Kisah Perawat di Semarang, Ikut Bimbing Sakaratul Maut Pasien COVID-19

Tangkal COVID-19 dengan rutin minum susu

Semarang, IDN Times - Sejak pandemik virus Corona melanda seluruh Indonesia, rutinitas Agung Ayu Ratna seorang perawat ini banyak dihabiskan di bangsal isolasi COVID-19. 

Ayu, sapaan akrabnya, kini kerap memakai alat pelindung diri yang lengkap. Mulai memakai baju hazmat, masker tiga lapis, kacamata khusus, sarung tangan dan sepatu bots yang telah didesain untuk melindungi dari penularan COVID-19. 

Ketika dihubungi IDN Times, Ayu mengaku tak mudah menyesuaikan dengan kebiasaan baru selama pandemik. "Saya memang harus hati-hati, awalnya pasti ada rasa takut saat bertugas di bangsal isolasi. Tapi karena sudah jadi tugas, ya kuncinya kita mesti sabar dan telaten merawat pasien COVID-19 yang mayoritas dari lansia," kata perawat yang sudah bekerja di RS Santo Elizabeth sejak 1997 silam tersebut. 

1. Para lansia banyak yang dirawat di ruang isolasi RS Elisabeth Semarang

Kisah Perawat di Semarang, Ikut Bimbing Sakaratul Maut Pasien COVID-19ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Ia bilang sejak pandemik melanda awal Maret 2020 sampai sekarang, dirinya kerap menemukan para lansia terkapar di tempat tidur ruang isolasi COVID-19. Banyak diantara mereka yang harus melewati hari demi hari dengan kesunyian. 

Ayu yang merasa iba sering menjalankan tugasnya sekaligus menjadi teman, sahabat sekaligus pengganti keluarga bagi para lansia. 

"Semampunya saya berusaha hadir menggantikan peran keluarganya. Karena pasien COVID-19 kan mesti diisolasi, jauh dari keluarga dan orang dekatnya, dan para lansia biasanya kesepian. Yang paling penting, kita berikan dukungan penuh supaya pasien tetap bahagia, rileks biar bisa meningkatkan imunitasnya. Agar mereka cepat sembuh," ujar ibu dua anak ini, Sabtu (20/3/2021). 

Baca Juga: Kritik Untuk Ganjar, Psikolog: Jateng di Rumah Saja Sanksinya Apa?

2. Ayu ikut ngemong pasien lansia agar tidak kesepian

Kisah Perawat di Semarang, Ikut Bimbing Sakaratul Maut Pasien COVID-19Ilustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Dalam sehari Ayu kebagian tugas merawat pasien COVID-19 selama lima jam. Saban hari ia memberikan asupan sejumlah obat dan vitamin bagi pasien. 

Tiap jam enam pagi, para pasien diajak berjemur keluar ruangan untuk mendapatkan udara segar dan sinar matahari yang cukup. Sekaligus rutin berolahraga bersama. "Pasien yang sudah sepuh punya sifat yang kembali seperti anak kecil lagi. Kita tentunya harus lebih sabar. Kalau biasanya dilayani anak dan cucunya, maka pas diisolasi di rumah sakit, kita juga sering ngajak sharing, kalau pas diam murung kita ajak ngobrol. Dan wajib ikut olahraga ringan sambil berjemur," jelasnya.

3. Ayu diberi keajaiban. Dia tidak pernah sekalipun terpapar COVID-19

Kisah Perawat di Semarang, Ikut Bimbing Sakaratul Maut Pasien COVID-19Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Dengan rutinitasnya yang rentan terpapar virus Corona, diakuinya ada sebuah keajaiban yang menghampirinya. Ayu memastikan sampai detik ini tak pernah tertular virus Corona. 

Kondisi ini berbeda dengan yang dialami rekan sejawatnya yang kerap kertularan virus Corona. Di bangsal COVID-19 Ruang Carolus Lantai 1 RS Elisabeth, dirinya bertugas bersama tujuh sampai delapan perawat lainnya. Di dalam ruangan masing-masing ada tiga perawat dan empat lainnya bertugas di luar ruangan. Di Ruang Carolus setia hari ada 13 pasien COVID-19. 

"Puji Tuhan, saya selalu sehat sejak awal pandemik. Saya juga sering ikut rapid test, swab, antigen dan hasilnya selalu negatif COVID-19. Saya sangat bersyukur karena berada di lingkungan kerja yang sangat memperhatikan kelengkapan APD. Setiap perawat juga wajib minum vitamin dan jam kerjanya cukup longgar. Sehari saya kerjanya lima jam, diluar itu kita sudah diingatkan sama rumah sakit untuk langsung pulang, istirahat yang cukup dan selalu happy," ungkapnya. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

4. Ayu banyak minum susu agar imun tubuhnya tetap stabil saat bekerja

Kisah Perawat di Semarang, Ikut Bimbing Sakaratul Maut Pasien COVID-19www.aladokter.com

Ada salah satu trik yang dilakukan Ayu agar tubuhnya tetap prima setiap hari. Ayu bercerita dirinya minum vitamin dua kali sehari, porsi makannya juga ditambah. Lalu Ia selama pandemik rutin mengonsumsi susu formula yang kerap dijual di toko modern. 

"Palingan saya minum vitamin sehari dua kali. Asupan makannya dilebihin untuk malam juga. Terus biasanya saya yang jarang minum susu, sekarang jadi sering minum susu. Susunya yang biasa dijual di Indomaret," kata warga Perumahan Elisabeth, Banyumanik tersebut. 

"Itu udah cukup kok buat menambah stamina. Istirahatnya harus cukup. Seringnya saya kalau mau pulang, mandi dulu, bersih-bersih pakai disinfektan. Di rumah saya istirahatnya lebih panjang. Jam 9 malam sudah tidur sampai jam 6 pagi. Ya biar gak kertularan virus Corona, hati kita dibawa santai aja. Nanti kalau capek mikirin ini itu malah kita yang sakit," imbuhnya.

5. Ayu ikut bimbing doa bagi pasien yang mengalami sakratul maut

Kisah Perawat di Semarang, Ikut Bimbing Sakaratul Maut Pasien COVID-19IDN Times/Sukma Shakti

Ia mengatakan selama bekerja selalu berserah diri kepada Tuhan. "Kita percaya saja kita sudah terlindung APD. Yang penting bekerja dari hati dulu. Jika niat kita kerja dengan sabar ikhlas otomatis bisa meningkatkan imun tubuh. Pas kontak dengan pasien gak ada beban," urainya. 

Ketika menghadapi pasien yang sedang melewati sakratul maut pun Ayu berusaha tegar sembari semaksimal mungkin membimbing doa. 

Pasien COVID-19 yang menjelang ajal kebanyakan memiliki komorbid dan sudah tua sehingga kondisi kesehatannya terus menurun. 

"Pas ada yang sakratul maut, tekad saya harus bisa membimbing doa buat dia. Kalau Muslim, saya bimbing sebisanya. Kalau Nasrani kita beri pendampingan doa sesuai yang dianutnya. Kita minta keluarga juga bimbing doa via video call," terangnya.

Ayu berharap pandemik segera sirna. Ia meminta kepada rekan sejawatnya di RS Elisabeth tetap semangat memberikan pelayanan sekaligus menjaga protokol kesehatannya. "Jangan pernah lelah untuk merawat pasien COVID-19 karena tugas kita harus didasari keihlaskan. Semoga pandemik segera berlalu agar semua akrivitas bisa normal lagi," katanya.

6. PPNI Jateng ungkap ada 1.000 lebih nakes terpapar COVID-19. Juga ada 39 perawat meninggal

Kisah Perawat di Semarang, Ikut Bimbing Sakaratul Maut Pasien COVID-19Proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19 di TPU Pondok Ranggon pada Selasa (16/9/2020). IDN Times/Aldila Muharma&Fiqih Damarjati

Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah, sejak awal Maret 2020-25 Februari 2021 kemarin, jumlah tenaga medis yang terpapar COVID-19 di 35 kabupaten/kota mencapai lebih dari 1.000 orang. 


Sekretaris PPNI Jateng, Abdul Wahid, menyebutkan dari jumlah sebanyak itu, terdapat 723 perawat yang positif COVID-19, sedangkan bidan ada 260 orang, dokter ada 234 orang, apoteker ada 61 orang dan dokter spesialis ada 12 orang. 


"Data yang kita miliki, perawat yang meninggal akibat penularan COVID-19 sudah ada 39 orang. Rata-rata mereka tertular di rumah sakit. Data ini mungkin bertambah ketimbang kondisi tahun lalu tapi kita belum bisa merinci secara pasti," ujarnya kepada IDN Times. 

Baca Juga: Pencairan Insentif Lambat, Perawat di Jateng Cuma Dapat Rp800 Ribu

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya