Pencairan Insentif Lambat, Perawat di Jateng Cuma Dapat Rp800 Ribu

Mayoritas perawat belum dapat bonus

Semarang, IDN Times - Proses pencairan intensif bagi para tenaga kesehatan (nakes) yang terhambat telah berdampak terhadap nasib para perawat di sejumlah daerah di Jawa Tengah. Bahkan, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah, mencatat mayoritas perawat yang menangani COVID-19 belum dapat intensif dari pemerintah.

"Yang sudah dapat bonus itu baru perawat di Banyumas, Batang dan Demak. Tapi jumlah yang diterima sangat bervariasi," kata Sekretaris DPW PPNI Jawa Tengah, Abdul Wahid kepada IDN Times, Rabu (1/7).

1. Perawat di RS Batang cuma dapat bonus Rp800 ribu. Perawat di Puskesmas Demak kebagian Rp1 juta

Pencairan Insentif Lambat, Perawat di Jateng Cuma Dapat Rp800 Ribuistanaksj.or.id

Wahid menyampaikan sejumlah perawat yang menangani COVID-19 di salah satu rumah sakit umum di Batang kini hanya mendapat bonus Rp800 ribu per bulan. Pencairan sudah dilakukan oleh Pemprov Jateng yang diteruskan ke Dinkes Batang sejak tiga bulan terakhir.

Tak cuma itu saja, menurutnya para perawat dan dokter yang bertugas di Demak juga mengalami kondisi dilematis serupa.

Wahid bilang bonus yang didapat perawat maupun dokter di sana hanya berkisar antara Rp1 juta hingga Rp3 juta per orang. "Dan kita akui itu jumlah yang sangat minim. Padahal kan tadinya mereka dijanjikan bonus sampai Rp5 juta per orang. Di Batang ada perawat dapat bonus cuma Rp800 ribu. Kalau perawat puskesmas di Demak bonusnya sekitar Rp1 juta," ungkapnya.

Baca Juga: Takut Pulang, Belasan Perawat di Jateng Pilih Tidur di Mess Rumah Sakit

2. Pemerintah dituding lelet tangani pencairan bonus buat nakes

Pencairan Insentif Lambat, Perawat di Jateng Cuma Dapat Rp800 RibuIlustrasi Rupiah (ANTARA FOTO/Rahmad)

Sementara itu, Ketua DPW PPNI Jateng, Edy Wuryanto menyebutkan bahwa pemerintah terbukti lelet dalam menangani masalah pencairan bonus bagi para nakes.

Ia yang juga menjabat sebagai anggota Komisi IX DPR RI menganggap sistem birokrasi di sektor kesehatan justru menghambat pencairan bonus bagi nakes. Birokrasi yang dimaksud dari pencairan yang dilakukan Kemenkes bersama Kemenkeu. Selain itu dari Dinkes kabupaten/kota dan para bupati dan walikota serta gubernur.

"Imbas dari semua ini, sebagian besar nakes terutama perawat di Jateng belum dapat bonus yang dijanjikan pemerintah. Hampir 50 persen perawat belum dapat bonus. Baru beberapa kabupaten yang sudah cair," kata Edy kepada IDN Times.

3. PPNI Jateng akui bonus yang diterima perawat dibawah standar yang dijanjikan Menkes

Pencairan Insentif Lambat, Perawat di Jateng Cuma Dapat Rp800 RibuKetua PPNI Jateng Edy Wuryanto akan menjerat provokator penolak jenazah perawat dengan tindakan tegas. Dok PPNI Jateng

Pihaknya mengaku jengkel melihat situasi saat ini. Pasalnya, bonus yang diterima dibawah standar yang ditetapkan oleh Menkes. Dari semula bonus untuk dokter ruang isolasi dapat Rp15 juta, dokter non pasien COVID-19 dapat Rp10 juta dan perawat harusnya dapat Rp5 juta. Ia mendapat laporan bila uang yang diterima jauh dibawah standar.

"Kalau perawat dibilang dapat bonusnya maksimal Rp5 juta. Tapi kok sekarang ada perawat di Batang cuma kebagian intensif dari pemerintah senilai Rp800 ribu. Dan itu kejadiannya sejak tiga bulan terakhir," ujar Edy.

Baca Juga: Dokter, Perawat COVID-19 Jateng Dijanjikan Bonus Rp10 Juta

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya