Mengenang Kecerdasan RA Kartini, Inspirasi Para Dokter Zaman Kemerdekaan

RA Kartini sering dipanggil Ayunda

Jepara, IDN Times - Tahun 1879 menjadi secercah harapan bagi bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Sebab, di tahun itu, sesosok bayi perempuan telah lahir dari rahim MA Ngasirah, istri dari Raden Adipati Aryo Sosroningrat. 

Bayi perempuan yang dinamai Raden Adjeng Kartini Djojo Adhiningrat inilah yang kelak begitu gigih memperjuangkan hak-hak perempuan kala itu. Sehingga mendapat tempat yang sama dengan para lelaki untuk berjuang memerdekakan bangsa Indonesia. 

1. Kartini jadi pelopor pendirian sekolah-sekolah non formal di Jawa

Mengenang Kecerdasan RA Kartini, Inspirasi Para Dokter Zaman KemerdekaanAnak-anak sekolah saat mengunjung Museum Kartini di Jepara. Instagram Museum Kartini Jepara

Dikisahkan oleh Budayawan di Jepara, Hadi Priyatno, ketika Kartini baru berusia sangat muda sudah berani tampil di hadapan masyarakat luas. Padahal di zaman itu, jadi sesuatu yang tabu bagi kaun hawa untuk menunjukan jatidirinya dihadapan publik. 

Dengan tradisi Jawa yang amat kental, seorang perempuan awalnya hanya boleh berkutat di dalam dapur. 

"Tapi nyatanya itu tidak berlaku bagi seorang RA Kartini. Dia justru berani mendirikan sekolah-sekolah non formal di sepanjang daerah Jepara dan Rembang. Dia ingin perempuan juga bisa mengenyam pendidikan yang layak seperti para lelaki," kata Hadi saat berbincang dengan IDN Times, Senin (20/4). 

Baca Juga: Inspirasi Perempuan, 11 Fakta Tentang R.A Kartini yang Patut Kamu Tahu

2. Bekas sekolahnya RA Kartini dapat dilihat di Pendopo Rumah Dinas Jepara

Mengenang Kecerdasan RA Kartini, Inspirasi Para Dokter Zaman Kemerdekaan(Makam RA Kartini di Rembang, Jawa Tengah) rembangkab.go.id

Dua sekolahnya yang masih melekat di ingatan masyarakat setempat terletak di lokasi yang sekarang berada di bangunan rumah dinas Bupati Jepara. Lokasinya tempat di pringitan atau tempat selasar pendopo dengan ruang ndalem bupati. 

Kegiatan belajar yang dipelopori oleh Kartini di sana kemudian menginspirasi para perempuan lainnya di Semarang, Bogor, Malang dan Batavia (sekarang Ibukota Jakarta) untuk membuat sekolah dengan konsep serupa.

"Yang ditawarkan Kartini adalah sekolah pelopor pendidikan baca tulis bagi perempuan di masa itu. Jika sudah bisa membaca dan mengenal tulisan, paling tidak mereka tidak bisa lagi dibodohi oleh pemerintah kolonial Belanda. Itu tujuan utama dari Kartini," kata pria yang kini didampuk jadi Ketua Yayasan Kartini Indonesia Jepara tersebut. 

3. Baru umur 18 tahun, RA Kartini pertama kali menyuarakan Jong Java. Kecerdasannya membuat dr Cipto terkesima

Mengenang Kecerdasan RA Kartini, Inspirasi Para Dokter Zaman KemerdekaanSuasana Museum Kartini di Rembang. Instagram Museum Kartini Rembang

Mulai medio 1912-1913 silam, berbagai sekolah pun menjamur di seantero Pulau Jawa. Gaung perjuangan RA Kartini makin terasa tatkala ia menyuarakan pergerakan nasional yang dimotori oleh anak-anak muda. 

Kata-kata Jong Java pertama kali keluar dari mulut Kartini ketika tampil di sebuah pertemuan di Batavia tahun 1903.

Ketika itu umurnya baru menginjak 18  tahun. "Maka semangat bangkitnya pergerakan nasional, sumber inspirasinya dari buah pemikiran RA Kartini. Ini terbukti dari pengakuan dokter Cipto Mangunkusumo yang terkagum-kagum dengan kecerdasan Kartini," ujarnya.

"Saat itu dia berpikir bagaimana caranya seorang perempuan lulusan SD bisa menulis, bahkan perjuangannya terdengar sampai ke Belanda dan negara Eropa lainnya," sambungnya. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

4. STOVIA terinspirasi dari kecerdasan RA Kartini

Mengenang Kecerdasan RA Kartini, Inspirasi Para Dokter Zaman KemerdekaanIlustrasi tim medis atau petugas kesehatan. unsplash/Hao Shaw

Selanjutnya, apa yang dilakukan Kartini akhirnya menginspirasi pendirian STOVIA, sebagai sekolah kedokteran pribumi pertama di Indonesia. 

"Kecerdasan Kartini yang diatas rata-rata jadi motivasi bagi sekelompok anak muda untuk mendirikan sekolah kedokteran pertama bagi kaun pribumi Jawa. Lulusan STOVIA ketika itu umurnya baru kisaran 18-19 tahun. Dokter Cipto merupakan tokoh pergerakan yang mendirikan Boedi Utomo dengan menggaungkan lagi Jong Java tahun 1913," urainya. 

5. Mahasiswa STOVIA sering panggil Kartini dengan sebutan Ayunda

Mengenang Kecerdasan RA Kartini, Inspirasi Para Dokter Zaman Kemerdekaansirclo.com

Hadi bilang dengan sosok yang menginspirasi banyak orang, membuat Kartini bak seorang penyelamat. Perempuan keturunan priyayi Jawa itu kerap dipanggil Ayunda oleh para mahasiswa kedokteran di STOVIA. 

Kartini jadi tempat berkeluh kesah. Tempat bertukar pemikiran. Dan tempat penyemangat bagi anak-anak muda. "Mahasiswa STOVIA memanggil Kartini dengan sebutan Ayunda atau kakak perempuan. Karena dia jadi panutan hidup. Jadi tempat berkeluh kesah. Tempat sandaran, tempat curhat para mahasiswa yang masih tersisihkan oleh pemerintah kolonial Belanda waktu itu,".

Baca Juga: Perempuan-perempuan Sumbar yang Tidak Kalah Harum dari Kartini

6. Sudah saatnya bangsa Indonesia merevitalisasi pemikiran RA Kartini

Mengenang Kecerdasan RA Kartini, Inspirasi Para Dokter Zaman Kemerdekaan ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Hadi pun berpendapat bahwa sudah saatnya bagi pemerintah Indonesia di masa sekarang untuk berupaya merevitalisasi nilai-nilai perjuangan RA Kartini. Jangan sampai sosok Kartini yang lekat dengan jargon emansipasi perempuannya dilupakan oleh anak-anak muda. 

RA Kartini tak hanya dimiliki oleh kaum hawa saja. Sosoknya juga sangat berpengaruh pada seluruh sendi kehidupan bangsa Indonesia.

"Kita sekarang harus merevitalisasi dari nilai perjuangan Kartini. Jangan menganggap Kartini hanya milik perempuan dan berkebaya. Tapi bagaimana merevitalisasi ide Kartini bahwa perempuan harus bisa mendidik anaknya setinggi langit. Bagaimana menggerakan ide agar sekolah-sekolah tambah maju dan berkembang pesat lagi. Ini yang harus ditekankan di era sekarang," kata Hadi. 

7. Tenun drijin jadi warisan RA Kartini yang telah pudar

Mengenang Kecerdasan RA Kartini, Inspirasi Para Dokter Zaman KemerdekaanDok.Pribadi/Auliyau Rohman

Perkembangan industri mebel pun tak lepas dari peran Kartini. Saat masih belia, Kartini menggelar pameran mebel, ukiran emas dan tenun drijin di Jepara. 

Tenun drijin sempat dijelaskan oleh Kartini bahwa cara pembuatannya dari kain yang diikat lalu dicelupkan di dalam pewarna. Nilai jualnya kala itu cukup tinggi. "Tapi sayangnya sekarang tidak ada yang meneruskan usaha tenun drijin. Padahal inilah kerajinan yang jadi warisan RA Kartini," tuturnya. 

Baca Juga: 9 Tempat Wisata di Jepara Terbaru, Gak Cuma Pulau Karimunjawa!

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya