bisa melayani pesanan 25.000 botol saban bulan.