Kisah Sinci Gus Dur di Semarang Diberi Sesaji Mendoan dan Kopi Pahit

Umat Tionghoa Semarang menganggap Gus Dur bak seorang raja

Semarang, IDN Times - Sebuah gedung berkelir merah merona terlihat begitu sepi. Terletak di tepi Jalan Wotgandul, Kota Semarang, hanya ada seorang perempuan yang berjaga di dalam Gedung Rasa Dharma itu.

Bangunan yang sejak ratusan tahun dipakai sebagai Markas Perkumpulan Boen Hian Tong tersebut tidak ada aktivitas yang mencolok menjelang perayaan Imlek tahun ini. Ling Ling, Manajer Perkumpulan Boen Hian Tong mengaku ritual sembahyangan untuk menyambut Imlek akan dimulai pada Jumat (5/2/2021). Prosesinya dimulai dengan menggelar sembahyang leluhur atau yang ia sebut Ji Si Siang An. 

Ritual itu dilakukan dengan memanjatkan doa memohon keselamatan dan berkah yang telah diterima selama setahun.

"Itu kita lakukan ritual untuk bersyukur pada leluhur, istilahnya sembahyangan Kongco naik. Setelah itu baru bersih-bersih altar. Mulai jam 10 sampai jam 1 siang," ujar wanita yang punya nama Indonesia Indriyani Hadisumarto ini ketika berbincang dengan IDN Times, Kamis (4/2/2021). 

1. Papan Sinci tokoh Indonesia dibersihkan menjelang Imlek

Kisah Sinci Gus Dur di Semarang Diberi Sesaji Mendoan dan Kopi PahitPengurus Perkumpulan Boen Hian Tong Semarang menunjukan Dewa Dapur di dalam altar. IDN Times/Fariz Fardianto

Ia mengungkapkan ritual lainnya saat Imlek yang digelar yaitu sembahyang Pek Kong yang dijadikan ritual untuk menghantarkan para leluhur untuk tutup tahun.

Selama hari Senin sampai Rabu pekan depan, umat Tionghoa disibukkan dengan sembahyang kongco Dewa Dapur Zao Shen.

Di sela sembahyang kepada Dewa Dapur tersebut, ia bersama umat Tionghoa lainnya turut membersihkan altar utama yang berisi 20 lebih papan Sinci (Papan roh/papan nama) yang bertuliskan berbagai nama tokoh-tokoh yang berjasa pada kelestarian budaya Tionghoa di Indonesia. 

"Yang tidak boleh kita lewatkan pas proses membersihkan sinci yang bertuliskan namanya KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Saat kita bersihkan, papan Sincinya kita buka, kita bersihkan debu-debunya. Lalu kita buka kertas di dalamnya sambil mendoakan arwahnya beliau," ungkapnya. 

Baca Juga: Keliling Pecinan Semarang, Ini 5 Destinasi Seru yang Bisa Dikunjungi

2. Ada pula ritual membaca autobiografinya Gus Dur ketika perayaan Imlek

Kisah Sinci Gus Dur di Semarang Diberi Sesaji Mendoan dan Kopi PahitPenampakan altar utama Gedung Rasa Dharma Semarang yang berisi sinci milik Gusdur. IDN Times/Fariz Fardianto

Menurutnya, kertas Sinci tersebut berisi sebuah lembaran tulisan autobiografi yang menceritakan tentang seluk beluk silsilah nenek moyangnya Presiden Indonesia keempat itu. Silsilah yang tertera mulai dari nama kakek buyutnya, ayahnya, istrinya hingga identitas anak-anak Gus Dur.

"Prosesi membaca autobiografinya Gus Dur itu selalu jadi sesuatu yang paling menarik buat kita (warga Tionghoa). Kita bisa melihat siapa saja leluhurnya yang dari Tiongkok, nama-nama kakeknya, istrinya, ank-anaknya sampai kiprahnya jadi Presiden Indonesia. Beliau (Gus Dur) merupakan tokoh yang sangat dihormati sama umat Tionghoa karena berjasa mengizinkan semua budaya khas Tionghoa kembali dibuka untuk umum," ujar Ling Ling. 

3. Sinci milik Gus Dur berukir kubah Masjid Agung Demak

Kisah Sinci Gus Dur di Semarang Diberi Sesaji Mendoan dan Kopi PahitTerlihat kubah Masjid Agung Demak diatas pucuk sinci milik Gusdur. IDN Times/Fariz Fardianto

Momen peletakan Sinci milik Gusdur di altar Gedung Rasa Dharma diingat betul masyarakat Tionghoa Semarang. Sebab, ketika tahun 2014 silam, Harjanto Halim selaku Ketua Perkumpulan Boen Hian Tong atas saran seorang tokoh dari Bandung lalu berusaha membuatkan sinci sebagai persembahan untuk Gus Dur.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Perjuangannya pun cukup panjang. Mulai dari menampung usulan dari warga Tionghoa, membuatkan sebuah papan Sinci, meminta persetujuan kepada istri Gus Dur, Shinta Nuriyah hingga akhirnya mendapat berbagai saran, termasuk dari KH Mustofa Bisri alias Gus Mus.

"Gus Mus waktu itu menyarankan agar Sincinya Gus Dur diberi ornamen Masjid Demak karena melange Gus Dur semasa hidupnya sangat suka dengan bentuk kubahnya. Maka pada pucuk Sincinya akhirnya dibentuk menyerupai kubah Masjid Agung Demak. Kata Gus Mus bentuk kubahnya punya arti iman Islam dan ikhsan," imbuhnya. 

4. Sinci Gus Dur ditaruh di tengah puluhan papan milik tokoh Tionghoa lainnya

Kisah Sinci Gus Dur di Semarang Diberi Sesaji Mendoan dan Kopi PahitSebuah prasasti yang menandakan jasa Gusdur untuk etnis Tionghoa di Indonesia. IDN Times/Fariz Fardianto

Terhitung sejak tujuh tahun terakhir, Sinci Gus Dur sudah terpasang di altar utama Gedung Rasa Dharma. Keberadaan Sinci tersebut diletakan di tengah puluhan papan milik tokoh Tionghoa lainnya.

"Mayoritas di dalam altar utama isinya Sincinya Gusdur dan sejumlah mantan ketua Perkumpulan Boen Hian Tong yang telah wafat. Kita berikan tempat yang istimewa untuk mengingat jasa mereka. Apalagi kan dulunya Boen Hian Tong merupakan organisasi yang sangat terpandang, gak semua orang bisa jadi anggotanya, ya minimal yang memimpin para pengusaha Tionghoa," paparnya. 

5. Gusdur dianggap layaknya raja diberi sesaji mendoan, kopi pahit dan ayam kecombrang

Kisah Sinci Gus Dur di Semarang Diberi Sesaji Mendoan dan Kopi PahitInstagram/@resep.mudiba

Menariknya, masyarakat Tionghoa di Pecinan Semarang menganggap Gus Dur bak seorang raja. Oleh karena itu mereka memberikan ragam sesaji di depan altarnya. berupa makanan yang berbeda dari tokoh-tokoh lain yang ada.

"Persembahannya tentu kita bedakan karena sesuai tradisi di Tiongkok, sosok presiden itu udah kayak seorang raja. Jadinya, sejak ada Sinci Gusdur, sesaji yang dulunya ada daging babi, kita putuskan diganti dengan daging kambing. Kita kasih persembahan seperti itu semata untuk menghormati kedudukan beliau sebagai tokoh Muslim," katanya.

Selain itu, sesaji lainnya yang diletakan di depan Sinci Gusdur adalah tempe mendoan, secangkir kopi pahit dan seporsi ayam kecombrang. Menurut Ling Ling sesaji tersebut merupakan makanan favorit Gusdur semasa hidupnya. 

"Sesuai tradisi di budaya kami, setiap berdoa kita berikan sesaji di depan sinci. Nah untuk Sincinya Gusdur sesajinya itu selalu kita berikan empat kali dalam setahun setiap ada prosesi sembayangan di dalam altar," jelasnya.

Tak lupa pula guna menunjukan kerukunan umat beragama yang secara nyata di Semarang, pihaknya setiap tahun rutin menggelar haul atau acara memperingati wafatnya Gus Dur. Haul Gus Dur digelar saban akhir Desember setiap tahun, bersama para pemuda pecinta Gus Dur dan sejumlah anggota GP Ansor. 

Baca Juga: Cerita Dalang Wayang Potehi, Dirazia Satpol PP saat Pandemik COVID-19

6. MATAKIN minta umat Tionghoa ibadah Imlek dengan keluarga inti saja

Kisah Sinci Gus Dur di Semarang Diberi Sesaji Mendoan dan Kopi PahitIlustrasi pernak-pernik Imlek. IDN Times/Umi Kalsum

Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Kota Semarang, Ferry Hidayat Soetanto mengimbau kepada umat Tionghoa di wilayahnya untuk merayakan Imlek secara terbatas dengan anggota keluarga intinya. Hal itu dilakukan demi memutus mata rantai penularan COVID-19 yang masih terjadi saat ini.

"Tentunya ada perbedaan yang sangat mencolok ketika merayakan Imlek ditengah pandemik. Tapi kita anjurkan tetap berupaya mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Sebaiknya ikuti ritual Imlek dengan keluarga inti saja. Tidak perlu mengundang orang luar karena kita berusaha agar wabah COVID-19 segera mereda dan kita bisa beraktivitas normal lagi," ujar Ferry. 

Baca Juga: Sakral! Jenderal Kwan Kong tak Boleh Dimainkan untuk Wayang Potehi

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya