Jalan Berliku Rustri Gerakan Millennial Perangi Sampah di Tambak Bandeng

Rustriningsih bisa jadi inspirasi saat pandemik COVID-19

Cuaca begitu terik ketika menelusuri Kampung Spoorland I, di Kelurahan Kemijen, Kota Semarang. Suasana kampung padat penduduk pada siang itu terlihat lengang.

Jalanan berkelok-kelok saat IDN Times menyambangi Kampung Spoorland I, pada Jumat (27/8/2021). Sejauh mata memandang, perkampungan tersebut dikelilingi oleh perairan tambak. Di kanan kirinya terhampar tambak udang.

Bahkan, bekas Stasiun Semarang Goedang yang sarat sejarah itu juga semakin terbenam air. Tambak bandeng yang bermunculan di Spoorland berasal dari genangan air rob yang telah mengikis daratan di pesisir Semarang.

Tepat di depan tambak, terdapat sebuah rumah yang dipenuhi beragam tanaman. Hawanya adem. Di rumah itulah, Rustri saban hari tingga bersama anak cucunya. Rustri menyambut ramah tatkala IDN Times menyambangi rumahnya.

"Mari masuk, Mas. Sekarang kegiatan bank sampahnya saya pindahin ke depan rumah. Selama pandemik, jumlah sampah yang terkumpul banyak yang berkurang," katanya saat melepas penat di rumahnya.



1. Areal tambak bandeng awalnya dipenuhi sampah yang dibuang oleh warga

Jalan Berliku Rustri Gerakan Millennial Perangi Sampah di Tambak BandengIlustrasi sampah di pesisir pantai. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Rustri yang sudah bergelut dengan persoalan sampah sejak belasan tahun cukup memahami kondisi masyarakat sekitarnya. Kampungnya yang berdiri di areal tambak bandeng dulunya sering disalahgunakan oleh warga dengan membuang sampah sembarangan ke tambak.

Tak terhitung lagi aneka barang bekas yang dibuang ke tambak. Mulai plastik bekas makanan, gelas, bungkus jajanan sampai besi bekas. 

"Kalau warga di sini kan rata-rata kalau mau buat rumah mesti mengendapkan sampah dulu di tambak. Setelah dirasa endapannya padat, baru dipasangi pondasi. Tapi perilaku seperti itu sangat bahaya. Kadang ada yang rumahnya ambles karena tanahnya tergerus air tambak. Makanya pas tahun 2013 dulu saya lihat banyak sekali sampah di pinggir tambak, saya lalu tergerak untuk mengurangi. Salah satunya saya bikin warung bank sampah," ujar wanita yang bernama lengkap Rustriningsih tersebut.

Baca Juga: Merawat Kenangan Manis Pensiunan KAI Semarang, Hidup di Bekas Stasiun

2. Rustri libatkan Millennial untuk berantas sampah yang mengotori tambak

Jalan Berliku Rustri Gerakan Millennial Perangi Sampah di Tambak BandengIDN Times/Istimewa

Rustri kerap menghadapi kendala saat awal merintis bank sampah. Suara nyinyir sering ia dengar. Pun demikian ketika ia menggerakan warga untuk mengumpulkan sampah dari sekitar tambak bandeng.

"Kalau pas sebelum pandemik ada ratusan warga yang ikut terlibat di bank sampah. Tapi sekarang jumlahnya berkurang 70 orang," akunya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Aktivitasnya membersihkan sampah di areal tambak sedikit demi sedikit membuahkan hasil berkat kerjasama dengan para Millennal yang banyak tinggal di kampungnya. Dari awalnya tumpukan sampah tersebar dimana-mana, kini Rustri bisa bernapas lega setelah melihat kampungnya menjadi bersih, rapi dan kelihatan asri. 

"Dari tahun 2013 sampai sekarang, volume sampahnya kira-kira sudah berkurang 50 persen lebih," katanya bangga.

3. Rustri dilirik Indonesia Power untuk mengembangkan bank sampah

Jalan Berliku Rustri Gerakan Millennial Perangi Sampah di Tambak BandengLangkah keempat memilah sampah skincare (dok. Pribadi/St martina)

Indonesia Power yang selama ini mengelola PLTU Tambaklorok pun akhirnya melirik jerih payah yang dilakukan Rustri. Melalui Darmawan, seorang Humas sekaligus Supervisor Indonesia Power, Rustri berulang kali dibantu mengembangkan bank sampahnya.

Rustri dibuatkan bangunan khusus bank sampah. Di situ ia bisa leluasa mengumpulkan sampah organik, non organik sampai sampah timbal. Bisa dikatakan upaya ini untuk menyadarkan warga akan bahaya sampah yang dibuang sembarangan.

Lambat laun, Rustri juga menggerakan warga guna mengurangi sampah di rumahnya. Caranya cukup menukarkan satu kilo sampah dengan sembako. "Ternyata cara menukarkan sampah dengan sembako disambut antusias sama warga kampung sini. Banyak yang tertarik. Makanya saya sering dilibatkan sama Indonesia Power untuk ikut acara CSR di Jakarta," terang ibu tiga anak dan dua cucu tersebut.

4. Sampah jadi musuh utama warga Kampung Spoorland

Jalan Berliku Rustri Gerakan Millennial Perangi Sampah di Tambak BandengIlustrasi tumpukan sampah di pinggir jalan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Rustri mengatakan akan terus berusaha mengurangi sampah yang ada di kampungnya. Ia menganggap sampah menjadi momok menakutkan bagi warga di areal tambak bandeng seperti dirinya. 

Selain berisiko menghambat saluran air, tumpukan sampah yang dibiarkan terus-menerus juga bisa memicu banjir yang lebih besar. "Setiap hujan saya khawatirnya air rob melimpas ke kampung. Makanya, sekuat tenaga saya bertekad mengupayakan yang terbaik supaya kampung saya terbebas dari sampah dan tidak lagi kotor," pungkasnya. 

5. Sosok Rustri bisa menginspirasi kaum hawa di masa pandemik COVID-19

Jalan Berliku Rustri Gerakan Millennial Perangi Sampah di Tambak BandengIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sedangkan, Sapto Adi Sugihartono, Kepala DLH Kota Semarang menyatakan upaya yang dilakukan Rusti selama ini sangat diapresiasi. Di Kemijen terdapat beberapa kampung yang mengelola bank sampah.

"Tapi Bu Rustri saya lihat jadi pionir pengelolaan bank sampah di Kemijen. Banyak prestasinya. Ini tentunya jadi sebuah inspirasi yang bisa ditularkan kepada sesama wanita. Apalagi kan pandemik COVID-19 jangan membuat kita berpangku tangan. Kita mesti bergerak meningkatkan kepedulian bagi lingkungan sekitar," kata Sapto kepada IDN Times.

Baca Juga: Kisah Pewaris Raja Kopi di Semarang, Pertahankan Kualitas Aroma Robusta

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya