Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi Psikososial

Pasien COVID-19 di Semarang juga alami depresi

Semarang, IDN Times - Pergi bolak-balik dari rumahnya di Pudakpayung Banyumanik menuju Rumah Dinas (Rumdin) Wali Kota Semarang, bukanlah perkara mudah bagi Kurniake Kharismawan. Saban hari Rabu atau Jumat sore, ia selalu memacu kendaraannya menuju ke Rumdin Wali Kota yang dijadikan tempat isolasi bagi para pasien COVID-19.

Sejak empat bulan terakhir, ia punya rutinitas tambahan dengan pergi ke Rumdin di Jalan Abdurahman Saleh, Kalipancur, tiga kali sepekan.

1. Sebagai dosen psikologi, Ake ikut terlibat menangani pasien COVID-19

Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi PsikososialPara pasien COVID-19 di Rumdin Semarang diberi terapi. Dokumentasi pribadi

Ake, sapaan akrabnya tak sekonyong-konyong datang ke Rumdin. Pada pertengahan Juni silam ia tergerak membantu menyembuhkan para pasien COVID-19 yang sedang diisolasi di Rumdin Wali Kota.

Praktis, dengan kegiatannya itu, Ake jadi punya kesibukan lain. Sebagai lulusan Fakultas Psikologi, ia melakoni pekerjaan jadi dosen Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, psikolog dan jadi relawan penanganan pasien COVID-19.

Baca Juga: Rumdin Wali Kota Semarang Dijadikan Ruang Isolasi Pasien Virus Corona

2. Terapi meta bisa menenangkan para pasien COVID-19 di Rumdin Semarang

Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi PsikososialKuriake jadi relawan COVID-19 yang berikan terapi psikososial. Dok pribadi

Saat berbincang dengan IDN Times, Ake mengaku apa yang ia kerjakan di Rumdin merupakan sebuah misi sosial. Ia ikhlas membantu memulihkan kondisi psikis pasien COVID-19 dengan beragam cara terapi.

Salah satu terapi yang ia tunjukan kepada IDN Times adalah ketika ia menunjukan fotonya saat memegang tasbih dihadapan pasien yang sedang menjalani aktivitas kebugaran. Sekilas, ia memperagakan duduk bersila layaknya berdzikir. Tapi Ake berkata itulah metode yang dinamakan terapi meta.

"Memang mirip dzikir. Tapi itu namanya terapi meta. Bisa ngajari supaya nafasnya tenang," kata Ake pada Jumat (24/10/2020).

Ia menyebut bahwa cara itu termasuk dalam terapi psikososial. Untuk memaksimalkan terapi bagi pasien COVID-19, ia dibantu lima mahasiswanya di Unika. 

"Saya tergerak memulihkan kesehatan orang-orang yang kena COVID-19 karena semata dari hati. Saya ingin bantu mereka buat meningkatkan sistem imun tubuhnya. Dengan cara itulah, mereka bisa sembuh dan cepat pulang ke rumah," ujarnya.

3. Para pasien COVID-19 mengalami kecemasan berlebihan

Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi Psikososialpexels.com/Kat Jayne

Kebanyakan para pasien COVID-19 yang diisolasi di Rumdin punya berbagai gangguan psikis. Ake mengatakan pasien COVID-19 yang diisolasi di Rumdin mengalami gangguan susah tidur. Mereka dilanda kekhawatiran berlebihan karena memikirkan respon tetangga dan keluarganya. 

"Kebanyakan pasien susah tidur, khawatir mikirin tetangga rumahnya responnya gimana, cemas sama kondisi keluarga yang ditinggalkan. Padahal, kalau sistem imunnya rendah maka sembuhnya juga bisa lama. Jadi tingkat kesembuhan pasien COVID-19 tergantung pada bagaimana masing-masing meningkatkan daya tahan tubuhnya,".

4. Kapasitas ruang isolasi Rumdin Semarang penuh setiap harinya

Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi PsikososialIlustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19 di Gresik, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Sejak ikut menangani pasien COVID-19, Ake melihat kondisi Rumdin selalu penuh. Pasien yang dirawat dari berbagai usia, pekerjaan. Mulai muda-mudi, ibu-ibu, bapak-bapak, lansia bahkan ada anak-anak. Setiap hari ada yang datang dan pulang. 

Ia memperkirakan kemungkinan sejak COVID-19 mewabah, sudah ada ribuan orang yang dirawat di lokasi tersebut. "Kapasitas ruang isolasinya maksimal 120 orang. Dan yang menghuni macam-macam. Antara 80 sampai 90 orang. Setiap hari full. Yang anak-anak sekitar 5-10 orang. Kondisinya gak ada yang parah," tegasnya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

5. Pasien COVID-19 juga diajak curhat. Habis itu, baru bisa tidur nyenyak

Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi PsikososialIlustrasi curhat. Unsplash/Etienne Boulanger

Terapi psikososial yang ia berikan juga mencakup program konseling. Setiap pasien bermacam tekanan psikis yang mendera di pikirannya, rutin mendapat konseling agar dapat menumpahkan keluh kesahnya. Misalnya, ia mendapat pasien yang ingin curhat selama beberapa jam. 

Dengan konseling pula, setiap pasien diminta menyapa dan mengenal satu sama lain. "Ya dengan cara begitu, unek-uneknya bisa diluapkan. Mereka bisa berbagi cerita dengan pasien lain. Mereka bisa saling kenal. Jadi makin akrab. Bisa silaturahmi. Punya keluarga baru di sana. Dan setelah konseling, pasien bisa tidur pulas," akunya.

Baca Juga: Pasien Positif COVID-19 Ber-KTP Semarang Capai 7.509 Kasus 

6. Proses pemulihan mental pasien COVID-19 butuh waktu 2 bulan

Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi PsikososialPara relawan saat berikan terapi bagi pasien Corona di Rumdin Semarang. Dokumentasi pribadi

Dari setiap tahapan terapi, Ake kerap menemukan gangguan kecemasan dan perubahan fisik pada pasien COVID-19. Mulai, sedih berkepanjangan, sering menangis, ada rambutnya yang rontok, mengeluh dadanya terasa panas hingga mengalami depresi.

"Ada yang kondisinya biasa-biasa aja karena dia OTG. Ada yang sampai depresi. Itu karena dia mikirin kenapa penyakitnya selama 30-35 hari gak sembuh-sembuh. Terus kita lihat kondisinya drop, dia nangis terus. Jadinya terapi medisnya macam-macam. Untuk memulihkan mental pasien sekitar dua minggu sampai dua bulan," kata Ake.

Agar dapat menyemangati para pasien, ia sering menggelar aktivitas relaksasi otot. Biar yang semula penat dan jenuh, bisa jadi rileks dan santai. Lalu pihaknya mengajak semua pasien COVID-19 bermain bareng.

Jadwal terapi dimulai jam 16.00-18.00 WIB sore. "Itu kegiatan massal. Semuanya yang dirawat di Rumdin wajib ikut. Terus diselingi sama banyak permainan biar mereka terhibur dan ketawa lepas. Jam setengah lima kita berikan terapi massal. Termasuk relaksasi. Setelah itu dikasih acara permainan lagi. Malamnya langsung istirahat dan makan bersama," terangnya.

7. Jadi satu-satunya relawan COVID-19 yang berikan terapi psikososial

Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi PsikososialSeorang bocah juga ikut diterapi di Rumdin Semarang. Dokumentasi pribadi

Ake mengatakan kemungkinan terapi psikososial yang diberikan relawan COVID-19 bisa jadi satu-satunya yang ada di Jawa Tengah bahkan Indonesia. "Kalau di Wisma Atlet Jakarta kan dari organ profesi. Kalau di Rumdin Semarang benar-benar dari gerakan sukarelawan," ungkapnya.

Ake berharap supaya warga Semarang selama pandemik sebaiknya memperketat protokol kesehatan sesuai standar COVID-19. Sebab, penularan COVID-19 bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan semua orang bisa tertular. "Yang sehat dan masih kerja, tolong pakai aturan COVID-19 yang benar. Pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan yang rutin buat mengurangi resiko penularan," paparnya.

Baca Juga: Pakai Dana COVID-19 Cukup Besar, Tim BPK Periksa Polda Jateng

8. Ganjar minta semua puskesmas tracing 103 orang per hari

Perjuangan Relawan Pulihkan Mental Pasien COVID-19 dengan Terapi PsikososialGanjar saat rapat bersama forkominda di kantornya. Dok humas Pemprov Jateng

Terpisah, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengimbau semua puskesmas di kabupaten/kota agar aktif melakukan tracing ke masyarakat. Ia menganggap puskesmas sebagai ujung tombak penanganan COVID-19. 

"Kenapa puskesmas, karena ini front pelayanan kesehatan yang paling depan. Kalau mengandalkan Dinas Kesehatan, ini nggak akan sanggup karena coverage areanya terlalu besar," tuturnya.

Puskesmas dapat menjadi kekuatan yang bisa dioptimalkan guna memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Setiap puskesmas ditargetkan untuk melakukan tracing kepada 103 orang. "Per hari harus ada 103 orang yang diswab dari hasil tracing. Sampai pekan kemarin, semua sudah berjalan dengan baik, rata-rata 89 persen puskesmas telah memenuhi target itu," pungkasnya.

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times

Baca Juga: 2 Daerah di Jateng Lelet, Ganjar: Pelayanan Publik Harus Prioritas

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya